Selasa, 09 Agustus 2016

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol 6.5 Chapter 10 : Sebenarnya, ada pertanyaan yang ingin ditanyakan oleh Kawasaki Saki kepadanya -2

x x x








  Ketika kami mempersiapkan diri untuk rapat selanjutnya, muncul hal-hal lainnya yang membutuhkan persiapan. Kepanitiaan terlihat kacau balau. Seandainya saja para pimpinannya tidak satu suara, maka Festival Olahraga adalah sebuah kemustahilan.

  Topik bahasan utama rapat selanjutnya adalah mengenai lomba-lomba utama.

  Ada dua masalah besar.

  Pertama, berhubungan dengan kostum Kibasen. Kami butuh sebuah cara dimana kami bisa memotong biaya pembuatannya dan juga beban pekerjaannya. Aku sudah mendiskusikan masalah ini lewat e-mail dengan Zaimokuza. Sepulang sekolah, sebelum rapat dimulai, aku akan langsung mengatasinya. Jika tidak, orang itu bisa saja sudah pulang lebih dulu. Sore datang lebih cepat bagi para penyendiri, atau seperti kata orang-orang, 'selincah shimakaze' di Kancolle.

  Agar bisa berbicara dengannya, aku mulai berjalan ke arah tempat duduknya. Dia baru saja membereskan barang-barangnya dan hendak pulang.  Setiap kali tubuh lesunya itu melangkah ke depan, rambutnya yang biru akan mengibas menemani gerakannya. Ikat rambutnya itu juga buatan sendiri.

  Seperti biasanya, dia tampak seperti orang yang kelelahan. Dia menatap ke arah pintu kelas. Pandangan matanya yang tajam itu membuat tampilannya terlihat seperti orang yang sedang kurang senang dengan sesuatunya.

  Meski aku sudah mendekatinya dengan teknik senyap tanpa membuat satupun suara, aku tidak tahu bagaimana aku akan berbicara dengannya nanti.

  "....."

  Apa? Apa kalian pikir aku akan mendekatinya dengan suara yang lantang? Misalnya 'Ah!', tapi itu akan terkesan menjijikkan...Kita belum sampai di level dimana aku bisa dengan santainya mengatakan, 'Yo!' . Tapi mengatakan, 'Umm', 'Hei', dan 'err', mungkin tidak masalah. Tapi, itu terasa seperti orang yang tidak ingat nama orang yang sedang diajak berbicara. Tapi, memanggil secara langsung, 'Kawasaki' juga terkesan beresiko. Ini karena, aku sendiri tidak yakin apakah Kawasaki memang benar-benar namanya. Juga, huruf Saki bisa juga dibaca Zaki. Sungguh merepotkan. Bisakah seseorang memberikan huruf kanji perbedaannya sehingga bisa dibaca dengan jelas?

  Ketika aku dipenuhi pikiran-pikiran itu, sebuah 'Umu' keluar dari mulutku. Gara-gara itu, Kawasaki menyadari kehadiranku.

  "...Hyaa!"

  Karena melihatku, Kawasaki terlihat kaget bukan main, dan mengambil beberapa langkah ke belakang. Kedua matanya terbuka lebar seperti baru saja melihat ninja. Ekspresinya itu seperti hendak mengatakan, 'Ninja!? Kenapa ada ninja disini!?'. Bukankah itu terdengar berlebihan?

  Kawasaki sendiri tampak malu-malu atas sikapnya itu, dan menatapku dengan wajah yang memerah.

  "...Ada apa?"

  "Ah, tidak ada apa-apa."

  Aku tidak bisa mengatakan apapun jika kau menatapku seperti itu. Kalau dipikir-pikir, gadis ini ternyata cukup menakutkan...Meski dia terlihat seperti gadis baik jika melihat reaksinya barusan. Ketika aku meyakinkan diriku dengan berbagai pikiran, aku mulai mencari-cari kata yang tepat untuk memulai percakapan.

  "Apa kau hendak pulang?"

  Mendengarkan pertanyaanku, Kawasaki tampak terkejut. Lalu, dia menjawabnya dengan suara yang pelan.

  "...Y-Ya."

  "Benarkah?"

  "...Y-Ya."

  Ketika menjawabku, dia tampak meremas-remas lengan blazernya, tapi dia tidak menatapku langsung. Meski begitu, dia tidak berdiri dengan diam dan mulai melanjutkan langkahnya, kesunyian terus melanda tempat ini.

  Bagaimana aku harus meresponnya? Aku merasa kalau ini adalah situasi yang mustahil untuk melanjutkan percakapan ini?!

  Bagaimana sih orang normal biasanya membuka percakapan...? Dimana, kami ini dalam kesehariannya tidaklah sering berkomunikasi, aku disini mulai ragu akan diriku sendiri. Ada apa dengan suasana ini...?

