Minggu, 12 Juni 2016

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol 2 Chapter 4 : Karena Alasan Tertentu, Kawasaki Saki Keluar Dari Jalannya -1

  FYI, chapter 4 ini total halamannya mengisi sekitar 50% halaman volume 2. Setara dengan 4-5 chapter di volume normal.


x x x







  Ujian tengah semester sudah berada di depan mata.

  Dalam beberapa kasus, belajar bisa berarti ada di restoran keluarga atau perpustakaan. Tapi tempat-tempat tersebut akan menjadi sebuah kata mustahil jika ada siswa yang berkeliaran disana pada jam 11 malam. Kuberitahu saja, kau pasti akan ditendang keluar dari restoran keluarga lebih dari jam 10 malam. Karena itulah, belajar di waktu malam adalah sesuatu yang harus kau lakukan di rumah. Ngomong-ngomong, belajar larut malam tidak sama persis dengan acara gulat profesional larut malam yang tayang di TV.

  Jarum kecil jam dinding sudah mendekati angka 12. Akupun mendesah dan melemaskan tubuhku. Kupikir aku akan tetap belajar hingga satu atau dua jam lagi. Haruskah aku minum kopi lagi? Itulah yang sedang kupikirkan. Dengan langkah yang berat, aku menyeret diriku menuruni tangga dan menuju ruang keluarga. Kalau tidak salah, tadi aku menaruh kopiku disana.

  Ketika otakmu kelelahan, gula merupakan hal absolut yang bisa menyegarkan kembali hal itu. Dengan kata lain, ini adalah momen kemunculan yang pas bagi MAX COFFEE yang super manis.

  Ketika berjalan ke ruang keluarga, sambil memikirkan berbagai hal-hal yang menyenangkan tentang MAX COFFEE, aku melihat adikku, Komachi, sedang tidur di sofa. Gadis ini juga akan ujian tengah semester, sama sepertiku, tapi seperti biasanya, dia terlihat tidak peduli dengan itu.

  Seingatku soal kaleng MAX COFFEE yang kubeli, aku sudah membuka kalengnya dan meminum beberapa teguk, jadi kuputuskan untuk menghangatkannya kembali. Kutuangkan minumannya di panci rebus, lalu menyalakan kompornya. Untuk menghilangkan kebosanan menunggu airnya mendidih, aku duduk di ujung sofa dimana ada adikku yang sedang tidur.

  Komachi tertidur dan membiarkan bagian perutnya terbuka begitu saja, seperti hendak memprovokasi sesuatu.

  Tiba-tiba, dia mendengkur. Ketika dia tiba-tiba membalik posisi tidurnya, ternyata dia sedang memakai T-Shirt milikku dan menggunakan blazer seragamku untuk menyelimutinya. Sekedar info, dia mengambilnya tanpa bertanya dulu kepadaku. Aku tidak begitu menyadari itu karena dari tadi dia tidur dengan melingkarkan tubuhnya, tapi masalah utamanya bukan itu, mengapa gadis ini tidur hanya memakai pakaian dalam? Dia bisa masuk angin kalau begini.

  Aku lalu menyelimutinya dengan handuk kering. Seperti bereaksi dengan sikapku ini, Komachi menggumamkan sesuatu dalam tidurnya. Tiba-tiba, aku mendengar suara air yang mendidih, seperti memberitahuku kalau minumanku sudah siap. Kutuangkan kopinya ke mug, dan kutambahkan sedikit air panas.

  Mulai tercium aroma menyegarkan dari kopi itu. Kutambahkan susu dan gula ke kopiku, lalu mengaduknya lagi. Setelah itu, kopiku yang enak ini siap untuk diminum.

  Arome yang elit dari susu dan aroma yang manis dari kopi saling bercampur. Menciumnya saja aku langsung tahu kalau rasanya pasti sangat enak.

  Seperti mencium bau tersebut, Komachi tiba-tiba terbangun.

  Hal pertama yang dia lakukan adalah terbangun dan duduk begitu saja, menatapku dengan diam untuk beberapa detik. Lalu, dia membuka blazerku dan melihat ke arah jendela. Tiba-tiba matanya melebar dan melihat ke arah jam dinding selama 5 detik. Kurasa dia butuh 10 detik untuk menyadari situasinya saat ini.

  Lalu dia menarik napasnya dengan dalam-dalam. "Sial! Aku ketiduran!". Dia lalu meneriakkan sesuatu dengan nada yang aneh.

  "Aku tadi hanya berencana tidur selama satu jam, ternyata aku sudah tidur lima jam!"

  "Oh, jadi begitu. Kau ketiduran, katamu? Kau pasti langsung tidur setelah sampai di rumah."

  "Bodoh! Aku sudah mandi dulu sebelum aku tidur!"

  "Ya ampun, kenapa kau tersinggung dengan kata-kataku tadi?"

  "Ngomong-ngomong, kenapa Onii-chan tidak membangunkanku?!"

  Entah mengapa, Komachi tampak kesal kepadaku.

  "Aku tidak begitu peduli, tapi tolong pakailah celana. Dan satu hal lagi, siapa yang memberimu ijin untuk memakai pakaianku?"

  "Hmm? Oh, ini. Ini baju malam yang sempurna. Bukankah ini bisa jadi semacam pakaian one-piece?" dia mengatakan itu sambil menarik-narik pakaianku.

  Jangan tarik-tarik begitu. Aku bisa melihat bra-mu, tahu tidak? Dan jangan menggoyang-goyangkannya, aku bisa melihat celana dalammu!

  "...Oke, aku akan berhenti memakainya lagi, dasar kau tukang komplain!" katanya.

  "Oh, baguslah. Lain kali kalau perlu akan kubelikan pakaian yang pantas untuk kau pakai, Komachi."

  "Ohhh, kuhargai tawaranmu!"

  Kuminum kopiku, sambil bersumpah kepada diriku kalau suatu hari nanti akan kubelikan baju dengan bahan kain pel. Setelah Komachi menggulung lengan baju panjang milikku itu seperti sebuah piyama one-piece, dia menuju dapur dan menghangatkan susu di microwave.

  "Ngomong-ngomong, apa yang Onii-chan lakukan di jam-jam seperti ini?"

  "Belajar untuk ujian. Aku turun kesini karena ingin istirahat sebentar," jawabku.

  Komachi terlihat terkejut. "Aku sendiri belum istirahat dari belajar, bahkan memulainya saja belum!".

  Lalu, dia berhenti sejenak dan menambahkan. "Onii-chan, jujur ya, kau ini pantas menjadi businessman ketika kau bekerja nanti."

  "Hei, businessman bukan berarti aku akan suka bekerja. Bahasa Inggrismu buruk sekali."

  "Mustahil, Onii-chan. Bahasa Inggris adalah keahlianku. Aku ini jenius soal itu. I AM SMARTICLES," katanya, ironis sekali karena Bahasa Inggrisnya tidak terdengar jenius.

  Smarticles bahkan tidak digolongkan sebagai kata baku di kamus bahasa, dasar bodoh.

  Terdengar bunyi dari microwave. Komachi lalu terlihat sedang memegang mug di tangannya, sambil meniup-niup mugnya, dia mulai berjalan ke arahku.

  "Kurasa, aku akan belajar juga."

  "Silakan saja. Kalau begitu, aku akan kembali belajar. Kau lebih baik belajar dengan serius juga."

  Kuhabiskan kopiku dengan sekali teguk dan berdiri. Tapi, Komachi tiba-tiba menarik kaosku. Ketika kulihat, Komachi malah memasang senyum di wajahnya.

  "Onii-chan barusan mengatakan 'juga', benar tidak? Bukankah itu bisa diartikan kalau kita akan belajar bersama? Onii-chan, apa Bahasa Jepangmu bermasalah?"

  "Kaulah yang Bahasa Jepangnya bermasalah..."

  Well, kurasa tidak ada salahnya jika aku sesekali memeriksa PR adikku ini dan memberitahu apa yang salah.

  Dengan begini, belajar malam hari dengan adik perempuanku dimulai.

