Kamis, 11 Agustus 2016

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol 6.5 Chapter 11 : Rapat yang sebenarnya, akhirnya dimulai -1

x x x




  Beberapa hari kemudian, digelar kembali rapat kepanitiaan. Mungkin, ini adalah rapat terakhir dari kepanitiaan Festival, dan ini adalah peluang terakhir kita untuk mengubah haluan atau apapun yang kita perlukan. Dengan adanya keterbatasan waktu, jika kita tidak bisa mendapatkan dukungan semua orang di lomba-lomba utama, maka ini akan menjadi sebuah tugas yang maha berat untuk menjadikan ini kenyataan.

  Lebih jauh lagi, jika pimpinan panitianya terlihat kalah lagi kali ini, maka yang lainnya kemungkinan besar tidak akan mau mendengarkan kita lagi.

  Ini adalah momen yang penting, kau bisa menyebut ini sebuah situasi do-or-die .

  ketika kami sedang mempersiapkan rapatnya, Hiratsuka-sensei tiba-tiba muncul.

  "Bagaimana situasinya?"

  "Bagaimana ya..."

  "Hmm? Kurasa itu bukan jawaban yang tepat..."

  Jawabanku memberikan sebuah keraguan kepada Hiratsuka-sensei. Tapi, mustahil aku bisa memberikannya jawaban yang memuaskan jika melihat kondisi kami saat ini.

  "Hah, sebenarnya, tidak ada yang bisa saya lakukan untuk saat ini, Sensei. Jadi umm..."

  Seperti kataku barusan, tidak ada yang bisa kulakukan lagi dalam rapat kali ini. Mungkin, lebih baik jika kukatakan kalau pekerjaanku kali ini adalah tidak melakukan apapun. Yeah, itu adalah pekerjaan impianku...

  Hiratsuka-sensei tampaknya bisa merasakan sesuatu dari jawabanku yang abu-abu. Dia lalu melihat ke seluruh penjuru ruangan, lalu menatap serius ke arah panitia festival.

  "Begitukah? Apakah itu berarti aku harus bertanya ke Yukinoshita dan Yuigahama?"

  "Tidak perlu, mereka kurang lebih sama sepertiku. Mereka sendiri tidak begitu yakin dengan situasinya."

  "Hmm. Memangnya, kenapa bisa sampai begini?"

  Itu benar. Kami bertiga tidak bisa melakukan apapun kali ini. Yang diperlukan agar rencana kami terjadi sudah dilakukan semua. Orang yang akan menjadi martir sosial kali ini adalah orang lain. Tidak, lebih tepatnya, orang itu memang seharusnya mengambil posisi itu sejak awal. Kulirik orang itu yang sedang duduk di kejauhan. Orang itu, saat ini, sedang memeriksa beberapa tumpukan dokumen.

  "Kali ini, kita serahkan peran itu ke Ibu Ketua."

  "Oh..."

  Hiratsuka-sensei menajamkan tatapannya, menatap tajam ke arah bintang utama kali ini, Sagami Minami, dimana dia tampak antusias melihatnya.

  Jika kita tidak bisa menunjukkan sisi Ibu Ketua dari Sagami kali ini, maka tidak akan ada peluang lagi untuk penebusan dosa pimpinan untuk selanjutnya. Jika hanya untuk konfrontasi dengan para sukarelawan, maka kami, atau tepatnya Yukinoshita, tidak ada masalah untuk melakukannya. Tapi, itu tidak akan menghilangkan perasaan negatif yang para sukarelawan miliki kepada Sagami. Karena kita sudah memutuskan untuk menolak keinginan Sagami untuk mengundurkan diri, dan tindakan kita kali ini adalah untuk melaksanakan skenario itu, maka kita harus membiarkan Sagami untuk melakukannya, tidak peduli apapun perasaan tidak nyaman yang kita dapatkan kelak.

  Satu-satunya cara hanyalah Sagami yang melakukan ini sendiri, dan ini bisa membalikkan opini para sukarelawan kepadanya.

  Sederhananya, ini adalah sebuah perjudian, maksudku, perjudian yang buruk. Taruhannya sangat besar. Orang yang kasar, arogan, egois, gugup dan buruk ketika berada di panggung yang besar, mungkin bukanlah tipe-tipe orang yang cocok untuk menjadi Ketua.

  Tapi, meski begitu, demi bisa memenuhi dua request sekaligus yang sudah diterima oleh Klub Relawan, kita tidak punya pilihan lain kecuali melakukan ini. Untuk meningkatkan peluang suksesnya, kita juga membuat beberapa persiapan. Yang kita lakukan agak berbeda dengannya. Yang tersisa adalah memperhatikan kemana situasinya akan berkembang...Ini benar-benar tidak nyaman.

  "Apa sih yang sebenarnya kalian rencanakan...? Well, kali ini akan kuamati betul sejauh mana perkembangan skill kalian."

  Dia tersenyum sambil mengatakan itu dengan nada yang senang, lalu dia berjalan menuju kursi yang sudah ditentukan. Dia-pun duduk, dan rapat akan segera dimulai.

  Akupun kembali ke kursiku.

  Para Pimpinan Panitia duduk tepat di depanku.

  Kursi di sampingku adalah Yuigahama, Yukinoshita, dimana posisi kami dekat dengan titik tengah dari meja dengan bentuk "U". Sagami, duduk tepat di tengah-tengahnya. Di sampingnya, ada Meguri-senpai. Para Pengurus OSIS tampak duduk tidak jauh dengannya. Sebelum rapatnya dimulai, aku menoleh ke arah Yukinoshita.

  "Yukinoshita, sebentar lagi akan dimulai"

  "Ya."

  Yukinoshita, yang sejak tadi membaca kertas-kertas informasi, tiba-tiba menegakkan posisi duduknya dan mengkonfirmasi waktunya. Akupun melihat ke arah jam dinding.

  "Well, kau memegang beberapa hal penting nantinya. Tolong hati-hati dan tetap tenang nanti."

  "Mhm."

  Yukinoshita menjawabku dengan singkat. Sebenarnya, aku tidak perlu memberitahunya. Momen-momen dimana Yukinoshita terlihat tidak tenang adalah momen yang langka. Itu pernah terjadi ketika Festival Budaya lalu, dan juga di rapat-rapat sebelumnya. Meski aku tahu kalau kali ini dia bisa mengatasi situasinya dengan tenang. Aku tetap merasa, kalau aku tetap harus mengatakannya.

  "Apapun endingnya, kita tetap akan berada di posisi yang menguntungkan. Tidak perlu menjawab dengan jujur semua keraguan mereka. Yang penting, asalkan mereka melihatmu bersikap seperti itu, maka itu sudah cukup."

  "Apa kau sedang berbicara ke orang lain?"

  "Yeah."

  Akupun hanya bisa tersenyum kecut ketika mendengar jawaban khas dari Yukinoshita. Sebenarnya, orang yang perlu dijelaskan seperti itu bukanlah Yukinoshita. Harusnya, itu ditujukan kepada Ibu Ketua yang terlihat super gugup sehingga dia tidak bisa bergerak sedikitpun. Di rapat hari ini, Sagami harus beraksi diluar kebiasaannya agar bisa melawan balik kepada pihak anti-Sagami. Karena itulah, ini bukanlah kebiasaanku, dan aku memilih untuk menggunakan metode yang tidak langsung untuk memberitahunya. Maksudku, normalnya, dia tidak akan mau berbicara kepadaku, benar tidak?

  Meski begitu, jika aku benar-benar mengatakan itu kepadanya, dia mungkin tidak bisa mendengarnya dengan baik.

  Normalnya, dia itu secara otomatis akan tuli jika mendengar suaraku. Sampai saat ini, dia berusaha keras untuk tidak mempedulikanku. Kupikir masuk akal juga, memang mustahil baginya untuk tiba-tiba mau mendengarkanku, terutama untuk hari ini.

  Saat ini, yang perlu dikhawatirkan adalah Sagami. Semua persiapannya sudah selesai. Ada sekitar ratusan kertas bertumpuk di meja Pimpinan Panitia. Kertas-kertas itu adalah bagian dari persiapan aksi hari ini. Tanpa komplain apapun, Para Pengurus OSIS mencetak kertas-kertas itu dan membawanya kesini. Seperti Festival Budaya lalu, kami ini benar-benar terbantu oleh kehadiran mereka.

  Selanjutnya, desain kasar kostum yang dibuat oleh Kawasaki dengan terburu-buru.

  Dalam pertemuan tempo hari, setelah mendengarkan beberapa saran dari Ebina-san dan juga membantu beberapa desain Zaimokuza, Kawasaki berhasil menyelesaikan sketsa kostumnya.

  Aku tidak tahu apakah ini kemampuan unik miliknya atau tidak, tapi Kawasaki memang luar biasa dalam hal ini. Karena selain Taishi, dimana dia dua tahun lebih muda darinya, Kawasaki juga punya adik yang lain. Karena itulah, dia mungkin belajar skill ini di sela-sela kesibukannya mengurus adik-adiknya. Begitulah yang kurasakan ketika melihat wajahnya yang kerepotan ketika menggambar sketsanya, mirip wajah orang yang merasa direpotkan oleh adik-adiknya. Entah mengapa, ekspresi wajahku yang tampak serius waktu itu, terlihat lebih lembut dari biasanya.

  Kuperiksa lagi semua hal yang kira-kira perlu dipersiapkan, dan dengan tenang menunggu rapatnya dimulai. Para sukarelawan mulai memasuki ruangan ini. Seperti kurang puas dengan keputusan rapat sebelumnya, orang-orang yang datang ke ruangan ini jumlahnya cukup banyak.

  Meski ada beberapa yang belum muncul, Meguri-senpai memberikan tanda kepada Sagami untuk memulai rapatnya.

  "...Ini sudah waktunya. Mari kita mulai rapatnya."

  Sagami mengatakan itu dengan pelan. Dengan begitu, rapat terakhir ini akhirnya dimulai.









x Chapter XI Part 1 | END x


  








...

1 komentar:

  1. Mo komen nggak yakin di reply soalnya dah 4 taun

    BalasHapus