  Terus diam disini bukanlah sebuah opsi, jadi aku mulai mengatakan 'apa kau hendak pulang?'  dan 'Benarkah?'. Kalau dipikir-pikir lagi, itu benar-benar menjijikkan. Kawasaki tampaknya mulai bersimpati kepadaku, dia menatapku dan mulai berbicara.

  "A-Apa kau ingin menanyakan sesuatu?"

  "Ah, benar. Apa kau nanti ada waktu luang?"

  Untung saja Kawasaki bertanya kepadaku apakah aku ingin menanyakan sesuatu kepadanya. Jika tidak, aku tidak akan bisa mengatakan permintaanku dengan mudah. Akhirnya, kami bisa masuk ke topik utamanya.

  Mendengarkan pertanyaanku, Kawasaki berpikir sebentar dan memalingkan wajahnya dariku. Lalu, dia menjawabku dengan suara pelan.

  "...Ya, aku ada waktu."

  Oh, ini bagus sekali. Melihat bagaimana dia harus bekerja, kursus, dan pulang ke rumah, aku mulai sedikit khawatir tentang bagaimana responnya karena dia tampak sibuk.

  Tapi, requestku kepadanya cukup mudah. Meski begitu, karena tanggungjawabnya sangat besar, aku tidak bisa mengatakannya dengan nada yang santai. Aku ingin mengatakannya dengan nada yang lebih lembut dari biasanya, karena itulah aku pura-pura batuk sebelum mengatakannya.

  "...Baju, bisakah kau bantu aku untuk membuatnya?"

  Lalu, kami berdua hanya terdiam. Aku merasa kalau waktu sedang berhenti untuk saat ini.

  Mulut Kawasaki terbuka lebar. Dia mengedip-ngedipkan matanya beberapa kali. Setelah beberapa detik, dia tampaknya paham apa yang hendak kukatakan.

  "...Ah? A-Aku yang membuatnya? Ba-Bajumu? A-Ada apa ini...?"

  Dia tampak kebingungan, dan terus melambai-lambaikan tangannya, seperti tidak tahu apa yang harus dilakukan.

  Apa yang kukatakan tidak cukup jelas? Aku ingin menjelaskan dengan detail setelah dia paham apa maksudku. Ngomong-ngomong, aku menambahkan sesuatu tentang kata-kataku sebelumnya.

  "Bukan, bukan soal bajuku. Ini soal kostum yang dipakai dalam perlombaan Festival Olahraga. Kau tidak perlu membuat seluruh kostumnya. Kau bisa mengajariku bagaimana membuatnya jika kau mau."

  "...Oh, Festival Olahraga ya. Kukira tadi..."

  Kawasaki mengembuskan napasnya. Sepertinya, dia merasa lega akan sesuatu.

  "...Kalau tidak salah, kau ini panitia disana, benar tidak?"

  Ekspresinya yang heran kini telah hilang, dan berganti menjadi ekspresi lesu yang biasanya. Dia mengatakan itu dengan nada suara yang tidak menunjukkan adanya ketertarikan. Eh, bukankah kepanitiaannya sendiri tidak pernah diumumkan ke seluruh siswa? Kalau kupikir-pikir, selain panitia itu sendiri, para siswa disini tidak pernah tahu kalau ada kepanitiaan dalam Festival Olahraga.

  "Kau tahu dari mana soal itu?"

  Tanyaku, dan Kawasaki menjawabku dengan santainya.

  "Kudengar itu dari Taishi."

  Sepertinya, semua hal tentang diriku itu berasal dari Komachi. Kekuatan untuk menyebarkan informasi dari seorang adik perempuan memang benar-benar menakutkan. Lebih jauh lagi, sesuatu antara saudara laki-laki dan saudara perempuan jika sudah selevel Kawasaki bersaudara, juga mengerikan. Kenapa kita harus membawa topik membosankan semacam ini?

  "Seperti yang kuduga dari seorang bro-con..."

  Kunaikkan bahuku ketika mengatakannya. Kawasaki yang sedari tadi memalingkan pandangannya dariku, tiba-tiba menoleh dan menatapku.

  "Akan kuhajar kau."

  "Ma-Maaf."

 Suaranya yang rendah itu ditambah dengan tatapan tajam yang dipenuhi api membara, membuatku secara spontan untuk meminta maaf. Dia ini menakutkan sekali jika membawa-bawa topik yang melibatkan adik laki-lakinya. Poin-poin bro-connya memang benar-benar mengerikan.

  Kawasaki yang juga terkejut karena mendengar permintaan maafku, kemudian dia mengibaskan rambut yang berada di bahunya.

  "Panitia festival, huh...Kupikir kau ini bukan tipe-tipe orang yang mau melakukan hal-hal yang merepotkan semacam itu."

  "Sebenarnya, itu request yang datang ke Klubku."

  "Oh..."

