Senin, 13 Juni 2016

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol 2 Chapter 4 : Karena Alasan Tertentu, Kawasaki Saki Keluar Dari Jalannya -3


x x x








  Setelah 'diceramahi' Hiratsuka-sensei di ruang guru, aku berhenti sebentar di sebuah toko buku yang ada di Mall MarinPia dari yang seharusnya langsung pulang ke rumah.

  Aku memeriksa beberapa rak buku dan akhirnya memutuskan untuk membeli sebuah buku.

  Kurasa beginilah harusnya kuhabiskan 1000Yen-ku.

  Akupun memikirkan itu sambil membayar buku itu di kasir.

  Setelah itu, aku mampir ke kafe, berpikir untuk belajar disana. Sayangnya, sepertinya semua orang memiliki pikiran yang sama denganku. Kafe ini dipenuhi oleh siswa-siswa. Tepat ketika aku berpikir untuk hendak pulang ke rumah saja, aku melihat beberapa wajah yang familiar.

  Seorang siswa yang memakai seragam olahraga, Totsuka Saika, sedang memandangi etalase kue di kafe. Sekedar info saja, sekolahku ini memiliki aturan kalau siswa harus memakai seragam ketika di lingkungan sekolah, karena seragam olahraga resmi sekolah juga dikategorikan seragam, maka Totsuka diperbolehkan mengikuti pelajaran di kelas dengan memakai seragam olahraga sekolah.

  Pemandangan ini terasa jauh lebih manis daripada krim yang ada di kue-kue etalase itu, dan aku ini seperti semut yang tertarik kepada gula. Aku adalah salah satu dari mereka yang memiliki prinsip "Ini pasti semacam takdir ✩". Hei ayolah, aku ini mirip sekali dengan Goldilocks.

  "Oke, sekarang saatnya bagimu untuk bertanya, Yukinon," kata wajah familiar nomor dua.

  Yuigahama dan Yukinoshita tidak menyia-nyiakan waktu mereka ketika sedang mengantri dan larut dalam obrolan pelajaran mereka.

  "Baiklah, sebuah pertanyaan tentang situasi di Jepang kalau begitu," kata Yukinoshita.

  Lalu, dia mengatakan pertanyaannya.

  "Di Kota Chiba, ketika pemerintah setempat mengumumkan keadaan darurat, maka langkah pertama..."

  "...Menghentikan layanan kereta Tokyo-Chiba?"

  Sekedar info saja, pertanyaan tersebut ada di acara Trans Chiba Ultra Quiz. Dan Yuigahama menjawabnya dengan salah. Jawaban yang benar adalah 'Seluruh kereta tidak diperbolehkan berhenti di semua stasiun yang ada di Kota Chiba. Untuk mengganti waktu yang harusnya dibuang ketika seharusnya berhenti di Chiba, maka kecepatan kereta sengaja diperlambat'.

  Mendengar jawaban yang seperti itu, ekspresi wajah Yukinoshita terlihat suram, seperti yang kau harapkan darinya.

  "Jawabanmu salah...Pertanyaan selanjutnya. Ini mengenai geografi. Sebutkan dua ciri khas Chiba."

  Tik tok, tik tok. Suara dari jarum jam yang bergerak. Yuigahama lalu terlihat seperti menelan sesuatu.

  "Sup kedelai...Dan kedelai rebus?" ekspresi Yuigahama ketika mengatakan itu seperti mengalami sebuah jalan buntu.

  "Hei. Apa kau pikir yang para petani Chiba lakukan sejak dulu hanyalah bertanam kedelai?" tanyaku.

  "Whoa!" Yuigahama terlihat melompat ketika mengatakannya. Lalu dia menambahkan.

  "Oh, ternyata Hikki. Kupikir tadi itu suara orang aneh yang datang entah dari mana dan berbicara denganku..."

  Kampret.

  Aku harusnya kembali ke sini di lain waktu, tapi gara-gara menimpali jawabannya tadi, kini aku terjebak dalam antrian bodoh di kafe ini. Sialan! Tapi mustahil bagiku untuk membiarkan begitu saja orang menjawab sesuatu yang salah tentang Chiba yang sangat kucintai ini!

  Mendengar suara Yuigahama yang ribut denganku, Totsuka tiba-tiba membalikkan badannya dan melihat ke arahku. Lalu, dia tersenyum.

  "Hachiman! Jadi kau ikut kelompok belajar ini juga!?"

  Totsuka mengatakan itu kepadaku sambil tersenyum. Jujur saja, harusnya aku tidak diundang dalam kelompok belajar ini, dan ekspresi Yuigahama terlihat kecut ketika mendengar itu, seperti ingin mengatakan "Apa-apaan orang ini? Dia ini bukan anggota grup belajar kita!"

  Oi, berhenti memasang ekspresi yang seperti itu! Kau hanya mengingatkanku tentang kenangan ketika teman sekelasku waktu SD sedang ulang tahun. Meski aku sudah membawa hadiah dan semuanya, mereka semua yang hadir hanya menatapku dengan dingin sampai-sampai aku ingin menangis saja disana.

  "Sebenarnya aku tidak mengajak Hikigaya-kun," kata Yukinoshita. Lalu dia menambahkan.

  "Apa kau ada keperluan kesini?"

  "Yukinoshita, berhentilah memberitahukan fakta-fakta itu dengan tujuan hanya untuk membuat suasana hatiku bertambah buruk."

  Sial, jika aku tidak punya rasa keadilan yang tinggi, maka menu di kafe ini bisa jadi makanan terakhirmu di dunia ini, dasar lonte!

  Sebenarnya, aku mungkin berkeinginan untuk melabraknya dengan kata-kata hinaan dan menghajarnya dengan kursi. Aku ingin dia meminta maaf untuk memuaskan egoku.

  "Aah, tadi sebenarnya aku bukannya kaget atau bagaimana melihatmu, Hikki, waktu itu aku sedang fokus memikirkan jawabannya dan tiba-tiba ada yang berbicara seperti itu..." kata Yuigahama.

  "Nah, kau tidak perlu repot-repot begitu." aku sudah bosan dengan alasan yang seperti ini.

  "Apa kau kesini untuk belajar juga, Hikigaya-kun?" tanya Yukinoshita.

  "Uh, kurasa begitu. Apa kalian juga?"

  "Tentu. Karena ujiannya akan tiba dalam dua minggu," kata Yuigahama.

  "Ya ampun, sebelum kau belajar soal ujiannya, kau lebih baik memperbanyak info dulu soal Chiba. Pertanyaan terakhir sebenarnya merupakan pertanyaan yang sengaja dibuat mudah untukmu."

  "Aku sebenarnya tidak berniat untuk membuat soal yang mudah atau sejenisnya...Itu hanya pertanyaan umum soal geografi. Sebutkan dua ciri khas dari Chiba." Yukinoshita mengutarakan hal yang sama seperti sedang mengujiku.

  "Jawaban yang benar adalah sesuatu yang membuat Chiba terkenal: festival dan tarian."

  "Pertanyaanku itu tadi tentang ciri khas, bukan apa yang terkenal. Aku bahkan cukup yakin kalau tidak ada seorangpun yang tahu lirik lagu-lagu tradisional Chiba." Yukinoshita seperti tidak percaya.

  Tidak, aku sangat yakin dia hapal lirk-liriknya. Hanya saja, dia tidak tahu apa yang menjadi tren di Chiba saat ini.

  Sebenarnya, lagu tradisional Chiba biasanya dinyanyikan di Festival Bon Odori, dan juga biasanya kau dengarkan sebagai lagu-lagu pendamping kegiatan senam modern di Chiba. Warga Chiba biasa bernyanyi dan menari ketika mendengar itu. Serius ini, bahkan kau bisa secara tidak sadar menyanyikan itu ketika sedang melakukan latihan senam meskipun tidak ada musik atau seorangpun yang menyanyikannya.

  Tidak lama kemudian, giliran kita tiba. Tiba-tiba, Yuigahama tersenyum.

  "Hikki, kutraktir kali ini," katanya.

  "Huh? Bukannya sudah kukatakan tidak perlu repot-repot?...Apa selanjutnya kau akan berpakaian dan bersikap seperti nenekku? Oh Nenek, kenapa gigimu besar sekali..."

  "Aku bukanlah serigala jahat di cerita itu! Aku hanya basa-basi saja tadi meski sebenarnya aku sejak awal tidak berniat mentraktirmu!"

  Apa dia baru saja menggali kuburnya sendiri?

  Aku tidak melihat adanya alasan mengapa Yuigahama harus mentraktirku.

  Yukinoshita, yang melihat percakapan kami, mendesah seperti lelah melihatnya.

  "Kata-katamu tadi sangat memalukan, jadi hentikan itu. Aku tidak suka hal-hal semacam itu. Aku sangat membenci orang yang bermuka dua."

  Kali ini, aku sangat setuju dengan Yukinoshita.

  "Yeah, aku juga sangat membenci orang-orang yang seperti itu."

  "Huh?! Ka-Kalau begitu aku tidak akan mengatakan itu lagi!" kata Yuigahama.

  "Nah, sebenarnya tidak masalah basa-basi jika itu hanya sebagai candaan diantara orang-orang yang kau anggap dekat," kataku. Lalu, aku menambahkan.

  "Kurasa, itu tidak masalah jika kau berbasa-basi dengan grup pertemananmu?"

  "Ya, kurasa itu begitu. Tapi karena kita bukanlah sebuah grup pertemanan, jadi aku tidak menyukai itu."

  "Aku sangat terkejut melihatmu tidak memperlakukanku sebagai bagian grup pertemanan!" Yuigahama melihat Yukinoshita dengan mata yang berkaca-kaca.

  Sementara itu, ternyata sudah sampai ke giliranku. Ketika aku mengatakan blend coffee, pelayan kafe langsung membawa minuman itu ke kasir. Setelah itu, kasir itu mengatakan, "Semuanya 390Yen."

  Lalu kurogoh saku celanaku. Sebuah ingatan akan sesuatu tiba-tiba muncul di kepalaku. Aku tadi membeli sebuah Light Novel di toko buku, lalu apa yang terjadi? Aku membayar 1000Yen, dan itu adalah uang yang kubawa untuk hari ini, dan tidak ada kembalian sama sekali dari itu...Kesimpulannya, aku tidak ada uang sama sekali saat ini. Tapi kopinya sudah dibuat dan ini sudah terlambat untuk menolaknya.

  Aku mulai memasang wajah serius dan menatap kedua gadis tersebut.

