Sabtu, 12 Maret 2016

[ TRANSLATE ] Qualidea of The Scum Chapter 8 : Kusaoka Haruma 5


x  x  x






  Dari Tokyo, kami naik kereta dan turun di pinggiran Saitama seperti yang Chigusa katakan. Tanahnya terasa tebal, dan diselimuti rumput yang hijau. Daerah ini dilindungi oleh sebuah gunung sehingga cahaya matahari sore tidak bisa menembusnya, tapi jalan yang terlihat di depan stasiun mulai diterangi oleh lampu penerangan jalan.

  Kami berjalan sebentar setelah keluar dari stasiun. Ketika kulihat ke arah samping, aku tidak melihat adanya gedung-gedung, dan ketika kulihat di depanku, hanya terlihat pemandangan sawah dan padi.

  Ketika berjalan di jalan yang menuju perumahan terdekat, suara-suara katak mengisi suara latar kami. Aku sendiri tidak melihat satupun langkah kaki dari Chigusa yang terlihat ragu-ragu. Akhirnya, setelah melewati beberapa rumah, kami tiba di depan rumah yang terlihat agak terpisah dari rumah-rumah sekitarnya.

  Ketika Chigusa memeriksa papan nama di depan rumah itu, memang tertulis jelas nama Kuriu.

  "...Kau tampaknya tahu betul daerah sini," kataku, antara separuh terkejut dan separuh curiga.

  Chigusa memalingkan wajahnya ke arahku.

  "Bukankah memang wajar jika semua orang tahu dimana rumah Sensei?"

  "Tidak, ini tidak wajar. Ini bukan jaman Showa..."
[note: Jaman Showa adalah jaman kekaisaran tertentu memerintah di Jepang, yaitu 1926-1989. Untuk 1989-sekarang adalah jaman Heisei. Pada jaman Showa, wajar jika siswa dan guru dekat dan tahu rumah masing-masing. Ini seperti Indonesia jaman 1970-1980an ketika siswa membawakan tas gurunya atau sepeda gurunya. Seperti Amrik dimana siswa memberikan gurunya apel.]

  Dulu, guru dan siswa sangat normal jika tahu alamat masing-masing, begitulah. Sangat jarang pada jaman ini untuk membawa sebuah kertas berisikan alamat dan nomor HP semua orang.

  Kami mencoba menekan bel di pintunya, tapi tidak ada respon. Kami lalu mengelilingi luar rumahnya, tapi tidak melihat adanya satupun lampu yang menyala, bahkan ketika kami berusaha mengintip jendela di lantai pertama dan dua. Ini sudah petang, harusnya ada setidaknya satu lampu yang menyala...

  "Tampaknya dia tidak ada di rumah. Ini justru situasi yang bagus bagi kita."

  Chigusa lalu memutar knop pintu rumahnya, tapi terkunci, seperti yang kau duga. "Urk..."

  Chigusa seperti frustasi dan melakukan hal itu terus seperti kelinci di Alice in Wonderland. "Ya ampun! Ya ampun! Aku akan terlambat!"

  Well, bukannya aku tidak paham apa yang dia rasakan. Bergantung situasinya, aku juga pasti akan emosi jika ada orang yang mencurigakan menghubungi Amane-chan. Err, bukannya aku ini siscon atau semacamnya.

  Akupun berusaha melihat ke sekitarku dan mencari sebuah kesimpulan tentang tempat ini.

  "Rumah ini memiliki jarak yang lapang sekali dengan rumah-rumah sekitarnya. Tidak ada satupun rumah yang berada di samping rumah ini."

  "Memang. Haruma-san, jika kau hendak menyerbu sebuah rumah dan pemiliknya berteriak minta tolong, tidak ada satupun yang akan mendengarnya."

  Akupun mendesah kesal.

  "Bodoh sekali. Bahkan jika aku darmawisata ke kota besar dengan teman-teman sekelasku, tidak ada yang menyadariku jika aku berteriak minta tolong."

