Minggu, 07 Agustus 2016

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol 6.5 Chapter 9 : Meski begitu, Shiromeguri Meguri terlihat sedang mengamati situasinya -3

x x x







  Suasana gaduh di ruang rapat ini terasa jauh lebih gaduh dari yang biasanya. Mungkin, ketidakhadiran Hiratsuka-sensei juga memberi andil dalam terciptanya suasana ini. Meski begitu, para pimpinan panitia hanya diam saja melihat mereka. Yang terlihat mengobrol di ruangan ini, adalah panitia yang berasal dari sukarelawan Klub.

  Kalau situasi ini terjadi sebelum rapat dimulai, maka ini adalah hal yang sangat wajar. Beberapa orang mengobrol ini dan itu setelah rapat selesai juga hal yang wajar. Tapi, yang patut disesalkan adalah situasi ini terjadi ketika rapat sudah dimulai.

  Suasana ini mirip seperti kumpulan orang-orang yang bertemu di tempat antah-berantah. Tentunya, sebagai tempat pertemuan antara siswa SMA, tidak peduli apakah mereka antusias dengan rapatnya atau tidak, tetap berada di ruangan rapat adalah sikap minimum mereka yang bisa kau harapkan. Tapi sayangnya, gosip-gosip kecil mulai beredar.

  Di tengah-tengah hiruk-pikuk ini terlihat Haruka dan Yukko. Mereka berdua terlihat seperti karakter sampingan dalam sebuah film. Aku bahkan tidak bisa mencari perbedaan signifikan antara mereka dengan siswa-siswa lainnya. Terlebih lagi, banyaknya kumpulan orang-orang yang berada di sekitar mereka , membuat tanda-tanda kehadiran mereka semakin tidak terasa. Mereka memang benar-benar memiliki sifat 'karakter sampingan' dalam diri mereka.

  Berbeda dengan para pimpinan panitia yang duduk membentuk formasi formal, para sukarelawan terlihat duduk bergerombol. Ruangan ini serasa memiliki dua grup dari suku yang berbeda dan siap untuk bertempur kapan saja.

  "Hmm...Tolong tiap seksi untuk melaporkan perkembangannya..."

  Di tengah suasana gaduh ini, Sagami mulai berbicara.

  Tapi, mereka tidak meresponnya.

  "...Pertama, mari kita dengarkan situasi pengerjaan ornamen-ornamen festival. Bagaimana perkembangannya?"

  Meguri-senpai yang tidak bisa menahan dirinya lebih lama lagi setelah melihat adegan barusan, mulai ikut melemparkan pertanyaan yang lebih spesifik lagi kepada mereka.

  Well, kalau pihak yang lain tidak punya niat sama sekali, maka masalahnya bukan terletak di pertanyaan yang dilemparkan. Orang-orang yang punya niat dalam pekerjaan ini, akan berlomba-lomba untuk menyelesaikan tugasnya. Tapi, dalam situasi ekstrem seperti ini, jika tidak ada pertanyaan yang mengarah ke orang yang spesifik, ataupun kelompok yang spesifik, maka tidak akan ada jawaban yang didapatkan.

  Meski Meguri-senpai mengarahkan pertanyaan itu kepada para sukarelawan, yang berdiri dan menjawabnya malah Yuigahama.

  "Ah, ya. Untuk ornamennya, kurang lebih sudah terselesaikan. Kemudian, yang dibutuhkan selanjutnya adalah pengecatan dan dekorasi...Sejenis itu."

  "Begitu ya. Terima kasih banyak."

  Meguri-senpai menjawabnya dengan senyum yang mengembang, tapi ekspresi wajahnya terlihat sedikit kecewa. Hal ini tentunya bisa dipahami. Membuat ornamen-ornamen seperti itu adalah pekerjaan kasar, dan mayoritas dikerjakan oleh sukarelawan, dimana siapa orang-orang yang menangani ini dan itu-nya sudah ditentukan. Harusnya, orang yang ditunjuk-lah yang menjawabnya.

  Tapi, dengan tidak ada yang menjawabnya, bisa jadi mereka berusaha membuat pimpinan panitianya turun ke bawah untuk membantu mereka. Bukannya aku tidak paham perasaan mereka sama sekali. Lagipula, mereka merasa pekerjaan semacam itu tiba-tiba muncul entah darimana ketika mereka sedang merencanakan persiapan festivalnya.

  Mungkinkah situasi semacam ini bisa dikatakan sudah masuk ke loop negatif? Saat ini, tidak hanya kurangnya motivasi, tapi rasa tanggung jawab mereka juga sudah hilang dari diri mereka.

  Suasana di ruangan ini seperti hendak memberitahukan 'Sudah katakan saja kepada kami tentang pekerjaan yang kalian tidak ingin lakukan di festival ini'.

  Entah mengapa, posisi saat ini seperti mengatakan kalau kami adalah pihak yang sedang mengemis bantuan kepada mereka. Ini malahan mencapai titik dimana mereka berusaha membuat kita seperti sedang mengambil waktu berharga mereka yang harusnya dihabiskan dengan Klub mereka masing-masing.

  Sangat jelas, pihak mana yang sedang berada di atas angin saat ini. Seandainya saja ada semacam hadiah-hadiah bagi para sukarelawan yang bekerja dengan rajin, mungkin suasana ini akan sedikit berubah. Tapi, kita tidak bisa menjanjikan hal-hal semacam itu. Apakah situasi ini memang mencerminkan apa yang terjadi selama ini di sekolah kita, yang selalu meminta keterlibatan Klub Olahraga dalam event sekolah? Mereka serasa diminta tolong seperti ini merupakan kegiatan tahunan yang rutin.

  Karena sejak awal tidak ada hadiah bagi sukarelawan yang mau berinteraksi aktif dalam rapat, maka meningkatkan motivasi mereka merupakan hal yang sangat sulit.

  Meski kulitku sendiri bisa merasakan kepekatan suasana di ruangan ini, rapat harus terus dilanjutkan.

  "Selanjutnya, tentang perlombaan spesial kita...Bagaimana persiapannya?"

  Setelah dia mengatakan pertanyaan itu, dia melihat ke arah Yukinoshita. Mungkin sebagian besar persiapan lomba-lomba itu dikerjakan oleh pimpinan panitia. Meski begitu, karena banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan dalam satu lomba, akan terasa bagus jika menerima laporan pengerjaan yang sesuai target di rapat ini.

  "Untuk perlombaan yang khusus  ditujukan untuk anak laki-laki, beberapa keputusan sudah diambil. Juga, tentang siapa kapten untuk Botaoshi, tim putih sudah menentukan siapa kandidatnya. Dari titik ini, tolong konfirmasi sekali lagi ke Hayama-kun mengenai kesediaannya."

  Yukinoshita mengatakan itu dengan lancar. Well, Botaoshi tidak benar-benar membutuhkan banyak persiapan. Aturannya sangat sederhana. Tinggal putuskan siapa kapten tiap tim dan selesai.

  Masalah selanjutnya mungkin Kibasen.

  "Hmm, mengenai lomba spesial untuk para gadisnya..."

  Ketika Yukinoshita mulai berbicara, tiba-tiba muncul suara gaduh dari tempat duduk sukarelawan. Ketika kulihat, beberapa gadis disana terlihat saling berbisik, mereka saling melihat wajah mereka satu-persatu. Lalu, salah satu dari mereka menaikkan tangannya.

  Setelah memastikan kalau dia hendak berbicara, Yukinoshita menganggukkan kepalanya.

  "Apa ada masalah? Tolong segera dikatakan."

  Ketika kucermati lebih jauh, ternyata gadis yang hendak berbicara itu adalah Haruka.

  "Soal itu...Lomba yang bernama Kibasen? Itu terasa agak..."

  Haruka mengatakan itu tanpa melihat langsung ke arah Yukinoshita, tapi yang dia lakukan hanyalah melihat ke sekitarnya sambil mengatakannya secara perlahan. Sepertinya, itu adalah sesuatu yang dia sepakati setelah mendiskusikannya dengan teman-temannya. Kami lalu terus menunggunya untuk menyelesaikan kata-aktanya.

  Tiba-tiba, Yuigahama yang duduk di sebelah kursi sukarelawan mengembuskan napasnya. Kebetulan sekali! Akupun merasakan hal yang sama. Dari caranya berbicara, sangat jelas kalau dia ingin menolak usulan pengadaan lomba tersebut.