  "Aduh, gawat. Aku tidak ada uang saat ini, teehee. Maaf, bisakah kalian bayar dulu minumanku?"

  "...Menyedihkan." Yukinoshita dengan cepat langsung melabeli diriku sebagai sampah masyarakat.

  Yuigahama lalu mendesah dan menatapku dengan tidak percaya.

  "Huh, ya sudah, mau bagaimana lagi."

  ...No-Nona Yuigahama! Kau memang Dewi penyelamatku! Aku berjanji akan menyembah-nyembah dirimu nanti!

  "Pesanan kopimu itu nanti menjadi milikku, apa kau tidak masalah minum air putih saja, Hikki?"

  ...Dasar Iblis betina, sama saja gue enggak minum! Apa dia ini Lilith atau sejenisnya?

  "Hachiman, A-Aku akan membelikannya untukmu! Ambil saja itu dan jangan khawatirkan uangnya, oke?" Totsuka tersenyum manis kepadaku.

  Totsuka ini memang benar-benar malaikat.

  Tepat ketika aku hendak memeluknya, kata-kata dingin Yukinoshita muncul seperti hendak memisahkan kita.

  "Kurasa tidak baik jika kau memanjakannya."

  "Heloo, tolong katakan itu setelah kau melakukan sesuatu yang baik kepadaku."

  Totsuka akhirnya yang membayar pesananku, jadi aku sekarang bertugas mencari meja kosong setelah berterimakasih kepadanya. Setidaknya itu yang bisa aku lakukan ketika menunggu mereka bertiga selesai memesan pesanannya.

  Tiba-tiba, ada grup yang berisi empat orang pergi meninggalkan meja mereka, jadi aku langsung menempati meja tersebut. Kutaruh nampan minumanku ini di meja dan menaruh tasku di sofa meja tersebut.

  Kulihat sekelilingku, ternyata ada siswi sekolahan yang cantik sedang duduk di belakangku. Akupun membungkuk untuk merespon sikapnya yang kurang nyaman ketika melihatku.

  "Oh, ternyata Onii-chan."

  Siswi yang cantik itu ternyata adikku, Hikigaya Komachi. Dia terlihat sedang memakai seragam sekolahnya, lalu dia melambai-lambaikan tangannya kepadaku dengan senyum yang ceria.

  Butuh waktu agak lama untuk menyadari apa yang terjadi.

  "Apa yang kau lakukan disini?" tanyaku.

  "Begini, Taishi-kun hendak menceritakan masalahnya kepadaku," Komachi mengatakan itu sambil melihat ke arah sofa yang ada di seberang mejanya.

  Duduk di sofa itu, ada seorang siswa SMP.

  Dia lalu membungkukkan kepalanya ke arahku. Aku terus menatapnya tanpa berpikir.

  Apa hubungan anak ini dengan Komachi...?

  "Dia ini Kawasaki Taishi-kun. Kalau tidak salah, Komachi pernah menceritakan soal dia ke Onii-chan tadi malam, ingat tidak? Itu loh cerita tentang orang yang kakak perempuannya tiba-tiba menjadi nakal."

  Sekarang dia mengatakan itu, aku sepertinya memang pernah mendengarnya bercerita soal itu. Aku merasa ceritanya seperti masuk telinga kanan keluar telinga kiri karena waktu itu aku sedang berusaha menghapalkan tahun tentang kejadian di buku sejarah. Apa sih yang terjadi di tahun 694?

  "Jadi begitulah, dia ini ingin mencari bantuan tentang bagaimana agar kakaknya itu bisa kembali seperti sedia kala. Oh, benar. Onii-chan kemarin juga bilang kalau aku boleh menceritakan apapun kepada Onii-chan jika ada suatu masalah."

  Oh, entah mengapa sepertinya aku merasa kalau aku terlalu banyak menggombal kemarin. Semacam "tenang saja, serahkan padaku!". Yeah, aku mungkin seperti itu jika ini demi adikku, tapi jujur saja, aku tidak berminat seperti itu jika ini menyangkut temannya, terutama jika dia laki-laki...

  "Yeah, aku ingat. Tapi menurut pendapatku, kupikir dia harusnya membicarakan ini terlebih dahulu dengan keluarganya. Yep, bahkan, kurasa dia harusnya tidak menyia-nyiakan waktunya seperti ini."

  Aku berpikir untuk mencari-cari alasan yang logis untuk keluar dari ini. Lalu melepaskan Komachi darinya dan pulang bersama-sama. Ketika memikirkan itu, anak yang bernama Taishi-kun ini mulai berbicara seperti berbicara kepada Senpainya atau sejenis itu.

  "Itu ada benarnya, tapi...Belakangan ini, Nee-chan pulangnya telat dan tidak mendengarkan apapun yang dikatakan orangtua kami. Dia lalu memarahiku dan mengatakan kalau ini bukanlah urusanku setiap kali aku menasehatinya..."

  Taishi lalu berhenti sejenak. Dia sepertinya terlihat sangat emosi ketika mengatakannya.

  "...Kau adalah satu-satunya orang yang bisa kuandalkan, Onii-san."

  "Jangan lancang memanggilku Onii-san!"

  "Kenapa kau bersikap seperti seorang Ayah yang keras kepala?" suara yang keren itu tiba-tiba muncul dari belakangku.

  Kubalikkan badanku, ternyata Yukinoshita dan yang lainnya sedang berjalan ke arahku. Seperti menyadari hubungan kami ketika melihat seragam sekolah yang sama denganku, Komachi langsung memasang senyum bisnis yang biasanya.

  "Halo semuanya! Aku Hikigaya Komachi. Terima kasih karena kalian semua sudah membantu kakakku selama ini,"

  Komachi menyapa mereka semua dengan senyum. Salah satu fitur spesial darinya adalah dia bisa akrab dengan siapapun yang dia mau, bahkan orang yang terlihat mustahil untuk didekati.

  Sementara itu, Taishi-kun, pelanggan kafe ini, memilih untuk pasif. Dia hanya merendahkan kepalanya dan memperkenalkan namanya saja.

  "Apa kau ini adik dari Hachiman?" kata Totsuka. "Senang bertemu denganmu, aku ini sekelas dengannya. Namaku Totsuka Saika."

  "Oh, kau ini ramah sekali, dan juga mempesona. Ya ampun, manisnya. Benar tidak, Onii-chan?"

  Akupun menggerutu. "Dia ini laki-laki."

  "Haha! Lucu sekali! Hahaha, apa yang barusan kau katakan, kakakku yang bodoh?"

  "Err, umm. Aku ini memang laki-laki..." kata Totsuka dengan malu-malu sambil memalingkan wajahnya yang memerah.

  ...Ya ampun! Apakah orang ini benar-benar laki-laki?

  "Uh...Benarkah?" tanya Komachi, sambil menyenggol pinggangku dengan sikunya.

  "Maaf saja, tapi aku sendiri tidak begitu yakin soal itu, tapi kemungkinan besar dia itu laki-laki. Meski begitu, dia memang manis."

  "Y-Yeah..."

  Komachi terus menatap wajah Totsuka, seperti setengah tidak percaya. Dia menggumamkan hal-hal seperti, "Bulu matanya panjang sekali! Kulitmu lembut sekali," Totsuka terlihat malu-malu melihat tatapan Komachi, seperti tidak nyaman akan sesuatu.

  Aku ingin melihat pemandangan manis dari Totsuka ini selamanya, tapi tatapan Totsuka kepadaku seperti hendak berkata, "Hachiman, tolong akuuuuu...." untuk menjauhkan Komachi darinya.

  "Kurasa cukup soal itu. Ngomong-ngomong, ini Yuigahama dan itu Yukinoshita."

  Komachi akhirnya melihat mereka berdua setelah kuperkenalkan. Ketika kedua pasang mata mereka bertemu, Yuigahama tiba-tiba menjadi gugup.

  "Se-Senang bertemu denganmu. A-Aku sekelas dengan Hikki, Yuigahama Yui." dia memperkenalkan dirinya.

  "Oh, halo juga, senang berkenalan dengan     " Komachi tiba-tiba terdiam dan terus menatap Yuigahama.

  "Huh..."

  Yuigahama berusaha menghindari tatapan Komachi, dan entah kenapa dia mulai berkeringat. Memangnya mereka apa? Katak dan Ular? Mereka terus begitu kurang lebih selama 3 detik hingga aku mencairkan suasananya.

  "...Apa kalian berdua selesai?" Yukinoshita tiba-tiba memecah suasana ini, mungkin dia sudah menunggu sejak lama untuk memperkenalkan dirinya.

  Sangat luar biasa ketika mendengar suaranya saja sudah membuat Yuigahama dan Komachi langsung mengalihkan perhatian mereka kepadanya. Nada suaranya yang dingin memang terkesan tajam dan dalam. Meski begitu, pesan yang terkandung di dalamnya tersampaikan dengan jelas dan baik. Seperti mendengarkan suara salju yang jatuh ke tanah.

  Mungkin lebih tepat jika dikatakan     daripada bilang mereka tiba-tiba terdiam     mungkin lebih tepat jika dibilang mereka ketakutan. Komachi lalu membuka matanya lebar-lebar dan langsung duduk di seberang Yukinoshita. Seperti masih terhipnotis oleh kata-katanya, dia terus terdiam di tempat duduknya.

  "Senang bertemu denganmu. Aku Yukinoshita Yukino. Hikigaya-kun itu adalah...Kira-kira apa yang tepat untuk menjelaskan Hikigaya-kun ini terhadapku...? Dia tidak sekelas denganku, dia bukan temanku juga...Aku sebenarnya agak sungkan untuk mengakui ini, tapi dia bisa dikatakan kenalanku?"

  "Kenapa kau mengatakan itu seperti kebingungan untuk menjelaskan sesuatu dan mengapa juga kau mengesankan kalau mengenalku itu adalah sebuah hal yang memalukan?"

  "Begini, aku tadi sedang berpikir apakah kenalan adalah sesuatu yang tepat untuk menggambarkan itu. Satu-satunya hal yang kutahu tentangmu, Hikigaya-kun, hanyalah namamu saja. Atau mungkin lebih tepat, aku tidak ingin tahu tentang dirimu lebih dari itu. Meski begitu, aku tetap menyebutmu kenalanku."

  Pernyataan yang kejam sekali. Tapi kalau dipikir-pikir, definisi kenalan sendiri itu juga terlihat abu-abu. Aku bahkan tidak tahu apa itu teman, apalagi kenalan. Apakah benar jika menyebut seseorang yang pernah kau temui sekali itu sebagai kenalan? Apakah mereka masih layak disebut kenalan setelah bertemu denganmu beberapa kali? Apakah definisi kenalan itu berdasarkan banyaknya info yang kau tahu soal diri mereka?

  Entah apa itu. Tapi menggunakan sebuah definisi yang terdengar abu-abu bukanlah ide yang bagus. Saat ini, yang terbaik adalah mengatakan fakta soal kami berdua.

  "Sesuatu seperti 'satu sekolah dengannya' kurasa lebih dari cukup."

  "Memang...Kalau begitu aku koreksi yang tadi. Aku agak sungkan untuk mengakuinya, tapi aku satu sekolah dengannya, Yukinoshita Yukino."

  "Kau masih malu untuk mengakuiku!"

  Tahu tidak? Aku juga malu sudah mengenal dirinya!

 "Tapi aku tidak punya cara lain untuk mengatakannya."

  "Oh, umm, kurasa itu tidak masalah. Kurasa aku sudah tahu hubungan semacam apa yang kau miliki dengan kakakku ini," kata Komachi.

  Aku sangat bersyukur dengan adikku ini yang cepat paham, tapi cintanya terhadap kakaknya ini kuakui masih kurang.

  "...Maaf memotong, bukankah sekarang ini harusnya giliranku?"

  Akupun menolehkan kepalaku ke arahnya.

  "Huh? O-Ohhh..."

  Taishi-kun seperti masuk ke jalan buntu saja, ekspresi wajahnya tampak khawatir. Dia malah berusaha menarik perhatianku, tapi sayangnya kenalannya di tempat ini hanyalah Komachi, dimana itu membuat situasinya menjadi sulit baginya. Tidak, jujur saja, posisinya hanyalah kenalan dari kenalan, jadi dia tidak bisa begitu saja ikut dalam obrolan kami. Belum lagi fakta kalau dia sedang dikelilingi orang-orang yang lebih tua darinya. Dia seperti terkepung. Jauh dari kata sedang menunggu giliran untuk memperkenalkan diri, mungkin lebih tepat kalau dia menunggu orang-orang ini untuk bertanya apa masalahnya. Seperti, "Napa lu diem aja?" atau sejenis itu. Kalau aku berada dalam posisinya, aku serasa ingin mati saja. Satu-satunya opsi baginya adalah mengangguk saja mendengar obrolan kami dan sesekali tertawa atau tersenyum dengan ekspresi yang dibuat-buat.

  Meski tahu dalam posisi seperti itu, Taishi yang tampak berkeinginan kuat untuk membicarakan masalahnya memang menunjukkan skill komunikasi yang luar biasa. Mungkin kau bisa menyebutnya sebagai anak laki-laki yang memiliki prospek bagus.

  Tapi jangan pikir aku akan membiarkan dia menyentuh Komachi begitu saja.

  "Maaf memotong, saya Kawasaki Taishi. Nee-chanku juga kelas 2 di SMA Sobu...Oh, dan namanya adalah Kawasaki Saki. Nee-chan saat ini...Bagaimana ya? Dia sering pulang larut malam, seperti berubah menjadi nakal? Atau dia berubah menjadi jahat...?"

  Sepertinya aku pernah mendengar nama itu belakangan ini. Sambil mengaduk susu di blend coffee milikku, tiba-tiba muncul sesuatu di kepalaku. Sesuatu yang kontras antara hitam dan putih muncul di kepalaku.

  ...Oh, benar! Gadis berenda hitam!

  "Maksudmu Kawasaki Saki yang ada di kelasku?"

  "Kawasaki Saki-san..." Yukinoshita mengatakan nama itu sambil memiringkan kepalanya, dimana itu seperti memberitahu kalau dia hanya tahu sedikit soal Kawasaki.

  Tapi Yuigahama, yang sekelas dengan Kawasaki, menepuk kedua tangannya seperti mengenalnya dengan baik, seperti yang kau harapkan darinya.

  "Oooh, Kawasaki-san, benar tidak? Dia memang terlihat agak menakutkan, memang terlihat nakal."

  "Kau bukan temannya?" tanyaku.

  "Kami pernah berbicara. Kupikir, kami tidak bisa dikatakan berteman...Hei, itu bukanlah sebuah pertanyaan yang pantas untuk ditanyakan ke seorang gadis. Itu membuatku berada di posisi yang sulit untuk menjawabnya!" kata Yuigahama.

  Bahkan diantara para gadis, akan ada grup-grup, pertemanan-pertemanan, kelompok, guilds dan entah apa kau sebut itu. Ngomong-ngomong, dari caranya berbicara, tampaknya grup Yuigahama sendiri tidak punya sesuatu yang buruk dengan Kawasaki.

  "Tapi aku sendiri tidak pernah melihat Kawasaki-san akrab dengan siapapun..." Totsuka seperti berusaha mengingat-ingat. Lalu dia menambahkann.

  "Aku sendiri sering melihatnya seperti terus-terusan menatap ke arah luar jendela."

  "...Oh, ya itu saja yang kutahu tentangnya di kelas." begitulah yang kuingat dari Kawasaki Saki ketika berada di kelas.

