Sabtu, 12 Maret 2016

[ TRANSLATE ] Qualidea of The Scum Chapter 8 : Kusaoka Haruma 4

Next...

x  x  x







  "Aku ada waktu luang setelah ini." Dia berhenti sejenak. "Haruma-san, kau ada waktu luang?"

  Chigusa menanyakan pertanyaan yang Chigusa-banget dengan sikap yang tidak Chigusa-banget. Tapi ini tidak ada bedanya dengan tempo hari. Kalau tempo hari dia memegang alarm anti stalker, sekarang dia memegangi lenganku.

  Ini adalah pertamakalinya dia menginginkan sesuatu, sebuah keinginan yang melambangkan harapan.

  Jadi aku menjawabnya dengan kata-kata brengsek, tapi dengan suara yang lembut sehingga tidak akan merasa kalau kata-kata yang kukeluarkan itu terdengar brengsek.

  "...Apa aku terlihat sedang memiliki itu?" kataku.

  Chigusa menutup tangannya di mulut dan tertawa, dia mengangguk setelah itu.

  Dengan percakapan yang ditutup dengan senyum, kami pergi meninggalkan rumah.

  Bulan yang berwarna kemerahan seperti mengintip di balik awan. Kumpulan awan seperti bergerak dari arah timur. Di barat, matahari mulai beranjak sore, sangat sulit untuk mengetahui apa ini pagi atau sore. Tapi cahayanya mewarnai langit dengan warna merah muda. Campuran dari bayangan benda-benda dengan ketinggian yang berbeda-beda memberikan pemandangan yang indah.

  Lalu mataku tertuju ke gadis yang sedang berjalan di depanku.

  Rambut hitamnya bersinar terang karena matahari sore, dan pipinya yang putih itu terlihat memerah seperti dipasangi lipstik.

  Seperti biasanya, Chigusa berjalan di depan, tidak merasa terganggu dengan sikapnya yang tidak memberitahu kalau kita akan pergi kemana. Akupun memanggilnya dari belakang.

  "Jadi, uh, kita ini akan kemana?"

  "Kita ini akan menemui Kuriu-sensei, Haruma-san," kata Chigusa, seperti menggunakan gerakan tarian waltz, ujung dari roknya berkibar secara perlahan.

  Ketika kami sampai di stasiun terdekat, Chigusa menuju ke mesin tiket. Jadi masih ada saja orang yang memakai mesin peninggalan abad lalu ini?

  Chigusa tampaknya sudah menebak apa yang ada dalam pikiranku dari ekspresiku saja, karenanya dia berbicara dengan kesal.

  "Karena aku tidak percaya dengan metode pembayaran kereta dengan kartu. Aku tidak tahu persis berapa uang yang sudah kubayarkan."

  "Oh, oke...Well, aku sendiri punya kartu langganan, tapi..."

  Akupun meraba-raba kantong belakang celanaku, dan baru sadar kalau dompetku tidak ada disana. "Oh."

  Ketika kulihat ke arah Chigusa, dia tampak kesal denganku. Lalu dia tersenyum sambil mengambil sebuah dompet hitam.

  "Ya Tuhan, Haruma-san, kau ini parah sekali. Aku akan meminjamkanmu sebentar, tidak apa-apa?"

  "Apa kamu sadar kalau itu dompetku..."

  Dasar lonte tukang kredit psikopat. Kira-kira apa tidak masalah kalau kukatakan langsung kepadanya saat ini?




x  x  x

Tidak ada komentar:

Posting Komentar