  Kami membawa peralatan belajar kami dari ruangan kami dan menaruhnya di meja ruang keluarga. Kuputuskan kalau aku akan belajar Sejarah Jepang hari ini, jadi aku ambil buku Sejarah cetakan Yamanaka dan manualnya, lalu aku menyadari sesuatu.

  Di depan Komachi, ada sebuah buku "Bahasa Inggris untuk SMP: Target 1800", seperti sebuah buku yang akan membantunya mempelajari Bahasa Inggris.

  Bersama-sama, kami belajar dengan tekun. Aku menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dia ajukan dan tidak lupa memberinya penjelasan tambahan ketika ada kesalahan. Kami mengulangi proses itu berulang kali. Setelah aku selesai mempelajari contoh soal ujian tengah semester di bukuku, aku baru sadar kalau sejak tadi Komachi menatapku dengan pandangan yang fokus entah kemana.

  "...Ada apa?" tanyaku.

  "Hmm? Oh, aku hanya baru sadar kalau Onii-chan ini orangnya tekun juga."

  "Apa kau ini sedang mengejekku? Kau mau mengajakku ribut, bocah? Aku akan menarik rambutmu!"

  Tapi Komachi hanya tertawa saja mendengar ancamanku.

  "Meski begitu, Onii-chan pasti tidak akan memukulku."

  "Huh? Begitukah yang kau pikirkan? Alasan utama aku tidak memukulmu karena orangtua kita akan memukulku jika aku melakukannya. Itu saja. Jangan salah paham."

  "Teehee. Wajahmu memerah, wajahmu memerah!" dia mengatakan itu dengan nada mengejek.

  "Di...Diamlah..."

  Untuk saat ini, aku niatkan diriku untuk menghajar keningnya. Tepatnya, aku mengambil karet penghapus dan melemparkan ke keningnya, membuatnya langsung emosi seketika. Pada dasarnya, aku melepaskan energi simpananku dalam sebuah serangan yang tak berperasaan.

  "Oof!" Komplain Komachi.

  Karet penghapus itu mengenai keningnya, meninggalkan noda hitam pensil di keningnya. Dia lalu menggosok-gosok keningnya, dan menatapku dengan kesal.

  "Hmph...Padahal aku baru saja memujimu sebagai siswa yang baik..."

  "Itu karena kau mengatakan hal-hal tolol. Sekarang cepat belajar sana!"

  "Itulah yang membuatmu disebut orang yang tekun. Ya ampun, ternyata banyak sekali kakak laki-laki dan perempuan di luar sana yang memiliki tipe-tipe yang berbeda. Ngomong-ngomong, aku punya teman yang juga pergi ke bimbingan belajar yang sama denganku. Kata dia, kakak perempuannya tiba-tiba menjadi nakal. Kakaknya tidak pulang ke rumah saat malam hari dan sejenis itu."

  "Uh huh."

  Tampaknya Komachi sudah tidak berniat untuk belajar lagi. Entah mengapa, dia langsung menutup buku Target: 1800 itu. Jadi untuk saat ini, kita terlibat dalam sebuah percakapan yang tidak jelas.

  Sambil tidak mempedulikan obrolan Komachi, aku membaca buku sejarahku. Tahun 645, terjadi reformasi Taika.

  "Tapi tahu tidak, kata dia kakaknya itu sebelum masuk SMA Sobu adalah siswi yang serius. Entah apa yang terjadi dengannya ketika SMA."

  "Oh, begitu ya."

  Kata-kata Komachi masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri.

  Tahun 649, Fujiwara-kyo menjadi Ibukota. Oh tunggu, bukannya itu tahun 794? Bukan, tahun itu adalah Heian-kyo.

  Meski begitu, aku sudah mengantuk. Manusia memang punya tekad yang kuat untuk tidak terpengaruh oleh narkoba. Dengan kata lain, tidak peduli sebanyak apa kafein yang kuminum dalam kopiku ini, keinginanku untuk tidur sudah bulat.

  "Begitulah, tapi itu masalah keluarganya, jadi aku tidak bisa berkomentar banyak. Kami belakangan ini terlihat dekat, meski aku mulai bersimpati kepadanya, tapi aku tidak bisa membantu banyak. Oh, namanya Kawasaki Taishi-kun, dan dia juga ikut bimbingan belajar yang sama denganku sejak April lalu."

  "Komachi."

  Tiba-tiba, pensil jatuh begitu saja dari jariku. Semua rasa lelahku hilang seketika.

  "Apa hubunganmu dengan makhluk yang bernama Taishi-kun ini? Apa maksudmu dengan belakangan ini terlihat dekat?"

  "Whoa, ekspresi wajahmu menakutkan sekali, Onii-chan..."

  Tampaknya, ekspresi wajahku yang sedang melihatnya ini terlihat sangat serius. Komachi seperti terkejut melihatnya. Tapi kita ini sedang membicarakan adikku yang bodoh. Sesuatu bisa saja terjadi jika dia tidak menjaga dirinya dengan baik. Normal bila aku mengkhawatirkannya sebagai keluarganya. Jika dia terlibat hubungan dengan seorang laki-laki, maka itu bukanlah sesuatu yang bagus baginya.

  Onii-chan tidak akan memberikan toleransi terhadap hal ini.

  "Ah sudahlah. Beritahu saja jika ada sesuatu yang mengganggumu. Bukankah dulu pernah kukatakan, kegiatanku di Klub Relawan     dimana aku sendiri masih belum paham betul     dimana mungkin bisa membantumu. Kurasa begitu."

  Komachi mengembungkan pipinya dan tersenyum ketika aku mengatakan itu.

  "Onii-chan, kau benar-benar pria yang tekun membantu!"





x Chapter IV Part 1 | END x





  Buat yang belum tahu, Komachi ini adalah Ketua OSIS di SMP-nya, alias nice girl. Volume 8 chapter 7.

  ...

  Volume 9 chapter 3, rumah Saki ini berada antara SMA Sobu dan rumah Hachiman. Wajar jika Taishi sekolah di SMP yang sama dengan Komachi. Wajar juga jika TK Keika di dekat SMA Sobu.

  Dalam volume 2 chapter 2, Hachiman bersama Yukino dan Yui, belajar di sebuah restoran keluarga dekat sekolah mereka. Lalu mereka bertemu Taishi dan Komachi disana.

  Kita semua tahu, vol 9 chapter 9, SMP Komachi/Hachiman/Taishi ada di dekat kompleks perumahan mereka. Menggunakan logika tersebut, artinya Taishi dan Komachi sengaja naik kereta satu kali untuk makan bersama di restoran keluarga dekat SMA Sobu.

  Lalu ada urusan apa Komachi-Taishi kesana? Komachi jelas tidak ada urusan disana. Tapi kita tahu di vol 9 chapter 3, ada TK Keika di dekat stasiun. Saki mengatakan kalau dia tidak selalu menjadi orang yang menjemput Keika, artinya Taishi atau kedua orangtua mereka-lah yang menjemput Keika.

  Karena dalam cerita kali ini Saki tidak pulang ke rumah, maka bisa dipastikan jika tidak Taishi, maka orangtuanya yang menjemput Keika di TK.

  Kemungkinan besar, Taishi mengajak Komachi menjemput Keika di TK-nya sekalian membahas sesuatu yang penting, yaitu soal Saki. Sambil menunggu jam TK pulang, Komachi dan Taishi mampir di restoran keluarga.

  ...

  Di volume 5 chapter 2, Komachi dan Taishi juga pergi bersama-sama di sebuah restoran. Jadi, apakah Komachi ini menyukai Taishi?

  Di volume tersebut, Komachi mengatakan sebuah pengandaian kalau Hachiman dan Saki menikah, maka Taishi tidak perlu khawatir dimarahi Hachiman soal memanggil Onii-san.

  Kemungkinan besar, Komachi tahu kalau Taishi menyukainya. Juga, Komachi melihat ini sebagai peluang untuk mengenalkan Saki ke Hachiman. Artinya, jika Saki dekat dengan Hachiman, maka Taishi mulai berpikir ulang untuk mendekati Komachi.

  ...

  Kemungkinan besar Taishi ikut bimbingan belajar yang sama dengan Komachi karena ingin mendekatinya.

  
  

  

  

1 komentar: