Sabtu, 02 Januari 2016

[ TRANSLATE ] Qualidea of The Scum Chapter 5 : Chigusa Yuu 4



x  x  x







 “Suzaku-san.”

  Akupun memanggil Si Ketua OSIS Jahat dari belakang setelah dia selesai mengurus dokumen dari Kuriu-sensei dan hendak pulang ke rumah.

  “Hmm, ada apa?”

  “Apa ruangan itu sering digunakan?”

  “Ketika guru-guru tidak menggunakannya...Hmm. Mereka sering meminjamkan kunci ruangan itu juga. Itu karena kami sering mengerjakan pekerjaan administrasi festival sekolah disana.”

  “Apa semua orang menggunakannya?”

  “Kadang yang bekerja disana cuma satu orang, kadang juga beberapa.”

  “Apa ada pengurus OSIS yang ditunjuk untuk menggunakan ruangan itu?”

  “Well...Kadang kuncinya itu dipinjamkan ke orang diluar pengurus OSIS. Kalau yang itu, aku tidak tahu. Aku memang memilih orang-orang yang melakukan pekerjaan ke orang kepercayaanku.” alis Suzaku-sa menunjukkan rasa tidak nyamannya. “Dan yang terpenting, ada urusan apa kau sampai berada di sekolah selarut ini?”

  Dia menghindari topiknya. “Yang terpenting” adalah stok frase yang digunakan oleh pikiran dengan perasaan bersalah.

  “Ini dan itu berbeda. Yang terpenting, percakapan apa yang kau lakukan dengan gadis yang disana? Melihat belakangan ini ada semacam gosip persimpangan mistis atau sejenisnya, pasti ada punya urusan yang sangat penting jika harus mengumpulkan laki-laki dan seorang gadis di malam yang selarut ini!”

  “Kau berbicara terlalu banyak.”

  Tatapan mata Suzaku terlihat menakutkan. Ahh, tatapan yang tidak menyenangkan.

  “Aku tidak suka membicarakan gosip yang tidak jelas. Orang yang berpikir logis tidak akan menebarkan hal-hal yang membuat orang lain tidak nyaman hanya karena itu terdengar seru. Belakangan ini, malah menjadi topik bahasan di rapat guru. Benar tidak, Kuriu-sensei?”

  “Huh?”

  Pembicaraan tiba-tiba berubah haluan menuju Kuriu-sensei.

  “O-Oh, benar...Kurang bagus untuk menyebarkan rumor seperti itu...”

  Dia meresponnya sambil melihat ke arah kakinya.

  “...Nah, kamu dengar sendiri kan. Kau juga harus camkan itu juga, Chigusa-kun. Sekarang, aku sudah membuatnya menunggu, jadi aku akan pergi lebih dulu. Saya permisi dulu, Kuriu-sensei.”

  Suzaku langsung memotong pembicaraan dan berjalan keluar menuju pintu ruang guru. Hmm? Aku berpikir kalau dia cukup sering mengubah topiknya, benar tidak?

  Ketika aku akan memanggilnya, dia tampaknya sudah memperkirakan hal itu. Dia lalu melirik dari balik bahunya, dengan tatapan tajamnya kepadaku.

  “Aku belakangan ini mendengar beberapa gosip tentangmu, Chigusa-san. Aku sendiri tidak percaya dengan gosip itu, tapi kau harusnya hati-hati.”

  “Huh.”

  Sebelum aku mengkonfirmasi apa maksudnya, pintunya sudah ditutup olehnya.

  Karena aku adalah gadis sempurna yang selalu dikaitkan dengan batas-batas yang bisa dicapai oleh manusia, maka aku menjadi subjek dari banyaknya gosip-gosip. Aku tidak punya waktu untuk mengurusi gosip itu satu-persatu. Seekora angsa akan menutup telinganya terhadap suara katak-katak di sekitarnya.

  “...Huuuuh...”

  Kuriu-sensei, yang sedari tadi menahan napasnya, bernapas lega di depan meja tamu.

  “Maaf, Kuriu-sensei. Saya sudah menyita banyak waktu anda.”

  Aku merendahkan kepalaku.

  “Oh, tidak...”

  Dia lalu membalasnya secara spontan.

  “Aku hanya sedikit gugup di depan Suzaku-kun, meski sebagai guru aku harusnya tidak begitu.”

  Dia merendahkan tatapannya karena malu. Aku sempat berpikir kalau Kuriu-sensei punya masalah ketika berurusan dengan siswa laki-laki. Ataukah dia melihat rendah ke arah Kusaoka-san, sebuah bentuk kehidupan yang memiliki ciri sejenis dengan ketua OSIS, tapi ternyata hasilnya tidak seperti dirinya? Itu adalah sebuah keputusan yang sulit.

  “Hei, Haruma-san.”

  Aku terdiam sejenak.

  “Haruma-san? Dimana Haruma-san?!”

  Sebelum kusadari, Haruma-san sudah menghilang dari kursi sebelahku. Caranya menghilang sangat mengejutkan, bahkan Mr Malic yang disebut tukang sulap terkenal-pun akan terkejut. Aku bahkan tidak bisa menyadari kehadirannya membuatku berpikir apakah ini lebih dari sihir. Semoga tidak!

  “Baiklah kalau begitu, Sensei, terima kasih atas waktu anda. Saya permisi dulu.”

  “Oh, apa tidak masalah jika kau belum menemukan benda hilang yang kaucari tadi.”

  Jika begini, aku harus mengikuti Suzaku, ketua OSIS dan reinkarnasi dari iblis. Setelah berpamitan ke Kuriu-sensei, aku berjalan menuju pintu keluar ruang guru yang menuju lorong sekolah, dimana aku bertemu dengan Kusaoka-san, yang menggunakan sihirnya untuk menghilang. Setelah melihatnya, dia ternyata baik-baik saja dan masih bersuara.

  “Ya Tuhan, ini sebuah kejutan! Kau ternyata masih hidup!”

  “Apa sih yang kau pikir terjadi padaku?”

  Kusaoka-san juga bergetar gembira karena bertemu lagi denganku. Tatapan matanya seperti seorang anak laki-laki yang menatap sebuah etalase dimana ada benda yang dia inginkan ada di depannya. Jadi dia memang kesepian ketika tidak ada aku.  Orang yang jujur memang pantas menerima penghargaan emas. Dan kali ini, pinjaman dengan jangka waktu 35 tahun terdengar bagus!

  “Kita harus membuntuti si ketua OSIS sebelum dia pergi meninggalkan sekolah.”

  “Huh? Kenapa begitu?”

  “Aku merasa kalau dia menyembunyikan sesuatu.”

  “Dan kecurigaanmu ini berdasarkan apa?”

  “Intuisi wanita.”

  Kusaoka-san bersuara seperti ‘Uh huuh’. Meski aku mulai berjalan, dia tidak mengikutiku. Mungkin penghargaan perak lebih yang memberikan pinjaman selama 20 tahun lebih cocok untuknya?

  “Kau jangan teralihkan. Bukankah tugasmu adalah menginvestigasi tersangka utamanya tentang identitas si lintah darat?”

  “Ya ini, aku sedang menginvestigasi tersangkanya.” Aku mengatakannya sambil menunjuk ke arah pintu keluar. “Tunggu dulu. Haruma-san, mungkinkah kau mencurigai Kuriu-sensei?”

  “Well, dia termasuk tersangka juga.”

  “Aku tidak berpikir kalau Sensei adalah lintah daratnya.”

  Aku menyatakan itu dengan penuh perasaan.

  “Mengapa begitu?”

  “Seseorang yang punya bisnis lintah darat pastilah punya sifat yang busuk.”

  Siapapun yang mau sejauh itu meminjamkan uang dengan bunga tinggi ke orang lain yang baru dia kenal, pasti di pikirannya hanya ada uang. Uang adalah segalanya bagi mereka. Bahkan ketika salah satu atau ada beberapa klien mereka hilang, mereka akan meresponnya dengan emosi, tidak pernah sekalipun peduli nasib kliennya. Mereka adalah yang terendah dari yang terbawah dalam sosial manusia.

  Tapi Kuriu-sensei tidak seperti itu. Rasa kehilangan mendalam yang dia rasakan karena murid-muridnya yang hilang bisa terasa olehku dan itu sangat jelas sekali.

  “Sikap sensei selama bersama kita tadi bukanlah pura-pura.”

  “Oh dan kau sendiri yang berusaha membuatku yakin?”

  “Hmm? Apa maksudmu?”

  “Kamu sendiri sudah membuktikan maksudku.”

  Kusaoka-san menaikkan bahunya tanpa terlihat peduli denganku.

  “Oke begini saja. Mengapa kau mencurigainya?”

  “Masalahnya adalah tidak melepaskan status tersangka hanya karena kesan yang mereka ciptakan. Jika alasanmu tidak logis, maka aku tidak akan percaya itu. Bukankah itu dasar dari hubungan antara manusia?”

  “Aku percaya dengan opiniku. Apakah aku perlu alasan yang lebih dari itu?”

  “Ya itu benar. Tapi opinimu bukanlah opiniku.”

  Kusaoka-san secara keras kepala menolak untuk setuju denganku. Biasanya dia sangat kooperatif, jadi mengapa hari ini sangat kontras? Apakah ada alasan psikologis tertentu untuk itu? Ah, bukankah itu lebih cocok untukku?

  Aku menghentikan semua pikiranku itu, yang dipenuhi banyak sekali kalimat-kalimat populer yang sedang populer di jalanan sana, dan akupun bernapas dengan pelan. Tidak ada yang bagus dari sebuah konflik. Aku terlahir di sebuah negara yang damai dan berniat menyelesaikan masalah-masalah dengan dialog.

  “Haruma-san, mari kita  berbaikan. Kumohon. Seperti sebelumnya. Bukankah kita seperti itu sebelum saat ini?”

  “Aku ini sama seperti sebelumnya. Aku hanya mengatakan apa yang ada di pikiranku saat ini.”

  Kusaoka-san mengembuskan napasnya dan menatap ke mataku langsung.

  “Aku ingin pulang. Aku lebih putus asa untuk pergi pulang daripada semua budak perusahaan di dunia ini. Dari sejak pertamakali kita bertemu, perasaanku belum berubah. Kau mungkin punya banyak waktu luang, tapi aku tidak. Serius ini, aku tidak.”

  “Bukankah kau mengikutiku dengan bahagia sampai sekarang? Bukankah kau meminjamkan kekuatanmu? Apa yang membuatmu berubah pikiran secara tiba-tiba?”

  “Tunggu, biar kuperjelas. Tidak ada satupun momen dimana aku bahagia. Dan bukankah itu cuma idemu saja ‘meminjamkan kekuatan’ hanya sekedar agar seseorang melakukan pekerjaan kotor untukmu?”

  “Well, aku tidak bisa membantah itu.”

  “Kau sebenarnya setuju denganku...”

  Begitu ya. Kusaoka-san mungkin tidak berubah sama sekali. Bahkan ketika di atap, di MOL Burger dan investigasi kami, dia selalu seperti ini.

  Kalau begitu, jadi siapa yang sudah berubah?

  Tentunya, mustahil kalau aku, yang merupakan gadis sempurna, berubah, jadi pasti ada orang ketiga yang tidak terlihat disini. Oh, Kusaoka-san baru saja mengatakan sesuatu yang sangat menakutkan.

  ...Jadi mengapa ada hal yang mengganjal di hatiku?

  Ketika kuingat-ingat lagi kata-kata Kusaoka-san, ada sesuatu yang terasa aneh muncul di hatiku. Itu adalah sebuah keganjilan, yang disebabkan oleh rasa jengkel yang tidak dapat kukontrol. Pertama, aku terdiam oleh emosi-emosi yang aku sendiri tidak ingin diriku mengakui itu, dan kemudian diriku menjadi terluka karenanya.

  “...Haruma-san. Apakah kau tahu tentang doktrin organisasi yang dikatakan oleh Perwira Jerman Hans von Seeckt?"

  “Seeckt? Bukankah dia orang yang mengatakan kalau siapapun yang malas dan pintar adalah orang yang layak untuk jabatan pemimpin tertinggi, yang pintar dan rajin harusnya ditempatkan di staff para pemimpin, yang bodoh dan malas cocok ditempatkan di petugas harian, dan terakhir yang bodoh dan rajin harusnya mati?”

  “Benar sekali. Aku adalah orang yang malas dan pintar. Oleh karena itu, akulah yang memegang tongkat komando disini.”

  “Oke.”

  “Aku juga pintar dan rajin. Dengan kata lain, aku juga yang bertugas menuliskan rencana pertempurannya.”

  “Uh huh.”

  “Dan itu berarti menyisakan dua peran tersisa untukmu. Apakah kamu mengerti apa yang ingin kukatakan?”

  “Tidak, aku tidak paham.”

  Argumen kami tampaknya sudah mencapai titik didih. Atau bisa disebut juga, debat sepihak.

  Ketika membahas tentang hubungan antara manusia, ada tiga hal yang penting : pujian, rasa takut, dan tunduk. Sejauh ini, aku sudah memuji Kusaoka-san lebih dari cukup. Meski aku ini adalah pemimpin tertinggi dan staff perencana, dimana aku diberikan kuasa untuk menentukan rencana, mengapa dia tidak patuh terhadap perintahku?

  Pada akhirnya, aku mengambil langkah ke depan dengan menunjukkan emosiku.

  “Tolong jangan komplain hal-hal yang remeh...Dasar sampah!”

  Setelah itu, pujian berubah menjadi rasa takut. Taktiknya adalah menggunakan kekerasan verbal, singkat dan tepat sasaran. Ada sedikit rasa bersalah terlintas di pikiranku ketika aku mengatakan kata-kata yang seharusnya tidak pernah kukatakan, tapi aku tidak bisa menarik kembali kata-kata yang sudah kukatakan setelah keluar dari mulutku. Memang begitu. Kusaoka-san adalah sampah yang tidak bisa dibandingkan denganku.  Bukankah faktanya memang begitu, orang-orang yang berada di kasta rendah mengikuti mereka yang ada di atasnya?

  “Anak buah hanya diperlukan kekuatan ototnya saja. Otak tidaklah diperlukan! Haruma-san, kau adalah si sampah, jadi diam dan turuti apa yang kukatakan!”







x  x  x










Tidak ada komentar:

Posting Komentar