  "Mungkin mereka hendak memutus hubungannya denganmu, Haruma-san..."

  Chigusa mengatakan pendapatnya, tapi aku memutuskan untuk tidak mendengarkannya. Orang-orang mulai menggunakan pendapatnya sendiri ketika mereka berusaha mencari-cari kesalahan orang lain, bukan hendak untuk mendengarkan kata-kata mereka.

  "Meh, tidak akan ada yang menyadari jika tidak ada satupun orang di sekitar sini." Akupun terdiam sejenak. "Oke, haruskah aku memecahkan jendelanya dengan batu?"

  Maksudku, ayolah, ini kan Saitama. Jarang sekali orang mau tinggal disini, jadi membuat sebuah bunyi gaduh bukanlah masalah bear! Jika ada sebuah bunyi, mereka mungkin akan tidak mempedulikannya dan mengatakan, "Anginnya kencang sekali ya hari ini!", tapi aksi ini akan sangat berbahaya jika kita melakukannya di kota metropolis seperti Chiba.
[note: LOL, Watari mencoba membahas setting LN lain miliknya, Chiba. Kuzukin, baik Yuu/Haruma/sekolahnya mengambil setting kota Tokyo.]

  Ketika aku sedang mencari-cari batu, Chigusa menatapku.

  "Hmm? Apa yang sedang kau lakukan? Kalau kau mau melempar batu, berarti kau sejak awal percaya kalau dialog itu tidak berguna, bukankah itu akan membuatmu seperti seseorang yang berasal dari jaman batu?"

  "Aku tidak ingin mendengar itu darimu, sial. Mau bagaimana lagi? Pintunya terkunci. Lagipula, ada yang bilang kalau kita ada di Roma, maka kita lakukan apa yang orang Roma lakukan."

  "Haruma-san, kaupikir Saitama itu apa...?"
[note: Saitama juga terkenal karena geng-geng remaja berandalan, terutama geng siswinya yang sering melakukan tindakan kriminal.]

  Kupikir Saitama adalah dataran dengan ketinggian terendah ketiga di propinsi Kanto. Utara Kanto? Entah kalau itu. Apakah berbeda dengan Tohoku Selatan? Aku, seorang pria yang lahir dan besar di Tokyo, paham betul kota Tokyo. Aku tidak suka bagaimana propinsi Kanagawa terlihat seperti daerah yang lebih trendi dari Tokyo meskipun punya kota-kota yang layak untuk disebut seperti Yokohama. Tidak lupa, Chiba menempel erat Tokyo di berbagai hal sehingga kau harus menghormati Tokyo. Aku tidak tahu satupun hal mengenai Saitama. Mengapa aku harus ke Saitama? Kue Manju?
[note: Di salah satu LN Watari, Oregairu vol 10 chapter 5, Totsuka mengatakan akan kuliah di Univ. Waseda - Saitama. Watari juga membahas kue Manju mengenai Saitama.]

  Ketika aku hendak mencari batu lagi, Chigusa mengembuskan napasnya yang terlihat kesal. Dia lalu meraba-raba kantongnya, dan dia terlihat senang ketika mengambil obeng kecil dan kawat besi kecil bergelombang.

  "Kau bisa melakukan ini, Haruma-san. Jika aku gunakan obeng dan kawat ajaib ini...Nah, selesai kan?"

  Chigusa memasukkan kawat dan obeng tersebut ke lubang kunci dan mulai memutar-mutarnya.

  "Bukankah ini tindakan kriminal...?

  "Bukan, ini adalah sihir."

  "Oh baiklah, jadi ini adalah sihir..."

  Lalu, knop pintu diputar dan terbuka. Open sesame...Pasti cara yang sama dia gunakan untuk menjebol kunci pintu yang menuju atap sekolah...? Begitu ya! Keajaiban dan sihir adalah nyata!

  "Sekarang, ayo kita lanjutkan?"

  Chigusa menunjuk ke arah pintu, dingin...sedingin mentimun.




x  x  x

Tidak ada komentar:

Posting Komentar