Rabu, 30 Desember 2015

[ TRANSLATE ] Qualidea of The Scum Chapter 5 : Chigusa Yuu 2



x  x  x








 Gadis yang baik akan bersinar cerah di sudut ruang guru, bahkan ketika larut malam tiba.

  Kuriu-sensei mempersilakan kami duduk di kursi tamu yang berada di salah satu sudut ruang guru. Setelah menyajikan kami teh, dia duduk dengan kursi menghadap ke arah kita. Punggungnya membelakangi pintu yang menuju ruang konseling.

  Kuriu-sensei sebenarnya tidak pernah berbicara denganku, tapi dari yang kudengar dari percakapannya dengan Kusaoka-san, dia adalah wali kelasnya. Bahkan orang sepertinya punya kenalan seperti itu. Cukup luar biasa apa yang bisa dilakukan sekolah terhadap orang-orang ini.

  “Oh begitu ya, jadi pada awalnya gerbang sekolah memang terbuka...Itu memang bisa dimaklumi. Apa guru yang pulang terakhir tadi lupa untuk menutup gerbangnya ya?”

  Nada suaranya yang menenangkan, dicampur dengan kelembutan, aroma parfumnya, membuat telingaku geli.

  Rambutnya, dia menyelipkan satu atau dua poninya ke belakang telinganya, menggambarkan sebuah jebakan lalat yang merayu pria muda untuk bermain dengan api. Blusnya yang berwarna merah muda dibiarkan terbuka, menunjukkan lekukan dadanya yang kurang cocok dengan image member keagamaan tertentu. ketika dia menebarkan aura menarik yang ditujukan ke lawan jenisnya, dia menggerak-gerakkan tubuhnya secara tidak sadar agar menghipnotis targetnya untuk menatap terus ke belahan dadanya.

  “Sekarang, Kusaoka-san, mengenai keperluanmu...”

  Napasnya yang mendesah, menggambarkan karakter wanita dewasa, terus menyebarkan auranya di ruangan ini. Tiba-tiba, ini cocok sekali. Jadi dia adalah orang yang bertipe seperti itu.

  Aku sangat memahaminya.

  Kuriu-sensei...Pastinya bukanlah orang yang jahat!

  Hanya mendengarkan tentang dirinya, beberapa wanita pasti akan menghakiminya dengan mengatakan kalau dia adalah wanita yang sengaja tebar pesona dan menggoda laki-laki, tapi di dunia ini hal yang paling tidak ada gunanya adalah rasa cemburu dari wanita. Daripada membahas seberapa gendut diantara mereka dan menjadikannya bahasan, mereka harusnya berkaca ke dirinya dulu sehingga mereka tidak menghakimi orang lain seenaknya. Bahkan orang lemah sepertiku tidak pernah mengatakan satupun hal buruk kepada orang lain semenjak aku lahir. Aku sudah memberikan yang terbaik untuk tidak memanggil orang lain babi.

  “Anu, kakakku kehilangan smartphone-nya tadi.”

  Si babi...tidak, Kusaoka-san berbicara seperti yang sudah kita rencanakan.







x  x  x

Tidak ada komentar:

Posting Komentar