  Dia adalah gadis penyendiri, dimana matanya yang berwarna abu-abu terus menatap ke arah awan-awan yang bergerak di luar sana. Kalau dipikir-pikir, dia bahkan tidak melihat apapun di kelas, dia hanya masuk ke kelas dan duduk di kursinya, begitu hingga pulang sekolah.

  "Jadi, sejak kapan kakakmu itu menjadi nakal?" tanya Yukinoshita ke Taishi.

  Taishi tiba-tiba langsung gugup.

  "Si-Siap Bu!"

  Mungkin orang luar melihat dia itu menjadi gugup karena Yukinoshita terlihat menakutkan, tapi kurasa dia gugup karena ada seorang gadis cantik yang lebih tua sedang berbicara dengannya. Itu adalah sikap dari seorang anak laki-laki yang duduk di bangku SMP. Jika aku yang masih SMP ada di posisinya, aku mungkin akan bersikap seperti itu. Tapi ketika kau seangkatan dengannya, maka kau akan menyadari kalau gadis ini memang menakutkan.

  "Err, uh...Mungkin lebih tepatnya terjadi waktu dia di SMA Sobu. Waktu SMP dulu, dia adalah siswi yang rajin. Dulu dia terlihat ramah dan bahkan sering membuat makan malam atau sejenisnya. Waktu kelas 1 SMA, dia tidak berubah banyak...Tapi dia berubah belakangan ini."

  "Jadi tepatnya dia berubah ketika masuk kelas 2 SMA?" tanyaku, dimana Taishi mengangguk untuk menjawab pertanyaanku tadi.

  Mendengar hal itu, Yukinoshita lalu berpikir.

  "Coba kita pikir dari sudut itu. Apa yang kira-kira berubah ketika menginjak kelas 2 SMA? Apa ada yang tahu?"

  "Kurasa jawabannya adalah sesuatu yang umum, bukankah semua siswa akan berganti kelas ketika naik kelas 2? Sederhananya, dia mulai berubah ketika masuk kelas 2F."

  "Dengan kata lain, dia berubah setelah sekelas dengan Hikigaya-kun."

  "Sial, kenapa kau mengatakan itu seolah-olah akulah penyebabnya? Memangnya aku ini apa, virus?" protesku.

  "Aku tidak mengatakan itu. Kau ini seperti memiliki perasaan selalu menjadi korban atas segalanya, Hikibakteri."

  "Kau baru saja mengatakan itu. Kau jelas-jelas mengatakan bakteri!"

  "Oh, berarti aku barusan hanya salah bicara."

  Tidak, serius ini, hentikan itu.

  Ini membuatku mengingat kembali sebuah memori kelam dimana aku diperlakukan seperti punya bakteri menular. Siswa-siswa SD itu memang sangat kejam. Mereka mulai memanggilku, "Dia bakteri-Hiki!", "Awas tertular!", "Cepat bersihkan dirimu!" ketika menyentuhku. Kata mereka, "Membersihkan dirimu tidak akan efektif melawan bakteri-Hiki!". 

  Memangnya, Bakteri Hiki itu sekuat apa sih?

  Yuigahama lalu melihat Taishi-kun.

  "Tadi kau bilang dia pulang larut malam, memangnya dia biasa pulang jam berapa? Aku sendiri sering pulang larut malam karena ada urusan. Kurasa normal-normal saja ada siswi SMA pulang malam, benar tidak?"

  "Oh, huh, soal itu..." Taishi-kun memalingkan pandangannya, terlihat malu-malu.

  Oh begini ya.

  Dia terlihat malu-malu karena ada gadis super sexy yang lebih tua darinya sedang berbicara dengannya. Itu adalah reaksi wajar bagi anak SMP. Tapi ketika kau seangkatan dengannya, kau akan sadar kalau gadis itu seperti pelacur.

  "Tapi pulang ke rumah jam 5 kurasa terlalu larut malam," dia melanjutkan.

  "Itu lebih tepatnya dikatakan pulang pagi..." dan dia akan telat juga. Dia hanya punya waktu tidur kurang lebih 2 jam.

  "Apa kedua orangtuamu tidak menasehatinya ketika dia pulang pagi?" tanya Totsuka dengan khawatir.

  "Tidak. Kedua orangtua kami bekerja, dan kami punya adik yang masih TK, jadi mereka tidak bisa memarahi dan berteriak ke Nee-chan. Lagipula, jam segitu mereka tidak bertemu dengannya...Well, kurasa punya banyak anak artinya kau punya banyak beban di keluargamu," kata Taishi, menjawabnya dengan tubuh yang bergetar.

  Hmph, seorang siswa SMP sudah menyadari pesona Totsuka seperti apa. Ketika kau seangkatan dengannya, kau akan menyadari kalau Totsuka itu memang aslinya manis.

  "Kadang kami pernah bertengkar, dan ketika aku mengatakan sesuatu, dia sangat keras kepala dan berkata 'ini bukan urusanmu'..." bahu Taishi terlihat turun. Dia seperti terguncang hebat.

  "Masalah keluarga, huh...Semua keluarga memiliki itu." kata Yukinoshita.

  Ekspresi wajahnya terlihat melankolis ketika mengatakan itu, aku tidak pernah melihat ekspresinya yang seperti itu. Dia seperti Taishi, yang sedang menceritakan masalah keluarganya. Maksudku, dia seperti hendak menangis saja.

  "Yukinoshita..."

  Tapi setelah aku memanggilnya, awan hitam di atasnya mulai menghilang dan mulai disinari oleh matahari. Karena itu, aku tidak bisa membaca apa yang terjadi dengannya karena ekspresinya dengan cepat berubah. Lalu, dia terlihat membetulkan posisi duduknya dan mengembuskan napasnya.

  "Kau mengatakan sesuatu?" tanya Yukinoshita sambil menatapku.

  Ekspresinya saat ini tidak berbeda dari biasanya     dingin dan kejam.

  Awan hitam tadi hanya menyelimutinya untuk sesaat. Aku sendiri tidak tahu mengapa dia mengembuskan napasnya seperti itu.

  Satu-satunya orang yang menyadari perubahan Yukinoshita itu hanyalah diriku. Taishi dan yang lainnya terlihat sedang mengobrolkan sesuatu seperti tidak terjadi apapun dengan Yukinoshita.

  "Itu belum berakhir...Nee-chan juga sering ditelpon oleh orang yang mengaku berasal dari tempat-tempat aneh."

  Mendengarkan penjelasan Taishi, sebuah tanda tanya besar muncul di kepala Yuigahama.

  "Tempat-tempat aneh?"

  "Mmm. Mereka bilang berasal dari Angel atau sejenisnya, mungkin semacam restoran atau toko...Si penelpon mengaku manajer tempat itu."

  "Memangnya apa yang aneh?" tanya Totsuka.

  Taishi lalu mengepalkan tangannya di atas meja.

  "Maksudku, coba pikir! Angel?! Itu pasti nama tempat yang mencurigakan!"

  "Huh, aku sendiri tidak merasa nama itu melambangkan tempat yang mencurigakan..." kata Yuigahama seperti ragu akan sesuatu.

  Tapi, aku sendiri memang mengakui kalau itu mencurigakan.

  Begini, ini adalah intuisi siswa SMP milikku yang mesum. Coba bayangkan nama "Angel", maka yang terpikirkan olehku adalah sebuah kafe mesum di daerah 'lampu merah Tokyo' alias daerah yang terkenal dengan prostitusi. Tahu maksudku? Level mesumku baru saja naik sekitar 50%!

  Tanpa ragu, itu adalah sebuah tempat yang patut dicurigai.

  Bocah tengik ini ternyata sadar juga, seperti yang kau harapkan.

  "Oke, kau tenanglah dulu, Taishi. Aku paham semua maksudmu itu." kataku.

  Dia tampak lega karena ada yang paham, Taishi lalu seperti hendak menangis saja dan memelukku dengan senang.

  "O-Onii-san!"

  "Hahaha, apa kau baru saja memanggilku Onii-san? Apa kau hendak cari mati?"

  Ketika kedua anak laki-laki ini sedang menyatukan jiwanya atas nama Dewa Eros, para gadis sedang memutuskan rencana ke depannya.

  "Kalau begitu, jika dia bekerja di suatu tempat, maka kita harus punya rencana yang bagus. Bahkan jika ternyata itu bukan tempat berbahaya seperti yang pria idiot ini percayai, fakta kalau dia bekerja hingga subuh memang merupakan sebuah masalah. Kita harus menemukan kemana dia pergi dan menghentikannya." kata Yukinoshita.

  "Yeah, tapi jika kita berhasil menghentikannya, dia mungkin akan bekerja di tempat lainnya." kata Yuigahama.

  Komachi lalu mengangguk setuju.

  "Keluar dari panci pemanggangan dan tercebur ke air."

  "...Maksudmu dilempar ke bara api?" kata Yukinoshita.

  Ya ampun adikku ini. Tolong ya, tolong jangan permalukan nama keluarga Hikigaya. Begini, kau ini baru saja mempermalukan dirimu di depan Yukinoshita.

  "Dengan kata lain, satu-satunya opsi kita adalah mengatasi sikapnya itu dan menghilangkan akar masalahnya." Yukinoshita menyimpulkan itu dan di saat yang bersamaan aku berhasil menjauhkan Taishi dariku.

  "Hei, tunggu dulu. Apa kau berencana membuat kita melakukan sesuatu?"

  "Tentu saja. Kawasaki Taishi-kun adalah adik dari Kawasaki Saki-san, siswi sekolah kita. Apa yang terjadi dengannya mengkhawatirkan adiknya. Kurasa ini bisa dimasukkan sebagai request ke Klub Relawan."

  "Yeah, tapi bukankah kita sepakat kalau aktivitas Klub diliburkan sampai ujian selesai?"

  "Onii-chan." Seseorang menepuk-nepuk punggungku.

  Ketika kulihat, Komachi terlihat sedang tersenyum kepadaku.

  Itu adalah senyum khas Komachi ketika dia memintaku untuk melakukan sesuatu untuknya. Dulu, ketika Komachi ingin memiliki hadiah Natal milikku, dia memasang ekspresi yang serupa. Kenapa sih Sinterklas memberiku kartu-kartu Love and Berry? Mustahil aku bisa menang melawan Komachi, dimana dia punya kartu terkuat di dunia ini, simpati dari orangtua kami. Sial, lagipula...dia memang manis...

  "Ya sudah...Akan kulakukan..." kataku.

  Taishi membungkuk dan merasa lega, seperti sebuah mesin yang menyala dan siap bekerja.

  "Te-Terima kasih! Maaf sudah menyita waktumu! Aku berjanji akan membantumu sekuat tenaga!" Taishi mengatakan itu dengan antusias.





x Chapter IV Part 3 | END x





  Saya rasa anda sudah tahu alasan mengapa Totsuka tetap memakai seragam olahraga meski ada di ruangan kelas.

  Banyak sekolah di Jepang yang memakai aturan yang sama, seperti yang sering anda lihat di anime-animenya juga.

  Sering, jika seragam biasa anda basah karena hujan atau semacam itu, anda bisa memakai seragam olahraga untuk tetap mengikuti aktivitas belajar dalam ruangan.

  ...

  Penjelasan Yui ketika mengakui hanya basa-basi ke Hachiman, entah mengapa Watari masih terus menekankan nice girl kepada Yui. Tapi ini bukan sesuatu yang tidak wajar, karena di volume-volume selanjutnya banyak sekali penekanan Watari tentang sikap nice girl Yui.

  Melihat bagaimana Yui hanya membawa uang yang cukup untuk membeli satu minuman di kafe, kata-kata Yui soal basa-basi traktir ke Hachiman berarti benar adanya. Yui memang basa-basi.

  Salah satu adegan dimana Watari menulis nice girl Yui lagi ada di vol 9 chapter 1.

  ...

  Sebenarnya, apa opini Komachi mengenai hubungan Hachiman-Yukino?

  Jika anda jeli, percakapan dua arah dari Hachiman mayoritas didominasi Hachiman-Yukino. Saling menyindir, dan saling berinteraksi.

  Di volume 5 chapter 1, Komachi mengatakan kalau dia sering SMS dan jalan bersama Yukino.

  Di volume 5 chapter 2, Taishi sendiri yang mengatakan kalau dia ingin dekat dengan gadis cantik sebagaimana Hachiman dengan Yukino, sehingga Taishi ingin tahu tips Hachiman. Chapter ini sendiri menjelaskan siapa siswi cantik, yaitu Komachi.

  Di volume 9 chapter 10, Komachi sendiri mengatakan ingin tahu perkembangan Yukino dan Hachiman.

  Sederhananya, Komachi melihat Hachiman 'super cerewet' jika mengobrol dengan Yukino. Contoh sederhananya, bayangkan anda semeja dimana semua orang mengobrolkan hal umum, dan ada seorang gadis dan pria yang obrolannya saling sindir, pura-pura tidak peduli, dan mereka 'ramai sendiri dengan dunianya'.

  Saya kira pembaca bisa mengambil kesimpulan sendiri tentang opini Komachi.

  ...

  Komachi dengan Yui, jelas Komachi kenal Yui adalah gadis pemilik anjing tersebut. Dulu Yui pernah berkata akan menemui sendiri Hachiman di sekolah dan berterimakasih kepadanya secara langsung.

  Komachi kemungkinan besar mengira kalau Yui menepati janjinya, lalu Yui berteman dengan Hachiman.

  Kenyataannya...ada di akhir chapter ini.

  ...

  Lucu jika memperhatikan kalau Hachiman dan Yukino saling sindir, tapi Hachiman adalah satu-satunya orang yang menyadari kalau ada sesuatu yang salah dengan Yukino.

  Masalah Yukino dengan keluarganya mulai terbuka di volume 10 ke atas.

  ...

  Yukino jelas tahu kalau apa yang ada di pikiran Hachiman waktu itu soal "Angel" adalah tempat prostitusi.

  ...

  Memang untuk saat ini, yang sedang tren dan terkenal di Chiba adalah lagu dan tariannya. Malahan menjadi slogan resmi Festival Budaya di volume 6.

  ...

  Kata-kata Yukino mengenai benci orang yang bermuka dua itu sama saja mengakui kalau dia punya prinsip hidup yang sama dengan Hachiman di vol 1 chapter 1. Artinya, kata-kata Hachiman di vol 1 chapter 1 itu benar-benar menegur Yukino yang berusaha membuat Hachiman menjadi orang lain waktu itu.

  Alasan Yukino membenci orang bermuka dua itu ada di vol 9 chapter 8, keluarganya sendiri banyak yang menggosipkan hal-hal yang buruk mengenai sikap penyendirinya dari belakang. Tentunya, sikap Hayama yang tidak kooperatif dalam gosip pacaran mereka ketika SD dulu.





  



4 komentar:

  1. Wait... Totsuka tetap memakai seragam olahraga. Jadi sebenarnya dia mau menyembunyikan identitas bahwa dia sebenarnya perempuan? Tolong jawab "Iya, tepat sekali" karena saya sungguh tidak rela kalau dia benar2 pria

    BalasHapus
    Balasan
    1. Disini kita tidak membahas hal-hal yang gaib, seperti Totsuka Saika. Mohon pengertiannya.

      Hapus
    2. Terlepas dari keinginan warari yg ingin membuat cerita masa sma yg relatable, faktanya dia memasukkan trait karakter stereotipe di lnnya. Kayak cool beauty - yukino, airhead berisi - yui, gyaru tsundere - saki, ikemen boy - hayato, bad moe gap - yumiko, fujoshi girl - ebina, pretty boy - totsuka, sexy onechan - haruno, devilish kouhai - irohasu, cewek biasa aja - kaori. Semuanya cuma pendapat gw sih

      Hapus
  2. Hachiman perhatian bgt sama yukino

    BalasHapus