  Alasan mengapa dia kesulitan untuk mengatakannya, karena dia sendiri sulit untuk menemukan kata-kata yang tepat. Ini sebenarnya pertanda akan datangnya hal buruk. Aku bisa tahu itu karena kebanyakan orang-orang yang mengobrol denganku, memberikan tanda-tanda yang sama. Ah, menjadi esper memang memiliki sisi negatif. Mungkin saja dia dipaksa Ayahnya untuk menjadi model bugil seperti manga tahun 1970-an.

  Kira-kira apa yang akan dikatakan olehnya? Meski dia sendiri kurang lebih bisa menebak maksudnya, Yukinoshita tetap memintanya untuk melanjutkan.

  "Itu...Agak."

  Tatapan matanya yang terlihat tajam seperti biasa, ditambah suaranya yang membekukan udara di sekitarnya. Haruka merasakan tekanan yang luar biasa sehingga merasa takut untuk mengatakannya. Meski dia berusaha mengurangi tekanannya dengan menatap ke arah lain, dia terus melanjutkan kata-katanya, mungkin karena dia juga didukung oleh teman-temannya.

  "Itu, mengenai Kibasen. Bukankah, itu seperti, agak berbahaya...Bukankah, festivalnya sudah sebentar lagi. Lalu, ditambah dengan adanya aktivitas Klub, peluang untuk mendapatkan cedera dari lomba itu sangatlah tinggi, jadi kupikir aku tidak ingin melakukannya..."

  Setelah mengatakan itu, Haruka langsung diam.

  Sunyi mulai melanda seperti menunggu respon selanjutnya. Dalam kesunyian ini, semua orang mulai ragu untuk mengatakan apapun. Yang mengejutkan, Sagami adalah orang pertama yang meresponnya. Dia menarik kursinya ke belakang, dan berdiri.

  "Ke-Kenapa baru sekarang kau mengatakan hal ini...!"

  Mulutnya terlihat terbuka, dan menutup, meski begitu, tidak ada satupun suara yang keluar dari mulutnya. Lalu, dia melihat ke arah Haruka dan Yukko, kedua bahunya tampak terguncang hebat.

  "Kami baru saja menyadarinya belakangan ini..."

  "...Lagipula, kita juga disibukkan oleh aktivitas Klub."

  Baik Haruka dan Yukko saling menatap satu sama lain. Well, alasan mereka memang cukup masuk akal. Dalam gencatan senjata mereka dengan Sagami, mereka sepakat kalau kegiatan Klub akan menjadi prioritas. Mereka juga sepakat akan memberikan yang terbaik untuk mendukung kita. Lebih jauh lagi, menggunakan alasan itu, mereka memaksa Sagami untuk lebih memahami mereka. Dengan kata lain, mereka seperti diberikan lampu hijau untuk beraksi sesuka hati mereka. Harusnya waktu itu, kita menekan balik dan menyangkal semua alasan mereka. Setelah kita bersikap lunak ke mereka, sekarang mereka merasa aksi mereka mendapatkan lampu hijau dan terus berusaha menekan lebih jauh.

  Saat ini, harusnya menjadi momen yang tepat untuk menegur balik mereka. Negara yang mengklaim mereka adalah Polisi Dunia, selalu menekankan kalau mereka tidak akan bernegosiasi dengan teroris. Well, sebenarnya tidak ada yang salah dengan itu. Kita memang tidak bisa begitu saja bersikap brutal dan memaksa pihak lain untuk mengikuti ego kita.

  Aku lalu melirik ke arah Meguri-senpai, mencoba melihat bagaimana respon pimpinan panitianya. Melihatku sedang meliriknya, dia tersenyum dan mengangguk kepadaku. Lalu, dia melihat ke arah Sagami.

  Sepertinya, dia hendak menyerahkan ini kepada Sagami.

  Sedang Sagami sendiri, seperti sedang menggigit bibirnya sendiri.

  "Tapi, lomba ini sudah kita sepakati bersama untuk kita kerjakan..."

  Akhirnya, Sagami, menolak untuk menuruti keinginan mereka, dan mengatakan jawabannya. Tapi, suaranya terasa melemah di tiap kata-katanya. Baik Haruka dan Yukko terus menatapnya, setelah itu mereka berdua menatap ke arah sekitarnya.

  Setelah menatap satu sama lain, mereka berdua kembali menatap Sagami lagi.

  "Memang benar, itu adalah lomba yang sudah kita sepakati. Tapi, kalau kenyataannya itu adalah usulan lomba yang salah sejak awal, kurasa belum terlambat jika sekarang kita mengambil langkah yang benar."

  "Memang, setelah memikirkan itu lebih jauh, kupikir kita harusnya bersikap lebih bijak."

  Kalimat-kalimat mereka terdengar seperti kalimat yang sudah disiapkan sejak awal. Tidak, aku berani bertaruh kalau mereka sudah mendiskusikan kalimat yang akan mereka keluarkan dengan sangat matang.

  Itu bisa terjadi karena didukung oleh pengaturan posisi kursi. Sangat wajar untuk mengumpulkan orang-orang yang memiliki opini serupa dalam satu barisan, dan mereka duduk di dekatmu. Dalam menghadapi sebuah tekanan, metode yang paling mudah untuk mengatasinya adalah membuat sebuah keunggulan jumlah dari musuh yang kau hadapi.

  Sebelum rapat dimulai, atau mungkin di waktu rapat itu sendiri, satu orang tinggal mengatakan komplainnya kalau mereka tidak puas dengan situasi saat ini. Dengan adanya orang yang komplain, mereka yang merasakan hal serupa akan memberikan simpatinya. Ini adalah hal yang wajar.

  Entah itu kepada Sagami ataupun kepada pimpinan panitianya secara umum, semua orang harusnya merasa kurang senang dengan kami. Pada dasarnya, manusia itu memiliki sifat alami untuk merasa kurang senang jika mereka sadar kalau mereka hanya dimanfaatkan.

  Kekuatan yang dihasilkan dari menggosipkan hal buruk dari orang lain mulai terus terkumpul. Mirip bagaimana kau bermain sebuah game, dimana stage selanjutnya akan terasa lebih sulit dari sebelumnya. Mungkin bisa kaukatakan kalau itu adalah efek yang sinergis. Meski rasa kurang senang orang itu hanya sedikit saja, tapi jika dikumpulkan dari berbagai orang, maka kau tidak bisa meremehkan itu. Tanpa sadar, mereka mulai masuk dalam halusinasi mereka, merasa kalau mereka adalah kumpulan para penggerak sebuah revolusi atau merasa diri mereka adalah para ksatria suci yang hendak membetulkan apa yang salah dari orang-orang yang mereka temui.

  Ketika kau kenal orang lain yang memiliki idealisme mirip denganmu, kau mulai meyakinkan dirimu dengan apa yang kau percayai, meski apa yang mereka yakini sudah jelas-jelas salah. Jika pikiran dari semua orang sama, setiap orang meyakini kalau yang mereka percayai adalah sebuah kebenaran yang mutlak.

  Itu sedang terjadi saat ini, dan terjadi di depanku.

  Karena mereka memanfaatkan kesepakatan gencatan senjata untuk menolak usulan lomba sekaligus menolak keterlibatan mereka, mereka yang punya rasa kurang senang pasti sedang gatal untuk mengatakan sesuatu. Memakai fakta kalau banyak dari mereka merasa kurang senang juga, maka semakin banyak orang yang kurang senang mulai berada di pihak mereka.

  Untuk mencegah agar itu tidak terjadi, pimpinan panitianya harus menunjukkan sikap kepemimpinan yang kuat, dan menghabisi Haruka dan Yukko dengan cepat. Persis seperti bagaimana hukum rimba dijalankan, harus ditunjukkan dengan jelas siapa yang memegang kuasa dalam forum ini.

  Jika ketuanya adalah Yukinoshita, mungkin itulah yang akan dia lakukan. Tidak peduli setajam apa kata-katanya, dia pasti akan menghabisi mereka berdua, disini dan saat ini juga. Jika ketuanya adalah Yuigahama, dia akan senyum dan berusaha membuat suasananya cair, dan menggunakan kata-kata seperti 'aku juga pernah punya pikiran seperti itu...' lalu mencari celah untuk bernegosiasi. Metode mana yang akan diambil, kedua metode itu merupakan metode yang valid untuk digunakan dalam situasi saat ini.

  Tapi, sebelum kami bertindak, Sagami mengatakan sesuatu.

  "Saat ini, bahkan jika kalian mengatakan sesuatu seperti itu..."

  Kata-kata Sagami mulai melemah. Ekspresi wajahnya tidak terlihat bagus, mungkin merasa tidak yakin akan sesuatunya. Tubuhnya seperti terguncang, seperti bisa jatuh kapan saja, lalu dia duduk kembali di kursinya. Seperti itulah, tampaknya panggung ini sudah tidak bisa dirubah lagi.