  Aku bernapas lega ketika menjawabnya, dan Kawasaki hanya meresponnya dengan jawaban singkat. Lalu, obrolan langsung padam. Seperti tidak tahan akan kesunyian ini, dia mulai memegangi rambutnya berulang kali. Lalu, ketika dia melihat ke arah jarinya, dia mulai melanjutkan kata-katanya dengan nada lesu yang biasanya.

  "...Benarkah hanya itu?"

  "Eh? Kurasa tidak ada yang lain."

  Aku tidak berpikir terlalu lama dan menjawabnya begitu saja. Mendengar jawabanku, dia lalu menutup kedua matanya.

  "Begitu ya..."

  Jawabannya terdengar lebih bersemangat dari biasanya. Tapi, aku sendiri mulai bertanya-tanya, memangnya dia mengharapkanku untuk apa lagi?

  "Memangnya kau pikir ada apa tadi?"

  "Oh bukan, tidak ada apa-apa. Hanya saja, aku tidak mengerti."

  Ini wajar. Mustahil orang bisa paham orang lain begitu saja. Kawasaki, yang mengatakan kalau dia tidak mengerti, dia memang berhak untuk mengatakannya. Yang terpenting, akan menjadi sebuah masalah jika kita semua berkata kalau kita bisa saling memahami. Aku tidak bisa begitu saja menerima simpati dan pemahaman dari orang lain yang tidak tahu akan jawaban sebenarnya. Dari awal, aku juga tidak meminta orang lain untuk memahamiku.

  Tahu kalau Kawasaki mulai menanyakan hal-hal yang aneh, aku hendak kembali memaksanya ke topik awal.

  "Ah, mengenai bajunya."

  "Tidak apa-apa. Itu bukanlah masalah. Aku sendiri tidak sedang bekerja, jadi aku punya cukup waktu luang."

  Kali ini, Kawasaki-lah yang menjawabku dengan cepat.

  "Benarkah? Kalau begitu, maka itu bisa menjadi bantuan yang sangat berarti...Tolong datang ke ruang rapat, satu jam dari sekarang."

  Mendengar kata-kataku, Kawasaki membuka matanya lebar-lebar.

  "Tunggu dulu, hari ini?"

  "Umm, yea. Katamu punya waktu luang?"

  "Itu benar, tapi...Ah sudahlah, aku akan datang nanti."

  Kawasaki mulai merubah nada suaranya yang awalnya merasa terganggu, dia lalu menerima permintaanku itu. Apakah permintaanku itu terlalu banyak dan mendadak untuknya? Tapi, kita tidak punya waktu lagi. Meski aku ingin meminta maaf kepadanya, aku benar-benar berharap dia akan datang dan membantu.

  "Maaf ya, aku akan memberikan rasa terimakasihku setelah event selesai nanti."

  "...Aku tidak butuh itu."

  Meski ini adalah suatu hal yang langka dimana aku mengatakan sesuatu yang terdengar baik, Kawasaki tiba-tiba memalingkan wajahnya dariku.

 






x Chapter X Part 2 | END x





  Bagi yang mengikuti kisah Hachiman dan Saki di vol 6 chapter 9, pasti tahu apa yang Saki harapkan dari Hachiman.

  Saki awalnya yakin kalau Hachiman menemuinya karena ingin menanyakan sesuatu. Meski Hachiman sudah mengatakan kalau dia butuh bantuan di kostum festival, Saki masih tetap bertanya apakah hanya itu saja. Sebenarnya, apa yang Saki harapkan?

  Saki berpikir (dan yakin) kalau Hachiman hendak menanyakan jawabannya mengenai pengakuan cinta tempo hari di Festival Budaya. Namun, ternyata Hachiman tidak menanyakannya.

  Jika vol 11 chapter 6, Saki memberikan coklatnya ke Hachiman dalam penyamaran coklat Keika, maka sebenarnya Saki sudah memberikan jawabannya kepada Hachiman.

  Melihat bagaimana Saki tahu betul kalau Hachiman bukan tipe orang yang aktif di organisasi, mudah saja Saki menebak kalau Hachiman tidak menanyakan jawabannya waktu itu karena malu.

  Meski sebenarnya, Hachiman hanya keceplosan bicara ketika Festival Budaya lalu.

  ...

  Hachiman berbohong dengan mengatakan di monolog, kalau dia tidak berharap adanya rasa saling memahami antar manusia. Karena, itulah yang dia harapkan di vol 9 chapter 6.



  

5 komentar:

  1. saya penasaran dgn ekspresi malu-malu dari sakisaki, knp adegan ini tdk ditampilkan di anime 😤 sial

    BalasHapus
  2. Seriusan hachiman pernah nembak saki ??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan nembak. Cuman gk sengaja ngomong "Aku menyukaimu!" Ke Kawasaki. Baca Vol sebelumnya lah :3

      Hapus
  3. Momen manis Saki kurang diekspose di anime... ah Saki... model Onee-san yang seksi gt 😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lebih banyak momentnya yui yg gak penting banget hehe

      Hapus