Jumat, 11 Maret 2016

[ TRANSLATE ] Qualidea of The Scum Chapter 8 : Kusaoka Haruma 2



x  x  x





  Seperti dugaanku, daging tanpa lemak itu sempurna dan luar biasa. Tapi memang ada kalanya daging berlemak itu itu lebih enak, seperti daging kare dan osechi yang biasa untuk setahun sekali? Akupun merasakan hal yang sama.
[note: osechi itu makanan khas tahun baru di Jepang. Sebuah kotak makan dengan makanan yang disusun bertingkat-tingkat (biasanya tingkat 3), melambangkan keberuntungan yang berlipat-lipat.]

  Sambil perut kami mengolah daging panggang yang dimasak oleh kedua bersaudari yang cantik ini, kami bertiga mengembuskan napas pertanda puas.

  Lalu, misa berdiri dengan semangat. "Aku akan mencuci piringnya!"

  "Baiklah kalau begitu, aku akan menemanimu..."

  Ketika Chigusa hendak berdiri, Misa menghentikannya. Lalu dia memasang pose yang sangat antusias dan penuh motivasi.

  "Kau tidak boleh melakukannya! Serahkan padaku! Aku suka membersihkan dan mencuci piring!"

  "Oh begitukah? Kalau begitu kuserahkan itu kepadamu. Ah, tapi kau tetap tidak boleh membersihkan kotoran yang ada disana, oke?"

  Yeaaaaah, jari si Johanne menunjuk ke arahku...Dan tunggu dulu, apa maksudnya bilang tetap? Jangan bilang kalau dia masih marah soal insiden kamar mandi tadi.

  Entah dia paham atau tidak kata-kata Chigusa, Misa mengangguk dan mulai beranjak pergi. Sambil melihat Misa dengan baju piyamanya pergi, aku teringat sesuatu.

  "Oh iya, apa Misa-chan punya masalah di sekolah?" tanyaku.

  Kami disabotase dan kabur dari sekolah, seperti terusir dari surga, tapi, kurasa agak aneh bagiku melihat Misa ada di rumah.

  Chigusa lalu mendesah. "Misa punya tubuh yang lemah terhadap cuaca, jadi dia ijin dari sekolah ketika cuacanya tidak bersahabat."

  "Ohh...begitu ya."

  Kalau diingat-ingat, aku memang pernah melihatnya di UKS. Aku juga pernah merasa kalau Amane-chan bercerita kepadaku soal dirinya. Waktu itu aku merasa kalau dia akan bercerita sesuatu yang membosankan, jadi aku lupakan begitu saja semua kata-katanya.

  Sementara itu, Chigusa tertawa kecil.

  "Jangan khawatir. Aku sudah memastikan dirinya mendapatkan penanganan medis yang tepat hingga sembuh, dan oleh karena itulah aku berusaha mencapai targetku. Aku tinggal mengurus biayanya, tidak masalah."

  Dia mengatakan itu dengan jelas. Dia tertawa seperti semua ini sebuah masalah yang jelas.

  "...Jadi begitukah yang terjadi selama ini?"

  "Begitulah yang terjadi. Apa kau jatuh cinta lagi kepadaku setelah mendengarnya? Apa kau mau ke ujung dunia demi diriku?"

  "Gak."

  Chigusa hanya terdiam, kecewa. Tapi, dia belum pernah membahas hal ini hingga sekarang. Jika dia menjadikan ini sebagai alasannya, orang-orang hanya akan memandangnya dengan kasihan.

  Tentunya, siapapun itu akan berpikir seperti itu. Kalau dia melakukan ini demi adiknya, atau dia sebenarnya tidak mau menjadi lintah darat, atau dia tidak mau menjadikan adiknya alasan, atau sesuatu yang harus dia lindungi meski itu berarti harus mengorbankan sesuatu.

  "Jika situasiku ini sudah menjadi rahasia umum, aku yakin kau akan lebih menyukaiku. Menyedihkan sekali. Akan menjadi gadis cantik semacam apa diriku jika begitu?"

  Chigusa mengatakan itu sambil bermain-main dengan rambutnya. Bisa jadi itu hanya pura-pura untuk menyembunyikan perasaannya. Atau bisa juga dia adalah seorang psikopat yang sedang mencari keuntungan atas kondisi dirinya.

  Tapi mari kita buat ini jelas     aku tidak peduli. Aku tidak tertarik.

  Apa yang membuatnya menjadi seperti ini adalah hal yang tidak penting bagiku. Bukannya aku akan merasa senang menolongnya jika tahu cerita hidupnya itu. Latar belakang kehidupannya itu hanyalah suara berisik yang menggangguku saja.

  Hanya saja, Chigusa punya wajah yang cantik. Kecantikannya saja sudah cukup membuatku melakukan apapun untuknya. Itu adalah satu-satunya alasan aku membantunya.

  Itulah, kawanku, motivasi semua pria di dunia ini, kebenaran yang mutlak.

  Sambil merasakan kembali rasa percaya diriku, aku melihat ke wajah Chigusa. Dia terlihat seperti mencari-cari sesuatu di bawah mejanya dan mengeluarkannya.

  "Dengan begini, aku akan menunjukkan kepadamu, sang penolong dari Kamon!"
[note: Kamon Tatsuo, penyanyi dan penulis lagu terkenal di Jepang.]

  Chigusa menepuk-nepuk sebuah toples kaca besar dengan sticker bank bermotif kepala babi. Di dalamnya, banyak sekali koin dan kertas tagihan, dan di atas itu semua, ada sebuah dompet.

  "Err, Kamon tadi maksudmu Kamon Tatsuo? Dan bukankah itu dompetku?!"

  Jadi Chigusa ini sedang menyita uangku demi menolong adiknya...Itu membuatnya seperti Gon, si Rubah Kecil, tapi metodenya ini tidak bisa dikatakan patut mendapatkan pujian.

  Ketika aku hendak mengambil dompetku kembali, dimana Chigusa mengamankannya ketika aku pergi mandi, hanya membuatnya bersikeras untuk menyembunyikan toples itu seperti menggendong bayi.

  "Ini adalah sebuah sumber uang yang berada dalam properti pribadiku, akulah pemilik toples ini. Toples ini milikku, jadi asetmu ini adalah milikku."

   "Akan sangat bagus jika kau tidak melihatku hanya sekedar properti."

  "Non! Uang membuat dunia ini berputar! Uang! Harasho!"

  "Kurasa yang benar Hamasho..."
[note: Hamasho adalah nama panggung Hamada Shogo, populer dengan lagunya yang berjudul 'uang'.]

  Apa karena hal itu gadis ini bersikap seperti orang jadul? Dan tidak lupa, menahan seseorang dan mengambil uang mereka adalah metode yang kuno.

  "Haruma-san, lompat! Tolong lompat!"

  "Tunggu saja hingga selasa. Lagipula, uangku ada di dompet, jadi sekarang aku tidak punya uang sama sekali. Tidak lupa juga aku tidak bisa pulang ke rumah kalau kau tidak mengembalikan dompetku."

  "...Itu memang masalah," Chigusa mengatakannya setelah berpikir panjang.

  Lalu, dengan santainya dia mengambil 1000Yen dari toples. Tangannya bergetar seperti dia dengan berat hati tidak ingin memberikannya kepadaku...Err, kembalikan saja dompetku itu.

  Dengan pelan, sangat pelan, tangan Chigusa bergerak seperti 5mm per detik, ketika hendak kuambil uangnya, mejanya bergetar.

  "Whoa! Ada apa it      !" Chigusa dengan tiba-tiba membatalkannya. "Ah, Misa, kau ada SMS. HP-mu bergetar," dia memanggil Misa dan menaruh kembali 1000Yen ke toples seperti tidak ada satupun hal yang baru saja terjadi.

  "Onee-chan, bisa kau lihatkan apa isinya?"

  "Oke."

  Setelah mendengarkan permintaan Misa, Chigusa menaruh kembali toplesnya di bawah meja dan mengambil HP misa. Err, bisakah kau kembalikan dompetku?

  "Apa-apaan ini...?"

  Ketika dia melihat layar HP Misa, kedua mata Chigusa melebar. Lalu dia memperlihatkan kepadaku apa yang tertulis di layar tersebut.



x  x  x


Tidak ada komentar:

Posting Komentar