  Melihat bagaimana Sagami, sebagai Ketua Panitia, tertekan oleh situasinya, suara-suara komplain dan berbagai obrolan yang menunjukkan ketidaksenangan mereka mulai bermunculan seperti gelombang riak air.

  "Kibasen itu berbahaya."

  Aku mendengar ada orang membisikkan itu. Entah siapa itu, tapi pastinya orang itu bukan Haruka ataupun Yukko. Lalu, ada orang lain lagi yang menimpali.

  "Tidak lama lagi kan ada ujian rekomendasi kuliah untuk jalur olahraga..."

  "Pastinya akan kesulitan dalam menyiapkan kostumnya kalau waktunya seperti itu."

  "Kalau kita cedera, siapa yang mau tanggung jawab?"

  Suara-suara itu muncul dari berbagai sudut. Ini seperti membakar semak-semak di hutan yang lebat. Setelah membakar semak kecil, tidak lama kemudian akan menjadi sebuah bencana nasional tentang kebakaran hutan. Setiap orang tinggal membuka mulutnya untuk mengatakan apapun yang ada di pikiran mereka, atau juga tinggal menambahi kata-kata orang yang sebelumnya. Situasi ini sudah tidak terkendali.

  Ruang rapat ini mulai gaduh dengan suara-suara komplain dan pertanyaan, lalu terdengar suara tepukan tangan yang cukup keras.

  "PERHATIAN SEMUANYA!  D I A M  !"

  Orang yang menepuk tangannya dan mengatakan itu barusan adalah Meguri-senpai. Dia terlihat berdiri dari yang sebelumnya hanya duduk-duduk saja di kursinya.

  "Kami sudah menangkap semua kekhawatiran kalian. Kami akan memikirkan solusinya."

  Setelah mengatakan itu, suasana ruangan kembali sunyi.

  Seperti yang kau harapkan dari orang yang sangat berpengalaman dalam menangani situasi semacam ini! Responnya dalam mengatasi situasi itu benar-benar cepat, dan dia menjinakkan mereka dengan seketika. Well, seperti kata orang-orang, mencegah lebih baik daripada mengobati.

  Jika memungkinkan, mencegah mereka sejak awal adalah tindakan yang lebih baik lagi. Meguri-senpai mungkin ingin menguji Sagami, karena itulah dia terlihat diam dan mengamati situasinya sejak tadi. Tunggu dulu, bukankah itu berarti kita berdua punya pikiran yang sama...Kurasa untuk ke depannya, aku tidak akan komplain lagi ketika dia hanya diam dan melihat situasinya saja.

  Meguri-senpai melanjutkan lagi, untuk menghentikan segala komplain yang ada.

  "Jadi, tolong lanjutkan dulu dengan pekerjaan yang ada."

  Meski begitu, mereka hanya melihat satu sama lain, berbisik ini dan itu. Sepertinya, mereka masih ingin mendiskusikan topik sebelumnya. Sekali lagi, aku mengirimkan tatapan curiga ke arah Meguri-senpai.

  Meski situasi ini dengan jelas menggambarkan kalau Haruka dan Yukko sedang berusaha 'bermain' disini, tapi sulit untuk mengatakan alasan mereka adalah alasan yang dibuat-buat. Memang, tugas pimpinan panitia adalah memastikan kalau segala standar keselamatan sudah dipenuhi untuk lomba itu. Terutama, bagi siswa kelas tiga yang hendak masuk universitas lewat jalur prestasi olahraga dimana ujiannya sendiri akan digelar dalam waktu dekat, orang-orang merasa khawatir akan mendapat cedera adalah hal yang bisa dipahami.

  Tapi, kalau memang benar-benar itu alasannya, maka kita semua harusnya tidak akan bisa mengikuti ujian masuk dengan kemampuan dalam olahraga sebagai patokannya.

  Bisa saja kau menabrak sesuatu dalam perjalanan, atau juga terpeleset ketika lari. Tidak peduli apapun yang kita lakukan, dalam keseharian kita pasti akan selalu ada kemungkinan kalau kita akan cedera. Selama orang itu hidup, maka dia akan selalu punya peluang untuk mendapat cedera.

  Meski begitu, tidak ada gunanya membahas idealisme ataupun prinsip hidup dalam situasi ini. Saat ini, jika kita tidak bisa mengatakan sesuatu untuk mengatasi kekhawatiran mereka, mungkin kita tidak akan bisa melihat akhir dari perdebatan ini.

  Para sukarelawan melihat ke arah kami. Ekspresi mereka seperti campuran dari rasa tidak puas, kesal, dan curiga. Meski kita sudah mengatakan kalau kita akan memikirkannya, tampaknya mereka menginginkan kita untuk segera memberikan jawabannya, mungkin saja mereka melihat kita seperti kumpulan orang tidak berguna. Selalu membahas hal-hal yang tidak penting, tapi tidak pernah memberikan solusi bagi masalah penting mereka, kita mungkin terlihat seperti pimpinan yang tidak berguna dengan tanpa adanya leadership diantara kami.

  Tapi, meremehkan kami adalah keputusan yang buruk bagi mereka. Ketika menghadapi situasi provokatif seperti ini, ada seseorang diantara kita yang tidak suka dengan kekalahan, selalu memikirkan sesuatunya dengan serius. Terlebih lagi, orang ini sangat berbakat.

  Yukinoshita sejak tadi hanya diam sambil melipat lengannya. Tapi, dia baru saja membuka tangannya dan menaikkannya ke atas.

  "Silakan, Yukinoshita-san."

  Meguri-senpai menyebut nama Yukinoshita, dimana dia mulai menarik kursinya dan berdiri. Lalu dia berjalan menuju papan tulis dan mengambil alat tulis di dekatnya.

  "Menghadapi situasi semacam ini, ada beberapa tindakan pencegahan yang efektif."

  Seluruh tatapan mata sedang terfokus kepadanya, menunggu apa yang hendak dia tulis. Seperti tidak mempedulikan tatapan mereka, dia terus menulis.

  "Pertama, hal terpenting disini adalah memiliki orang yang bisa memberikan pertolongan pertama. Kemudian, kita juga harus berkoordinasi dengan pemadam kebakaran disini. Kita harus memastikan kalau aturan permainannya dipatuhi dengan baik, dan memberikan hukuman bagi siapa saja yang melanggarnya. Tentunya, ini artinya kita butuh ekstra orang untuk melakukannya..."
[note: Pemadam Kebakaran dalam negara maju, tidak sebatas berfungsi sebagai pemadam api saja. Mereka adalah petugas terbaik dalam respon dan multi-fungsi. Bisa memberikan pertolongan pertama, melakukan apa saja yang dibutuhkan masyarakat, dll.]

   Dia mengatakan itu sambil terus menulis di papan. Semua orang hanya melihatnya dengan mulut terbuka. Mungkin karena sejak tadi dia hanya terlihat seperti tidak peduli dengan apa yang terjadi.

  Setelah dia selesai menulis, dia kembali menatap ke arah seluruh peserta rapat.

  "Kami akan menentukan siapa yang akan menjadi petugas medis untuk memberikan pertolongan pertama dengan mendiskusikannya dahulu dengan guru olahraga. Mengenai meminta bantuan kepada pemadam kebakaran, bisakah kami meminta bantuan ke sekolah untuk membuat permintaan resmi kepada mereka?"

  Meguri-senpai yang melihat ke arah Yukinoshita, menganggukkan kepalanya. Melihat kalau usulannya disetujui dengan cepat, Yukinoshita langsung melanjutkan, tidak memberikan momen bagi peserta rapat untuk memotongnya.

  "Mengenai peraturannya, kami ingin aturannya ditulis dengan kata-kata yang jelas dan disebarkan sebelum eventnya dimulai. Lalu, kita juga akan meminta bantuan guru untuk ikut mengawasi jalannya perlombaan. Ini harusnya sudah lebih dari cukup untuk mencegah adanya siswi yang bermain kasar..."

  Menjelaskan sesuatunya secara bertahap adalah gaya dari Yukinoshita. Orang-orang disini terlihat garuk-garuk kepala saja ketika membaca apa yang dia tulis. Ketika kulihat, tidak ada satupun orang yang berbisik-bisik.

  "Bagaimana?"

  "Ah, kalau seperti ini..."

  "Tapi..."

  "Hmm."

  "Tapi..."

  Daripada menyebut ini sebagai sebuah pertukaran pendapat, mungkin akan lebih tepat menyebut mereka sedang berusaha mengkonfirmasi situasinya. Semua orang tampak sedang membaca suasananya, dan akhirnya, meresponnya. Ketika mereka mulai mencerna kata-katanya, tatapan mereka kini kembali lagi kepada Haruka dan Yukko, orang-orang yang pertamakali menolak ide lomba itu.

  Kemudian, keduanya tampak melihat satu sama lain, dan kali ini, Yukko mengatakan sesuatu.

  "Tapi, ini tidak menjamin seratus persen..."

  Tampaknya, dia takut dengan Yukinoshita, tatapan matanya seperti mengarah ke kaki Yukinoshita, hanya sesekali saja dia menatap ke arah Yukinoshita secara langsung.

  Terus menatap ke arah matanya, Yukinoshita tidak sedikitpun mengalihkan perhatiannya, dia terus menatap ke Yukko dengan dingin. Kemudian, secara perlahan suara Yukko mulai menghilang. Tapi, ini tidak serta merta kalau dia setuju dengan itu. Saat ini, dia hanya terlihat seperti menggerutu dengan pelan di kursinya.

  Sebenarnya ini bisa terlihat dengan mudah. Bahkan jika kau merasa sudah membuka simpul ikatan sebuah tali, selama orang itu masih memiliki perbedaan, maka kau tidak benar-benar sudah melepas simpul itu.

  Kesunyian terus melanda tempat ini. Sebenarnya, ini harusnya tidak selama itu, tapi susana penuh tekanan ini yang membuatnya seperti itu. Haruka tidak benar-benar melihat waktu di jam dinding atau tempat lain, tapi entah mengapa dia mengatakan sesuatu, "Ini sudah waktunya."

  Mendengarkan itu, semua orang mulai melihat arloji mereka.

  "Ah, ngomong-ngomong, karena kita sekarang sudah memiliki rencana-rencananya, mari kita..."

  Yuigahama lalu menarik-narik lengan Yukinoshita.

  "...Memang. Kami akan memikirkan lagi lebih jauh, apakah bisa meningkatkan standar keselamatannya lebih baik lagi dari ini."

  "Mari kita akhiri rapat kali ini. Semuanya, terima kasih atas kerja kerasnya. Bagi mereka yang masih memiliki pekerjaan setelah ini, tolong tetap berada disini."

  Meguri-senpai mengambil alih kendali rapat dari Yukinoshita dan memberikan salam perpisahan. Untung ada suara yang menyenangkan barusan, tekanan di udara terasa hilang dan suasananya menjadi normal kembali. Mereka yang masih memiliki pekerjaan setelah ini mulai memancarkan aura malas dari tubuh mereka. Haruka dan Yukko sendiri langsung keluar dari ruang rapat. Ada beberapa orang yang mengikuti mereka dari belakang. Untung saja tidak ada kata-kata maut seperti 'Ini sudah mengganggu aktivitas Klub kami', kita mungkin tidak akan bisa menang dari mereka.

  Orang-orang yang masih memiliki pekerjaan hanya melihat mereka pergi begitu saja. Para pimpinan rapat terlihat mulai bernapas lega.

  Tapi, itu jelas-jelas bukan napas lega. Mungkin tepatnya, embusan napas 'gue menyerah saja'.

  Masalahnya terlihat jauh lebih dalam dari yang bisa kubayangkan.

  Rapat berakhir karena sudah mencapai batas waktunya, dan kita tidak memecahkan satupun masalah. Pada akhirnya, yang kena adalah para pimpinannya yang harus mengerjakan sesuatunya dengan ekstra keras. Dengan berapa banyak waktu yang kita miliki, dan kekurangan tenaga untuk solusi masalah keselamatan tadi, kurasa kita tidak akan bisa mengatasinya.

  Karena jumlah orang di ruangan ini sudah banyak berkurang, kami bisa merasakan embusan angin musim gugur yang masuk melalui celah jendela. Jika angin dengan mudahnya masuk ke ruangan ini, apakah itu artinya orang-orang yang berada di area itu jumlahnya lebih sedikit? Itulah yang terpikirkan olehku ketika melihat lingkungan kerjaku saat ini.







x Chapter IX | END x





Note: Belakangan ini saya sangat sibuk sekali, tapi saya selalu membawa laptop kecil saya kemanapun. Jadi, mungkin paling parah adalah dua hari tanpa adanya rilis apapun.


  

1 komentar: