Kamis, 23 Juni 2016

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol 2 Chapter 4 : Karena Alasan Tertentu, Kawasaki Saki Keluar Dari Jalannya -12

  Saya tidak tahu ini anime ide adegannya dari mana, Hachiman dan Komachi tidak naik sepeda...
x x x









  Jam 5.30 pagi, udara terasa sangat dingin sekali. Sambil menguap, aku melihat dua sosok orang yang sedang berjalan menjauh dari kami.

  Jarak diantara keduanya tidak pernah menjauh ataupun lebih dekat dari itu; ketika salah satunya lebih cepat, satunya lagi mempercepat langkahnya, dan bahu mereka tampak sesekali naik ketika aku mendengar suara tawa mereka.

  Yukinoshita berdiri diantara pekatnya kabut pagi.

  "Apakah bersama saudara harusnya terlihat seperti itu?" dia mengatakan itu sambil mendesah.

  "Bisa jadi. Tergantung siapa yang terlibat. Kau juga bisa menyebut saudaramu itu sebagai orang asing yang paling dekat denganmu."

  Kadang, ada saja momen dimana aku terlampau jengkel dan berpikir untuk menghajar adikku, dan di momen tersebut aku merasa kalau diriku memang tidak seperti biasanya. Meski begitu, di momen itu, aku bisa merasakan kalau cinta dan keakrabanku juga menjadi lebih dekat. Tanpa bisa menjelaskan perasaan apa itu dan selamanya merasakan ada dinding diantara kalian, itulah arti sebenarnya menjadi saudara.

  Oleh karena itu, menyebut mereka sebagai orang asing terdekat memang aneh, tapi itu memang cocok untuk menggambarkannya. Mereka adalah orang terdekat denganmu, dan mereka orang asing bagimu. Mereka adalah orang asing bagimu, dan mereka juga orang terdekat untukmu.

  "Orang asing terdekat...Begitu ya. Aku tampaknya paham juga." Yukinoshita mengangguk, terus menundukkan kepalanya ke bawah.

  "Yukinon?" Yuigahama tiba-tiba berusaha mengintip wajah Yukinoshita, seperti terheran-heran dengan apa yang terjadi.

  Mendengar namanya dipanggil, Yukinoshita menegakkan kepalanya dan tersenyum ke Yuigahama.

  "Kurasa, sekarang saatnya kita untuk pergi. Dalam tiga jam kita harus masuk ke sekolah."

  "Oh, oke..." Yuigahama tampak sedikit keberatan dengan sikap Yukinoshita tersebut, tapi dia tetap mengangguk dan membetulkan tas di bahunya.

  Kulepaskan kunci sepedaku.

  "Komachi, bangun."

  Komachi yang sedang duduk di ornamen batu di depan McDonalds mengangguk karena tertidur. Kucolek pipinya dengan lembut, membuatnya menggerutu dengan aneh dan dia mulai membuka matanya secara perlahan. Dia lalu berdiri dan menyeret kakinya seperti seorang zombie, lalu duduk di kursi belakang sepedaku.

  Di waktu normal, dia harusnya masih tidur. Karena ada dirinya di kursi belakang, aku harus mengayuh sepedaku dengan perlahan. Aku lalu duduk di sepedaku dan bersiap untuk mengayuh sepedaku.

  "Aku akan pulang dulu. Kerja bagus, semuanya."

  "Yeah, sampai jumpa besok. Tidak, tunggu dulu. Sampai jumpa lagi di sekolah." Yuigahama lalu melambaikan tangannya.

  Yukinoshita terlihat diam saja, dia hanya menatap ke arahku dan Komachi. Tapi setelah aku mulai mengayuh sepedaku, dia mengucapkan sesuatu secara perlahan.

  "Kusarankan agar kau tidak naik sepeda berboncengan...Kau mungkin bisa terkena kecelakaan lagi."

  "Oh, sampai jumpa," aku membalasnya dan mulai mengayuh sepedaku.

  Otakku yang mulai mengantuk ini tampaknya tidak bisa bekerja dengan baik, dan semua pikiranku yang masih fokus kutujukan untuk mengawasi lalu lintas. Karena itu, aku baru saja memikirkan apa yang dikatakan Yukinoshita tadi.

  Loh, kenapa dia bisa tahu soal kecelakaan itu...

  Aku kayuh speedaku ke jalan lurus hingga persimpangan menuju Jalan Raya 14. Angin yang biasanya meniup wajah kami ketika kami berangkat ke sekolah kini berada di belakang kita. Ketika kami menunggu lampu lalu lintas berubah hijau, sebuah aroma yang enak dari toko roti yang berada di seberang jalan mulau tercium.

  Perutku mulai berteriak kelaparan.

  "...Komachi. Kau mau roti sebelum kita ke rumah?"

  "Tch! Onii-chan, dasar bodoh! Kau menawarkanku untuk mampir ke toko roti seperti pura-pura tidak terjadi sesuatu. Bilang saja kalau kau sendiri juga lapar!"

  Ketika dia menepuk punggungku, aku mengayuh sepedaku ke arah toko roti tersebut.

  Komachi mendesah.

  "Onii-chan, kau ini parah sekali. Jika kau mau pura-pura, aku ogah kalau nantinya harus menceritakan hal-hal bagus tentangmu lagi."

  "Nah, kau sendiri tidak pernah memujiku sama sekali. Pada akhirnya, yang kau ceritakan itu intinya tentang kau yang menjadi anak baik. Itu semua cerita karanganmu saja."

  "Meski itu ada benarnya," Komachi mengatakan itu setelah berhenti memukulku. Dia lalu terdiam sejenak. "Tapi tahu tidak, aku tidak bohong soal aku bersyukur tadi."

  Lalu dia melingkarkan tangannya di pinggangku, dan menempelkan kepalanya di punggungku.

  "Apa kau hendak mengatakan 'Poin Komachi' bertambah?"

  "Hmph, ternyata ketahuan." Meski mengatakan itu, Komachi tidak mau melepaskan tangannya dari pinggangku.

  Udara pagi yang menyenangkan secara perlahan mulai membekukan tubuh kami ketika kami berpisah. Aku merasa kalau menyentuh kulitnya itu membuatku bertambah mengantuk. Entah mengapa, aku mulai yakin kalau aku akan terlambat masuk sekolah hari ini. Jika aku pulang dengan perasaan semacam ini, aku berani menjamin kalau aku akan langsung melompat ke kasur dan tertidur. Kurasa tidak buruk-buruk amat terlambat ke sekolah lagi, sementara kau bisa lebih akrab dengan saudaramu seperti ini.

  "Tapi tahu tidak, kurasa itu bagus buat Onii-chan. Ternyata kau sudah bertemu dengan gadis itu." Suara Komachi muncul dari belakangku.

  "Huh? Apa yang kau bicarakan?"

  Meski aku memasang ekspresi penuh tanda tanya, Komachi terus bercerita seperti tidak peduli dengan ekspresiku.

  "Tahu tidak, itu loh Gadis dengan Permen yang pernah kuceritakan. Komachi harusnya mengatakan sesuatu ketika kita bertemu sebelumnya. Tapi sudahlah, selamat, Onii-chan. Tulang retakmu itu akhirnya mempertemukanmu dengan gadis manis seperti Yui-san."

  "Yeah, kurasa begitu..." kakiku seperti mengayuh secara otomatis.

  Aku seperti tidak merasakan apapun dari apa yang sedang kulakukan ini.

  Ini mungkin menjelaskan mengapa kakiku tiba-tiba meleset untuk mengayuh pedal sepeda.

  Tiba-tiba tubuhku merasa terkejut. Sebuah rasa sakit yang mendalam mulai terasa.

  "Gahhh!"

  "Ouuuuch...Ada apa ini tiba-tiba? Ini pertamakalinya aku melihat orang meleset mengayuh pedal sepeda."

  Komentar Komachi terdengar seperti sesuatu yang dikatakan oleh orang dari kejauhan.

  Aku hampir tidak percaya dengan apa yang barusan dia katakan. Jadi Yuigahama itu adalah si Gadis permen?

  Bagi orang lain, gadis permen mungkin terdengar seperti seseorang yang memberimu manisan ketika Festival Bon atau mereka bisa saja kenalanmu, tapi itu bukanlah sebuah perasaan cinta. Tapi dalam kasusku kali ini, takdirku seperti terhubung dengan gadis permen ini.

  Aku terlibat insiden kecelakaan di hari pertama masuk SMA. Dalam perjalanan ke sekolah, seorang gadis sedang berjalan-jalan dengan anjingnya. Ketika masuk lingkungan sekolah, anjingnya lepas dari pemiliknya dan sayangnya, ada sebuah mobil mirip limosin yang mahal muncul. Hadiah dari kecelakaan itu adalah tulang yang retak. Selama tiga minggu pertama masuk SMA, aku menghabiskan waktuku dengan berada di ruang perawatan, menyegel nasibku sebagai seorang penyendiri.

  Dan pemilik anjing itu adalah gadis yang Komachi sebut sebagai si gadis permen.

  "Onii-chan, ada apa?" Komachi mencoba melihatku dengan khawatir, tapi yang bisa kuberikan hanyalah senyum yang terkesan dipaksakan.

  "Aku hanya memikirkan beberapa hal, itu saja."

  Lalu bibirku membentuk senyum yang lebih kecut lagi, senyum dari seorang pecundang yang hina.

  "Tidak ada apa-apa. Ayo kita beli rotinya dan langsung pulang setelahnya," kataku sambil mulai mengayuh sepeda dan mulai fokus mengendarai sepeda.

  Tapi anehnya, itu adalah usaha yang sia-sia. Sekali lagi, aku gagal mengayuhnya dan pedal tersebut menghantam kakiku lagi.






  x Chapter IV | END x




  Tentunya yang Yukino bayangkan adalah situasi saudara antara dirinya dengan Haruno. Ternyata, tidak seperti Komachi-Hachiman dan Taishi-Saki.

  ...

  Sebenarnya dari chapter ini saja sudah memberitahu kalau Yukino adalah penumpang limosin tersebut.

  ...

  Dalam volume 1 chapter 6, diceritakan Yui datang berkunjung ke rumah Hachiman satu kali untuk mengucapkan rasa terimakasihnya. Tapi, Hachiman sedang istirahat (tidur), sehingga Komachi yang menemuinya. Yui mengatakan kalau dia satu sekolah dengan Hachiman, dan akan berterimakasih secara langsung ke Hachiman di sekolah.

  Kenyataannya, Yui tidak melakukan itu sampai chapter ini. Yui baru mengakui setelah Hachiman melakukan konfrontasi langsung di vol 2 chapter 5.

  Melihat vol 3 chapter 6, Hachiman tahu kalau sikap Yui kepadanya selama ini, kurang lebih melibatkan perasaan cinta.

  Kadang saya menanyakan kepada diri saya sendiri, jika Hachiman ini benar ingin punya pacar, kenapa tidak terima saja Yui? Hachiman tahu kalau Yui mencintainya. Di poin ini, anda harus respek ke Hachiman. Dia bisa saja punya pacar seorang gadis cantik, Yuigahama Yui, dengan mudahnya, tinggal tembak dan 100% jadi. Tapi Hachiman memilih untuk mengikuti idealismenya.

  ..

  Lucu, situasi paragraf di atas terjadi di vol 11 chapter 9. Yui sudah memastikan kalau Hachiman adalah pria penerima request kue tersebut. Tinggal terima saja maka Hachiman pasti 100% punya pacar. Meski, kita tahu ending cerita sebenarnya tidak akan seperti itu.

1 komentar: