Minggu, 19 Juni 2016

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol 2 Chapter 4 : Karena Alasan Tertentu, Kawasaki Saki Keluar Dari Jalannya -7


x x x







  Kami berlima berjalan masuk ke Maid Cafe Angel. Disana, kami menerima sapaan standar "Selamat datang, tuan! Nikmati waktu anda disini!" dan diarahkan ke sebuah meja kosong. Yuigahama dan Yukinoshita diarahkan menuju ruang ganti untuk "mendapatkan pengalaman sebagai maid", jadi hanya Totsuka, Zaimokuza, dan diriku yang diantar ke tempat duduk.

  "Silakan duduk, tuan," kata seorang gadis yang memakai kacamata dengan frame berwarna merah dan sepasang telinga kucing ketika memberi kami menunya.

  Sederet menu seperti "Omu Omu Omelette Rice", "White Curry ✩", dan "Kyururun Cake". Disamping menu utama tersebut, ada semacam menu sampingan seperti "Moe Moe Hompimpa". Tunggu dulu, apa mereka juga meminta pelanggan untuk membayar hanya untuk melakukan hompimpa? Sistem ekonomi di tempat ini sudah rusak!

  Kuputuskan untuk menyerahkan hal-hal yang tidak kuketahui tentang tempat ini ke Zaimokuza, yang sudah duduk di tempatnya. Ketika kulihat dirinya, dia tampak menoleh kesana-kemari, terlihat pucat, dan meminum air putih yang ada di mejanya dengan terburu-buru. Dia tidak mengatakan satupun kata dari tadi.

  "Oi, ada apa?"

  "Hmph...Awalnya aku sangat yakin sebelum masuk ke kafe ini, tapi sekarang aku mulai gelisah karena aku tidak biasa berbicara kepada maid."

  "...Begitukah?"

  Tangan Zaimokuza tampak bergetar hebat ketika memegangi gelasnya, tapi kuputuskan untuk tidak mempedulikannya. Ada satu karakter lagi yang tidak mau berbicara apapun, jadi kali ini kuputuskan untuk berbicara kepadanya.

  "Totsuka, kau ini sedang berada di Maid Cafe, tahu tidak?"

  Totsuka tidak menunjukkan reaksi apapun.

  "T-Totsuka?"

  Sekali lagi, dia tampak tidak mempedulikanku. Dalam situasi normal, dia biasanya meresponku dan tersenyum, senyum yang secerah matahari! Totsuka tampak tsun dan pendiam hari ini, dia bahkan tidak mengangguk atau sejenisnya.

  "Ada apa? Apa kau marah akan sesuatu?" tanyaku sambil menyiapkan garpu di tanganku untuk menusuk leherku jika dia tidak mempedulikanku lagi.

  Totsuka akhirnya berbicara.

  "Kau tidak menyelamatkanku tadi..." dia mengatakan itu setelah diam sejenak.

  "Huh? Ohh, uh, itu, begini..."

  "...Kau ingin melihatku memakai kostum imut itu meski tahu aku ini laki-laki." Totsuka menatapku dengan kesal.

  Ekspresinya yang marah memang manis.

  Sial. Totsuka ternyata laki-laki. Plus, aku tidak suka melihatnya marah kepadaku dan mengatakan hal-hal yang seharusnya dikatakan oleh seorang gadis. Kalau begitu, yang bisa kulakukan untuknya adalah tidak membuat situasi ini bertambah kacau.

  "Begini, well, tahu tidak, itu sebenarnya hanya candaan antar sesama pria     seperti kumpulan serigala yang saling bermain satu sama lain?"

  "...Benarkah?"

  "Benar, Aku berani bersumpah dengan mempertaruhkan seluruh kehormatanku sebagai seorang pria."

  Ngomong-ngomong, aku harus memberinya dorongan ala seorang pria. Ini adalah pembicaraan antar sesama pria, dengan menekankan ke kata PRIA.

  "Ka-Kalau begitu, kau kumaafkan..." Totsuka mengatakan itu dengan wajah yang memerah.

  "Maaf ya. Sebagai permintaan maafku, kutraktir kau cappuccino. Semua pria Itali sejati meminumnya, tahu tidak?"

  "Oke, terima kasih!"

  Aku berhasil mengembalikan suasana hati Totsuka dengan senjata andalanku dan berhasil menunjukkan arti seorang pria kepadanya. Karena sekarang aku menerima senyuman Totsuka yang cerah itu, suasana hatiku tampaknya berada di posisi terbaik. Aku lalu menekan bell yang ada di meja.

  "Maaf sudah membuat anda menunggu, Tuan."

  "Oh, aku pesan dua cappucino."

  "Kami bisa menggambar kucing di kopi anda, tentunya kalau anda berkenan. Apakah Tuan suka yang seperti itu?"

  "Err, tidak perlu. Terima kasih."

  Meski aku menolak tawarannya, maid tersebut tetap tersenyum manis.

  "Saya paham. Silakan ditunggu pesanan anda," katanya.

  Kalau kita berada di warung kopi pinggir jalan, mungkin pelayannya akan bilang, "Sip bos!". Respon mereka yang seperti itu memang respon yang kau harapkan dari seorang profesional. Cara mereka berjalan terlihat anggun dan enerjik.

  Alasan mengapa maid cafe begitu populer mungkin bukan karena kata-kata omong kosong seperti "Moe Moe" atau "Tuan", tapi karena mereka menyediakan fan service yang membuat pelanggannya merasa menghabiskan waktu bersama mereka terasa menyenangkan. Bermain hom pim pa denganmu dan menggambar sesuatu di omelette adalah cara mereka untuk menunjukkan keramahan tempat ini.

  Meski begitu, ada saja diantara para maid ini yang tidak bisa menjalankan perannya dengan baik. Nampan yang ada di tangannya tampak bergetar, dia bahkan berjalan dengan terhuyung-huyung dan tidak sadar kalau air dalam minuman yang dibawanya mulai tumpah kemana-mana. Kalau begini, dia pasti akan jatuh dan aku akan bisa melihat celana dalamnya. Ngomong-ngomong, maid yang sedang kubicarakan ini adalah Yuigahama.

  "Ma-Maaf sudah membuatmu menunggu," dia mengatakan itu dengan malu-malu sambil menaruh minuman di atas meja. Wajahnya tampak memerah. "Tu-Tuan," dia menambahkan itu setelah diam sejenak.

  Dia menggunakan kostum maid yang standar. Dominasi warna hitam dicampur renda-renda berwarna putih, dan juga kostumnya itu tampak terlalu ketat di bagian dada, dimana hal itu menonjolkan dadanya dengan jelas.

  Kami semua hanya bisa terdiam.

  "A-Apa aku cocok memakai ini?" katanya sambil memutarkan badannya. Pita dan renda-rendanya tampak mengibas.

  "Whoa, kau manis sekali, Yuigahama-san. Benar tidak, Hachiman?" kata Totsuka.

  "Hmm? Yeah. Kurasa begitu." aku memberikan jawaban yang tidak jelas.

  Meski aku memberinya jawaban yang setengah hati, Yuigahama tersenyum dengan senang seperti menganggap diriku baru saja memujinya.

  "Begitu ya...Baguslah kalau begitu...Ehehe, terima kasih."

  Jujur saja, aku terkejut.

  Dia konyol seperti biasanya, tapi aku merasakan kesan yang berbeda dari Yuigahama yang sedang bersikap seperti maid dan terlihat malu-malu.

  "Yeah, tapi tahu tidak? Roknya ini terasa pendek dan kaos kakinya melebihi lututku, kurasa orang-orang jaman dulu yang memakai pakaian semacam ini pasti melalui masa-masa yang sulit. Kalau kau berusaha membersihkan sesuatu ketika menggunakan kostum ini, debu dengan mudah menempel di pakaian dan pakaianmu akan cepat sekali kotor."

  Kutarik kembali kata-kataku. Ternyata dia masih Yuigahama Yui yang dulu.

  "Kau akan terlihat lebih manis jika kau tidak banyak omong," kataku.

  "Apaaa?! Apa maksudmu?!" dia lalu memukulku dengan nampan.

  Jadi sekarang dia sudah berani melawan tuannya, huh...

  "Apa yang sedang kalian ributkan...?" nada yang dingin terdengar, membuatku menoleh ke asal suara tersebut.

  Di belakangku, ada seorang maid yang berasal dari Kerajaan Inggris.

  Dia memakai rok panjang dan model lengan panjang. Pakaiannya didominasi warna hijau tua. Sebuah pita hitam tampak melingkari lehernya. Imagenya yang awalnya menakutkan, lalu dipadu dengan kostum yang sederhana, membuatnya terlihat cantik.

  "Whoa, Yukinon, kau terlihat luar biasa! Pakaian itu sangat cocok denganmu. Kau juga terlihat sangat cantik..." Yuigahama mengatakan kekagumannya.

  Seperti kata Yuigahama, kostum itu sangat cocok dengan Yukinoshita.

  "Yeah, tapi wajahmu itu lebih mirip Rottenmeier daripada seorang maid..." Kupikir komentarku barusan sudah memakai referensi populer, tapi sayangnya Yukinoshita dan Yuigahama hanya terlihat memiringkan kepalanya dan dipenuhi ekspresi tanda tanya.
[note: Rottenmeier itu merujuk ke Fraulein Rottenmeier, salah satu tokoh cerita Heidi. Heidi merupakan karya Johanna Spyri pada tahun 1881. Muncul perdana di layar kaca tahun 1937, dibintangi Shirley Temple. Pernah dibuat animenya pada tahun 1974. Jika ini berasal dari Hachiman, kemungkinan besar ini merujuk ke versi animenya.]

  "Maksudku, pakaian itu cocok denganmu..."

  "Begitu ya. Well, meski sebenarnya bukan itu tujuan kita kesini..." Yukinoshita menjawabnya dengan sesuatu yang berbeda.

  Memang kebetulan, Rottenmeier sendiri adalah kepala pelayan dalam cerita Heidi, Gadis dari Alps. Kupikir kau bisa menyebutnya maid juga. Selebihnya, dia terlihat seperti seseorang yang berasal dari rumah berhantu.

  "Kawasaki-san sepertinya tidak berada di kafe ini," kata Yukinoshita.

  "Kau ternyata benar-benar mengerjakan PR-mu, huh...?"

  "Tentu saja. Aku memakai pakaian ini untuk alasan itu."

  Yukinoshita adalah satu-satunya orang yang menjalankan misi penyamaran ini dengan serius. Kurasa ini adalah pionir lahirnya Detektif Maid! Tapi mengapa hanya ada Totsuka dengan pakaian maid ketika aku memikirkan itu?

  "Atau mungkin saja dia mengambil libur?" tanya Yuigahama.

  Yukinoshita menggeleng-gelengkan kepalanya.

  "Namanya tidak tercantum dalam jadwal shift. Karena dia menerima panggilan telepon ketika berada di rumahnya, kita bisa menghilangkan kemungkinan kalau dia menggunakan nama palsu."

  Kalau dia sudah sejauh itu, dia pastinya bukan maid biasa. Dia adalah Maid Ninja!

  "Jadi kesimpulannya, informan kita memberikan informasi palsu..." akupun menatap Zaimokuza, yang duduk di sebelahku.

  Melihatku yang seperti itu, Zaimokuza mulai menggerutu.

  "Aneh sekali...Mustahil itu bisa terjadi..."

  "Apa maksudmu?"

  "Ahem...Seorang gadis tsuntsun yang bekerja di maid cafe dan berkata, 'Meow Meow! Selamat datang, Tuan...Huh, apa yang kau lakukan disini?!' kurasa harusnya begitu      Atau lebih tepatnya kukatakan dia ditakdirkan begitu?" kata Zaimokuza.

  "Aku sama sekali tidak paham kata-katamu barusan."

  Aku tidak peduli dengan keinginan Zaimokuza. Karena dia, kami sudah menyia-nyiakan waktu luang kami hari ini. Ini sudah larut malam, kurasa keputusan yang tepat setelah ini adalah pulang ke rumah. Yang menyakitkan lagi, besok kami akan berusaha lagi untuk menyelesaikan ini.

  Tapi, oh, Yuigahama tampak senang mencoba kostum maid dan aku juga menemukan sebuah kafe yang bagus. Kurasa itu saja cerita untuk hari ini.







x Chapter IV Part 7 | END x



  Tidak banyak yang bisa dianalisis disini. Soal kesan Hachiman ke Yui dan Yukino, pembaca juga bisa tahu bedanya.

  Juga, ini menarik jika melihat volume-volume ke depannya, semua penilaian negatif Hachiman ke Yukino berubah secara perlahan-lahan.

1 komentar: