Selasa, 26 April 2016

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol 2 Chapter 2 : Hikigaya Komachi ( kupikir ) Pasti Akan Menikahi Kakaknya Setelah Dewasa Nanti


x x x






  Ujian tengah semester akan berlangsung dua minggu lagi.

  Seorang siswa SMA yang tidak memakai dasi mampir ke sebuah restoran keluarga dalam perjalanannya untuk pulang ke rumah dengan tujuan untuk belajar sejenak. Ini terjadi karena para guru harus menghadiri undangan di Dinas Pendidikan Kota Chiba, dan itu berarti para siswa dipulangkan lebih cepat dan kegiatan klub pada hari itu ditiadakan.

  Aku sedang melakukan hal yang sangat mudah, menulis kata-kata dalam bahasa Inggris secara terus-menerus. Ini seperti seorang biksu Budha yang terkenal di masa lampau; bahkan kau bisa menyebutku seperti Shinran. Kebetulan sekali, Shinran itu adalah orang yang mengajarkan doktrin "Bergantung kepada orang lain untuk menemukan pencerahan" - dia adalah orang yang hebat. Doktrin itu sangat berkesan untukku, jadi aku memutuskan untuk bergantung ke orang lain juga. Karena aku berpikir seperti dirinya, maka aku ini bisa disebut Shinran.

  Tidak beberapa lama kemudian, setelah aku menulis dan melihat sekelilingku, aku meminum coklatku. Dan pada saat itulah...

  "Yukinon, maaf kita tidak bisa pergi ke Saize," kata gadis itu. "Kita akan menikmati nasi tumis ala Milan lain kali, oke? Aku juga akan merekomendasikan Steak Hamburg dengan sayuran Salsa juga..."

  "Aku sebenarnya tidak keberatan dengan kemana kita akan pergi. Kurasa mereka sama saja," kata gadis yang lain. "Kalau dipikir-pikir, apakah Steak Hamburg itu termasuk masakan Itali?"

  Aku mendengar suara yang familiar.

  "Oh!" terdengar satu suara mengatakan itu.

  "...Ah," suara yang lain mengatakan itu.

  "Sial," aku menggerutu.

  Kami bertiga saling melihat satu sama lain dan secara spontan mengatakan sesuatu. Apa kita ini semacam ular, katak, dan siput dalam legenda? Aku merasa kalau mungkin akulah yang menjadi siputnya.

  Dua gadis berseragam yang sedang berjalan masuk itu adalah Yukinoshita Yukino dan Yuigahama Yui. Bagiku, mereka adalah teman klub saja. (Kebetulan sekali, 'teman klub' adalah istilah yang dipakai untuk anggota klub non-olahraga, sebaliknya 'teman satu tim' dipakai untuk klub olahraga. Ini adalah pertamakalinya aku menggunakan kata-kata itu).

  "Hikki, apa yang kau lakukan disini?" tanya Yuigahama.

  "Er, uh, belajar..."

  "Ooooh, aku tidak menyangka bisa bertemu kamu disini. Aku dan Yukinon mau belajar disini sebentar...Jadi, umm, mau ikut kelompok belajar kami?"

  Yuigahama mengatakan itu sambil melihat ke arahku dan Yukinoshita.

  "Yeah, terserah kamu saja," kataku. "Well, yang kulakukan ini sama dengan yang akan kalian lakukan."

  "...Memang," kata Yukinoshita. "Adanya dirimu disini tidak akan berpengaruh banyak."

  Untuk kali ini, kami bahkan belum terlihat menggigit kepala kami masing-masing. Untuk sejenak, Yuigahama memiringkan kepala kami, seperti bingung dengan suasana ini, tapi dia segera membuang itu jauh-jauh dengan mengatakan "Oke, sudah diputuskan kalau begitu!" dan berjalan ke arah mejaku.

  Kami bertiga lalu menuju bar minuman yang bertuliskan 'ambil sendiri', dan ketika kami hendak berjalan menuju meja kami, mata Yukinoshita terus-menerus menatap ke arah kasir. Dia memegang gelas minuman di tangan kanannya dan entah mengapa, tangan kirinya memegang uang koin. Setelah diam sejenak, dia berkata.

  "Hei Hikigaya-kun. Dimana tempat kau akan membayar minuman itu?"

  "Huh?"

  Apa dia menarik-narik celanaku? Yukinoshita-ku sayang, apa kau benar-benar tidak tahu bagaimana sistem bar minuman dengan tulisan 'ambil sendiri' bekerja? Apa sih yang ada di pikiran gadis ini?

  "Nah, kau tidak perlu bayar. Ini seperti, tahu tidak...Seperti prasmanan gratis untuk minuman?"
[note: Dalam sistem restoran seperti ini, biasanya di nampan makanan hanya berisi gelas kosong dan pelanggan bebas mengisi gelas mereka dengan minuman apapun yang ada di bar minuman, bahkan isi ulangnya gratis. Banyak minuman gratis di restoran Jepang, yang cukup umum adalah teh hijau gratis.]

  "...Ternyata Jepang adalah negara yang cukup dermawan," 

  Yukinoshita mengatakan itu dengan senyumnya yang terlihat gelap dari bibirnya, aku tidak bisa memahami ekspresinya. Dia mengatakan itu sambil mengambil posisi mengantre sepertiku. Dia lalu mengamatiku mengisi minuman. Mesin itu mengeluarkan suara setelah cola tersebut mengisi gelasku, dan Yukinoshita mengamati semua proses itu dengan mata yang berkaca-kaca.

  Aku tidak tahu harus mengatakan apa. Tapi untuk memastikan agar dugaanku ini benar adanya, aku mengambil gelas kosong lainnya dan menaruhnya di bawah mesin kopi espresso. Ketika kutekan tombol 'coklat', dia lalu mengatakan sesuatu dengan pelan.

  "Oh, jadi begitu ya caranya..."

  Dengan tangan yang terlihat gugup, Yukinoshita mengisi gelasnya dengan minuman yang dia inginkan, dan kami bertiga akhirnya kembali ke tempat duduk kami. Dan saatnya untuk memulai kegiatan belajar berkelompok kami.

  "...Mmkay, ayo mulai."

  Setelah Yuigahama mengatakan itu, Yukinoshita menaruh headphonenya. Aku yang melihatnya dari samping, juga memakai earphoneku di telingaku.

  "Huh?! Kenapa kalian berdua malah mendengarkan musik?!"

  Yuigahama melihat kami dengan tatapan yang kesal.

  "Tahu tidak, bukankah kau harusnya mendengarkan musik ketika belajar," kataku. "Jadi itu bisa mencegah suara dari luar masuk ke telinga kita."

  "Memang," kata Yukinoshita. "Fakta bahwa aku bisa berkonsentrasi jika aku tidak terganggu oleh suara dari luar adalah bukti kalau itu bisa memberikan efek yang positif."

  Yuigahama memukulkan tangannya ke meja.

  "Bukan begitu cara kerjanya! Ini bukanlah belajar bersama!" dia terlihat protes dengan hal itu.

  Melihat reaksi Yuigahama, Yukinoshita menaruh tangannya di dagu seperti berpikir tentang sesuatu.

  "Jadi apa usulmu dalam kegiatan kita ini?" dia meminta penjelasan.

  "Uhh, kita berdiskusi tentang apa yang akan ditampilkan di ujiannya, saling bertanya apa yang kita tidak tahu...Tentunya diselingi istirahat sesekali, dan setelahnya mendiskusikan sesuatu, lalu saling bertukar info. Dan...Lalu kita mengobrol sebentar, kurasa begitu?"

  Itu artinya kita akan belajar berkelompok tanpa adanya tanda-tanda hendak belajar. Bukankah itu lebih tepat jika disebut buang-buang waktu?

  "Belajar adalah sebuah aktivitas tunggal tentang diri kita sendiri," Yukinoshita mengatakan itu seperti menyadari sesuatu.

  Akupun berpikir seperti itu.

  Dengan kata lain, jika kau penyendiri, belajar itu merupakan salah satu keahlianmu! Yadda yadda. Hei, itulah yang dikatakan di manga yang menyarankanmu untuk belajar di rumah.

  Yuigahama menolak ide tentang belajar tersebut, tapi ketika dia melihat bagaimana tekunnya Yukinoshita dan diriku belajar dengan diam, dia terlihat menyerah dan memilih untuk belajar sendiri.

  Dan dengan begitu, lima menit terlewati, lalu 10 menit, dan kemudian satu jam.

  Melihat mereka berdua, aku melihat Yuigahama seperti berpikir serius dan tangannya berhenti bergerak. Sedang Yukinoshita, sedang memecahkan persoalan matematika tanpa adanya kesulitan yang berarti.

  Lalu, Yuigahama menatapku dan berbicara seperti tidak sanggup lagi untuk berkonsentrasi.

  "Er, umm...Jadi bagaimana dengan pertanyaan ini..."

  Dia menanyakan itu dengan malu-malu, sepertinya harga dirinya tidak sanggup lagi menahannya dari bertanya kepadaku.

  "Efek Doppler ya, huh..."kataku. "Aku tidak tahu banyak soal itu karena aku sudah menyerah dengan pelajaran IPA. Tapi kalau kau bertanya kepadaku tentang Baki the Grappler, aku bisa menjelaskannya kepadamu, apa itu tidak masalah?"

  "Itu adalah hal terakhir yang kuinginkan di dunia ini! Manga tentang pegulat profesional tidak ada hubungannya dengan ini!"

  Jadi itu kurang, huh? Padahal aku sendiri sudah sangat yakin dengan kemampuanku.

  Yuigahama menutup bukunya seperti sudah menyerah dan meminum es tehnya menggunakan sedotan. Dia terlihat melihat ke arah sekelilingnya, lalu dia menyadari sesuatu.

  Karena tertarik dengan apa yang dia lihat, akupun melihat ke arah yang sama. Disana ada seorang gadis yang cantik memakai seragam SMP, gadis ini sangat manis sekali.

  "Bukankah itu adikku..."

  Adikku Komachi sedang berdiri di depan kasir, tersenyum ceria. Dan di sebelahnya ada seorang anak laki-laki yang memakai seragam SMP.

  "Sialan, tunggu disini," kataku.

  Akupun berdiri dari kursiku sambil melihat mereka berdua keluar dari restoran. Ketika aku keluar dari restoran, mereka berdua sudah tidak terlihat lagi.

  Setelah itu, akupun kembali lagi ke dalam, dan bertemu Yuigahama yang berkata.

  "Jadi, uhhh, apa barusan itu adikmu?"

  "Ugh. Kenapa dia malah bersama seorang laki-laki di restoran keluarga..."

  Saking terguncangnya, aku tidak bisa berkonsentrasi untuk belajar lagi. Mustahil adikku bisa jalan berdua di sebuah restoran dengan seorang pria yang tidak kukenal.

  "Dia mungkin sedang berkencan!" Yuigahama mencoba menebaknya.

  "Omong kosong...Mustahil itu..."

  "Benarkah begitu? Bukankah Komachi-chan itu gadis yang manis, kurasa aku tidak begitu terkejut jika dia sekarang punya pacar, benar tidak?"

  "Aku tidak akan menerima adikku punya pacar sementara aku sendiri tidak punya pacar     aku adalah kakak tertua disini! Adik harusnya menghormati kakaknya!"

  Yukinoshita melepaskan headphonenya dan menatapku.

  "Tolong berhenti meneriakkan alasan-alasan yang bodoh. Aku bisa mendengarmu meski sedang memakai headphone."

  Dia seperti menyuruhku untuk diam sambil memegang granat yang pinnya sudah ditarik. Bergerak sedikit saja, maka kau akan mati!

  "Er, bukan begitu. Hanya saja, melihat adikku bersama seorang anak laki-laki yang misterius dan tidak kukenali..."

  "Anak laki-laki itu terlihat satu SMP dengannya, kalau kaulihat seragamnya," kata Yuigahama. "Aku paham sekali kekhawatiranmu itu terhadap Komachi-chan, tapi dia akan membencimu jika kau bertanya itu kepadanya, tahu tidak? Belakangan ini, ayahku seperti, 'apa kau punya pacar?' itu benar-benar membuatku kesal."

  "Hahaha. Ayahmu itu sepertinya tidak tahu apapun! Di keluarga kami, kami percaya kalau adikku itu tidak punya pacar, jadi tidak ada satupun yang bertanya kepadanya. Jadi melihat hal seperti itu, jujur saja, membuatku malu." kataku. "Eh kalau dipikir-pikir, darimana kau tahu nama adikku?"

  Aku tidak pernah memberitahu nama adikku ke siapapun. Sial, dia bahkan tahu namaku!

  "Huh?! Uh, um, er, benar...HP-mu! Aku pernah melihat itu tertulis disana..."

  Entah mengapa Yuigahama mengatakan itu sambil melihat ke arah lain.

  Oh, benar, sekarang dia menyebutkan itu, aku memang pernah memberikan HP-ku kepadnaya sekali. Dia mungkin melihat SMS dari Komachi.

  "Begitu ya? Baguslah. Kupikir aku sudah dianggap siscon karena secara tidak sadar mengucapkan namanya tanpa menyadari betapa aku menyayanginya..."

  "Uh, itu sendiri kurasa sudah dikategorikan siscon, kupikir begitu..." Yuigahama mengatakan itu seperti bereaksi terhadap kata-kataku.

  "Mustahil! Aku jelas-jelas bukan siscon. Faktanya, bagiku dia tidak terlihat seperti adikku, dia terlihat seperti gadis lain...Argh, itu tentunya hanya candaan. Berhentilah melihatku dengan tatapan seperti itu!"

  Sambil memegang pisau dan garpu di tangannya, Yukinoshita melihat ke arahku, diam dan menatapku dengan tatapan horor bercampur jijik. Dia mungkin sedang berpikir untuk menusukku dan memotong dagingku ini hingga aku terdiam dan tidak berbicara itu lagi.

  "Sangat menakutkan hingga aku tidak bisa membedakan apakah kau serius atau becanda ketika mengatakan itu," kata Yukinoshita. Setelah berhenti sejenak, dia menambahkan.

  "Jika kau sangat penasaran, kenapa kau tidak menanyakan itu di rumah nanti?"

  Setelah mengatakan kata-kata itu, Yukinoshita dan Yuigahama kembali belajar.

  Tapi kedua tanganku tidak mau bergerak karena sejak tadi aku teringat dengan kata-kata Komachi yang mengatakan "Onii-chan", lalu diikuti, "Aku ingin menikahi Onii-chan ketika aku dewasa nanti!" lalu diikuti tatapan tajam dari ayahku yang terlihat tidak menyetujui itu.

  Ah sudahlah, siapa sih yang peduli 'tetek-bengek' tentang adik perempuan?

  Meski begitu, aku akhirnya tidak menanyakan itu setelah sampai di rumah. Bu-Bukannya aku takut dia akan membenciku jika menanyakan itu atau sejenisnya!






x Chapter II | END x



  
 

  Sekedar info, Yukinoshita Yukino merupakan siswa pindahan dari luar negeri, pindah ketika SD. Tidak ada keterangan pasti tentang kapan dia pindah, kemungkinan besar Yukinoshita Yukino pindah ke Jepang ketika kelas 6 SD.

  ...

  Buat yang belum tahu juga, Hachiman termasuk siswa dengan nilai akademis di atas rata-rata. Prestasi terbaiknya adalah #3 dalam Sastra Jepang. Sayangnya, Yukino ada di #1 dan disusul Hayama #2. Info tersebut ada di vol 4 chapter 5.

  ...

  Perlu dipertanyakan mengapa selama antri di bar, Hachiman terus mengamati Yukino.

  ...

  Buat yang belum tahu juga, Komachi ini adalah Ketua OSIS di SMP-nya. Keterangan ini ada di vol 8 chapter 7. Kemungkinan besar, Komachi ini adalah gadis terpopuler di SMP-nya.

  ...

  Sebenarnya, Yui mengenal Komachi dari pertemuan pertama mereka, setahun yang lalu. Waktu itu, Yui berjanji untuk menemui Hachiman langsung dan berterimakasih soal menyelamatkan anjingnya. Meski pada kenyataannya, itu tidak terjadi.


1 komentar: