Selasa, 01 Desember 2015

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol 7 Chapter 4 : Dengan semua yang pernah dia dengar tentang dirinya, apakah dia masih menganggap Ebina Hina buruk?




Kembali ke Chapter III


x Chapter IV x






  Besok adalah hari dimana darmawisata dimulai.

  Kami mengadakan sebuah rapat di Klub Relawan sebelum berangkat darmawisata.

  Pembentukan grup di darmawisata sudah berjalan sesuai rencana, dan kali ini kami tinggal menyusun rencana agar Tobe dan Ebina bisa berduaan dengan sukses.

  Begitulah, pada awalnya kupikir keberadaanku ini tidak akan banyak membantu atau aku sendiri sudah pesimis dari awal. Bukannya aku ingin mengatakan kalau keberadaanku ini bisa membuat perubahan. Bahkan aku sendiri yakin kalau tidak akan ada perubahan meskipun aku ikut dalam rencana tersebut.

  Sekarang, kita harus memikirkan sebuah rencana dimana Ebina-san bisa melihat sisi menarik dari Tobe. Kita akan membuat Tobe menjadi bintang! Jadikan dia bintang, pak produser!

  Karena itulah, kami mengumpulkan beragam informasi mengenai lokasi-lokasi wisata yang sekiranya bisa mendukung situasi tersebut. Di atas meja terlihat banyak sekali majalah pariwisata seperti Jalan, Rurubi, Tabelog, bahkan Gnavi ada disana.

  “Sekarang, mari kita pikirkan!”

  Yuigahama lalu menjejerkan satu-satu majalah wisata tersebut di atas meja.

  “Apa-apaan ini, darimana kau dapat majalah-majalah ini...?”

  “Eh? Beberapa majalah ini dibawa oleh Yukinon, beberapa dari meminjam perpustakaan, dan beberapa dari Hiratsuka-sensei.”

  Okelah dengan dua sumber pertama tadi, tapi ada apa dengan sumber yang ketiga tadi? Orang yang terakhir tadi tampaknya memang serius sekali ikut dalam darmawisata ini, benar tidak..? Ya sudahlah, lagipula itu wajar-wajar saja.

  Bahkan, aku sendiri juga antusias terhadap Kyoto. Aku yakin akan menjadi lebih menyenangkan jika aku pergi kesana tanpa embel-embel ‘darmawisata’.

  Dan akhirnya, aku mulai membolak-balik halaman majalah tersebut. Tapi, apa-apaan majalah ini? Halamannya dipenuhi warna merah dan pink seperti warna majalah untuk para gadis. Apa mereka tidak punya warna halaman yang lebih keren dan gelap seperti “Perjalanan Wisata Sendirian: Edisi Kyoto”.

  Seharusnya, kita membuat rencana ini bersama member grup darmawisata kami. Dan yang terjadi saat ini adalah Yuigahama yang merupakan salah satu member grup gadis, dan aku yang menjadi ‘sukarelawan’ di grup pria diberi tugas untuk membuat seolah-olah ini memang takdir. Nanti mereka akan mengatakan “Oh, kebetulan sekali rencana kita sama, memang kebetulan yang kebetulan sekali!”, sehingga kedua grup akan bersama-sama. Tapi diriku sendiri mengatakan kalau taktik ini tidak akan berjalan dengan baik.

  “Jika kita bertemu di lokasi yang sama dan jam yang sama, ini akan memberi kesan kalau pertemuan ini sudah ditakdirkan atau semacam itu!”

  Yuigahama mengatakan itu begitu saja, tapi aku yakin kalau itu tidak akan terjadi. Apa-apaan dia, pencipta romantisme? Tolong hentikan itu! Jangan membuat suasananya sengaja menjadi romantis! Lagipula, karena kita diperbolehkan pergi kemanapun, lalu kita sangat sering berada di lokasi dengan grup para gadis yang sama, “Oh sial, aku lebih baik berusaha membuat mereka tidak mencurigaiku!”. Lalu pada akhirnya kami berjalan lebih dulu dan menuju lokasi yang berbeda agar sekedar membuat mereka tidak curiga kalau kita membuntuti mereka seharian. Sial!

  Tapi Yuigahama tampaknya tidak mengerti tentang situasi para grup pria jika berada dalam posisi itu, dia terus mengatakan itu sambil menyusun majalah wisata tersebut.

  “Apa tempat terbaik untuk dikunjungi~...”

  Yuigahama menggumamkan itu sambil membolak-balik halaman majalah tersebut.

  Cara Yuigahama membaca majalah tersebut dengan sekilas memang menggambarkan dirinya. Ini kebalikan dari Yukinoshita yang membaca setiap detail karakter tulisan di halaman tersebut.

  “Kupikir begini...Karena kita masih di tengah-tengah musim gugur, kurasa pergi ke Arashiyama dan Toufukuji merupakan ide yang bagus. Kalau kita berjalan ke Toufukuji, di dekatnya ada Fushimi Inari...”

  “Kau sangat detail sekali dalam geografi...kamu sendiri, apa pernah kesana sebelumnya?”

  Ketika kutanya, Yukinoshita menatapku dengan penuh tanda tanya.

  “Tidak, aku belum pernah.”

  “Jadi kau menyimpulkan seperti itu bermodalkan membaca info-infonya saja?”

  “Aku mencari info-info tersebut karena ini pertama kalinya aku pergi kesana. Kalau yang lain juga pergi kesana juga, kurasa akan lebih bagus, bukan?”
[note: Kalau kita jeli, Yukino sebenarnya ingin ‘berduaan’ dengan Hachiman di Toufukuji. Sehingga Yukino ingin ‘mengarahkan’ jadwal grup Yui dan Hachiman kesana. Karena sangat jelas yang bakal sibuk jadi ‘mak comblang’ hanya Yui, sedang Hachiman pasti malas terlibat.]

  Yukinoshita mengatakannya sambil tersenyum.

  Di luar dugaan, kata-katanya sangat penuh dengan harapan dan optimisme.

  Yukinoshita tampak lebih lembut daripada biasanya. Aku yakin Yuigahama berperan dalam perubahannya itu, dan kurasa ini bukanlah hal yang buruk. Hanya saja, aku sangat berterima kasih jika kau bersikap lebih lembut kepadaku sehingga aku akan lebih mudah untuk memahamimu. Kata-katamu kepadaku hingga saat ini masih terdengar tajam, yeah, dirimulah...

  “Ah, lihat ini Hikki! Tampaknya ini tempat yang bagus.”

  “Ini bukan tempat yang cocok untuk kerjaan kita, tapi itu memang tempat yang cocok untuk membuat dirimu gembira.”

  Ketika kami bertiga membolak-balik halaman majalah tersebut, terdengar bunyi ketukan pintu.

  Ketukan pintu tersebut cukup cepat, sehingga kami sendiri lupa sudah berapa kali pintu tersebut diketuk.

  Lalu terdengar suara pintu diketuk.

  “Silakan masuk.”

  Ketua Klub Ruangan ini, Yukinoshita, mempersilakan tamu tersebut masuk.

  “Permisi...”

  Dengan salam tersebut, orang tersebut membuka pintunya secara perlahan.

  Seorang gadis memasuki ruangan ini.

  Gadis ini memiliki rambut hitam sebahu dan dia memakai kacamata dengan frame berwarna merah. Kau bisa melihat kedua matanya ketika menatap lensa transparan tersebut, tubuhnya terlihat kurus. Jika dia duduk di salah satu sudut perpustakaan, kupikir lukisan pemandangan tersebut akan menjadi sebuah mahakarya.

  “Oh, Hina.”

  Yuigahama berdiri begitu saja dan kursinya yang bergeser membuat suara yang berisik. Lalu, Ebina-san melihat ke arah Yuigahama.

  “Hei, Yui. Haroharo~.”

  “Yahallo~!”

  ...Eh, apakah itu semacam salam yang dipopulerkan beberapa suku di luar sana? Mungkin Miura yang setiap harinya menghadapi salam seperti ini, mereka anggap sebagai tetua desa di sukunya.

  “Yukinoshita dan Hikitani, Haroharo~”

  “Halo.”

  Aku menyapanya balik, sementara Yukinoshita menyapanya juga dengan lembut.

  “Cukup lama tidak bertemu. Silakan duduk.”

  Ebina-san lalu duduk di tempat duduk yang Yukinoshita berikan. Dia terlihat melihat kesana-kemari seperti penasaran tentang tempat ini.
[note: Ebina dan Yukino pernah bertemu dan bekerjasama di Festival Olahraga, vol 6.5. Pertemuan mereka ada di ruang konferensi SMA Sobu yang dijadikan tempat panitia. Jadi, ini mungkin pertamakalinya Ebina ke ruangan Klub.]

  Ebina-san pernah terlibat kegiatan klub ini ketika Perkemahan Musim Panas. Setidaknya, dia kurang lebih ada gambaran apa yang kami lakukan di klub ini.

  “Hmm, jadi inikah Klub Relawan...”

  Dia lalu mengangguk dan menatap ke arah Yukinoshita.

  “Aku ada sesuatu yang ingin kudiskusikan, jadi aku datang kesini...”

  Jadi kau kesini membawa request. Apa yang ingin Ebina-san diskusikan membuatku penasaran. Kupikir dia orang yang tidak khawatir akan berbagai hal dan meminta bantuan orang lain.

  Yukinoshita dan Yuigahama tampak memiliki pemikiran yang sama denganku, jadi kami membetulkan posisi duduk kami dan bersiap-siap untuk mendengarnya.

  “U-um, tahu tidak...”

  Dia lalu memalingkan pandangan matanya dan terlihat malu-malu. Sepertinya, hal yang akan dia katakan selanjutnya adalah hal yang agak tabu untuk dibicarakan.

  “Aku ingin mendiskusikan sesuatu mengenai Tobecchi...”

  “To, Tototobecchi!? A-a-ada apa!?”

  Kupikir wajar saja Yuigahama gelagapan menjawab apa yang dikatakan Ebina-san tadi. Beberapa hari yang lalu, Tobe kesini dan mengatakan kalau dia menyukai Ebina-san.

  Dan akupun sangat tertarik dengan apa yang akan Ebina-san katakan mengenai Tobe.

  Semakin kami tertarik dan fokus menatapnya, wajah Ebina-san terlihat semakin memerah.

  “Um, i-ini agak sulit untuk kukatakan, tapi...”

  Ebina-san menatap ke arah bawah dengan kedua tangannya seperti meremas-remas ujung roknya.

  Tapi kalau dipikir-pikir, Ebina-san yang biasanya terlihat enerjik dan sekarang terlihat malu-malu dan kehilangan kata-katanya, apa sih yang sebenarnya ingin dia katakan?

  ...Ja-jangan-jangan, inikah tanda-tanda kemenangan Tobe? Aku jelas tidak akan memperbolehkannya.

  “Soal Tobecchi...”

  “Kenapa dengan Tobecchi!?”

  Yuigahama langsung merespon cepat. Setelah mengambil napas, Ebina-san membuka matanya dan mengatakan kepada kami perasaannya yang sebenarnya.

  “Tobecchi, belakangan ini, seperti, terlalu dekat dengan Hayato dan Hikitani, jadi Ooka dan Yamato terlihat suuuuuper frustasi! Aku ingin melihat hubungan yang lebih ‘hot’ dari ini! Kalau begini terus, akan sangat membahayakan hatiku yang sudah berada dalam cinta segitiga ini!”

  Hanya suara dari Ebina-san yang menggema di ruangan ini. Kami hanya diam saja menatap tempat yang kosong, tanpa mengatakan apapun.

  Kami benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa.

  Lalu, Yuigahama bertanya lagi.

  “Erm...jadi, apa maksudmu?”

  Ebina-san mengangguk dan menambahkan.

  “Belakangan ini, Tobecchi dan Hikitani sering terlihat mengobrol bersama, tahu tidak? Juga, grup mereka tampak berbeda dari biasanya dan sering saling melirik satu sama lain, fufufu...”

  Lalu sikap Ebina-san yang berubah di tengah-tengah penjelasannya itu membuatku ketakutan...

  “Ah, ini buruk, buruk sekali.”

  Setelah kembali ke dirinya, Ebina-san terlihat berusaha menghapus air liur yang menetes dari mulutnya. Tanpa adanya Miura disini, tampaknya delusi dari Ebina-san akan menjadi liar. Sekarang aku mulai berpikir kalau Miura punya sifat keibuan karena mau ‘merawatnya’ selama ini...Pasti ada yang salah dari Miura yang mau berteman dengan Ebina-san dan Yuigahama yang suram. Hari ini, adalah pertama kalinya aku bersimpati kepada Miura yang selama ini tabah untuk tetap berteman dengan mereka berdua.

  Atau begitulah yang ada di pikiranku, tapi ini bukan saatnya bagiku untuk melamun. Aku memaksa diriku untuk menatap Ebina-san dan berusaha menyangkal ‘teori’nya. Namun, dia terlihat senyum-senyum saja dari tadi.

  “Aku tidak tahu kenapa kau terlihat berteman akrab dengannya belakangan ini, tapi...Aku juga menyadari kalau kalian membuat jarak dengan Ooka dan Yamato.”

  Aku tahu dia menyimpulkan ini dari mana. Grup Hayama yang berisi empat orang sengaja dipecah menjadi dua agar Totsuka dan diriku bisa bergabung, dan ini terlihat jelas. Aku yakin kalau teman-teman sekelas yang lain juga menyadari hal ini.

  “Ah, itu, sebenarnya...”

  Bagaimana aku mengatakan ini? Kapan hari Ooka dan Yamato mengatakan setuju dengan rencana ‘Kyoto’, dan masalahnya sekarang bagaimana aku menjelaskan ini ke Ebina-san?

  Tapi, Ebina-san seperti mengisyaratkan aku tidak perlu mengatakan alasanku.

  “Hikitani-kun. Tahu tidak, kalau kamu ingin mengajak mereka, aku ingin kau mengajak semuanya ikut. Jadi, aku ingin kau juga berteman dengan mereka semua. Sejujurnya, aku lebih suka kalau kaulah yang diajak oleh mereka bergabung dengan grup.”

  “Mustahil itu...”

  Melihat reaksiku yang mulai shock mendengarnya, Ebina-san lalu memasang wajah sedih.

  “Begitu ya...”

  Sudah mengerti sekarang?

  “Jadi kamu tidak menyukai mereka yang berada di bawahnya, mereka yang berada paling bawah di grupnya. Maaf kalau kata-kataku ini kurang masuk akal.”

  “Bukan, bukan, bukan begitu, kurasa kau terlalu melenceng jauh.”

  Ini bukanlah hal yang tepat untuk memahami situasi kita. Bukan hanya diriku, tapi Yuigahama juga terlihat menyerah dengan situasi ini.

  Satu-satunya orang yang masih menaruh perhatian disini adalah Yukinoshita.

  Yukinoshita menutup matanya sambil menyentuh keningnya.

  “Jadi, apa yang kau maksud? Bisakah kau menjelaskannya secara detail?”

  Dengan ekspresi kelelahan, Yukinoshita meminta Ebina-san menjelaskannya lebih lanjut. Seorang gadis yang berusaha keras adalah hal yang sangat indah. Aku sudah menyerah berjudi kepala atau ekor dari sebuah koin mengenai situasi ini. Jadi nona Yukinoshita, tolong berikan yang terbaik untukku!

  “Hmm, ini seperti, aku merasa grup kami ini belakangan terlihat kurang harmonis atau semacam itu...”

  Yuigahama mencoba memperjelas maksud Ebina-san.

  “Oh, itu ya. Mungkin para pria, Ooka dan Yamato punya masalah yang kompleks, seperti hubungan antara para pria.”

  “Hubungan antar pria yang kompleks...Ya ampun Yui, kau cukup mesum juga ya...”



  “Eh, apa aku mengatakan sesuatu yang aneh?”

  “Nah, yang kau katakan itu normal. Kau baik-baik saja.”

  Tapi yang sedang tidak waras disini adalah Ebina-san. Dan apa-apaan dia meresponnya dengan wajah malu-malu?

  “Well, banyak hal terjadi. Aku tidak mau mengatakan kalau aku paham pikiran mereka. Kau bisa menyimpan masalah itu dan tetap berteman baik dengan mereka.”

  “Itu benar. Tapi, aku merasa seperti ada yang berbeda dari biasanya. Aku tidak ingin melihat mereka seperti itu.”

  Ebina-san tersenyum ketika mengatakan itu.

  “Aku ingin tetap bersama mereka, mereka yang sama seperti sebelumnya.”

  Tampaknya Ebina-san sangat khawatir tentang hubungannya dengan grupnya belakangan ini. Ini bukanlah dari sudut pandang seorang fujoshi, tapi dari sudut pandang dirinya yang biasa juga.

  Bersama-sama dengan semuanya.

  Adalah kata-kata yang palsu, tapi aku yakin banyak sekali orang diluar sana yang mengharapkan itu. Tapi, apakah sesederhana itu dalam kasus Ebina-san? Aku tidak bisa membaca apa yang sebenarnya dia inginkan.

  Dari situ, timbul keinginanku untuk mencari tahu makna kata-katanya tersebut dan apa tujuannya yang sebenarnya.

  ...Tidak, aku harusnya berhenti disini. Mencari tahu apa yang tersembunyi dibalik kata-kata orang adalah kebiasaan burukku.

  Ebina-san lalu menambahkan.

  “Kalau Hikitani masuk ke grup, kurasa itu akan baik-baik saja selama kau mau menerima mereka. Itu juga bisa membuat mataku bertambah sehat loh!”
[note: Ini sedikit tricky. Kita tahu Hikitani tidak akan pernah mau gabung grup mereka. Kecuali, Hikitani adalah pacar dari Ebina.]

  “Tenang saja, aku tidak ada niatan seperti itu. Jadi, kau mulailah untuk merawat penglihatan matamu itu. Kusarankan untuk banyak-banyak makan blueberri atau semacam itu.”

  Kesehatan matamu itu sebenarnya bukan karena keberadaanku, tapi tergantung dari imajinasimu terhadap diriku dan seseorang di grupmu...
[note: Hayama x Hachiman!]

  “Ya kalau begitu, aku berharap akan mendapatkan sesuatu yang bagus di darmawisata nanti.”

  Ebina tampak seperti hendak mengeluarkan air liurnya lagi, tapi dia tiba-tiba memperbaiki sikapnya. Lalu dia menatapku sambil mengedipkan sebelah matanya.

  “Hikitani, aku mengandalkanmu!”

  Setelah mengatakan itu kepadaku, dia berpamitan kepada keduanya dan pergi.

  “Ada apa tadi...?”

  Yukinoshita mengatakan pertanyaan yang wajar.

  “Entahlah. Kurasa kita hanya harus membuat hubungan grup mereka tampak baik seperti biasanya. Meskipun, kupikir kita tidak perlu melakukan apapun karena sebenarnya hubungan mereka baik-baik saja.”

  Grup yang sengaja dipecah sebenarnya bertujuan untuk menyembunyikan fakta kalau itu dilakukan agar melancarkan skenario  film ‘kisah cinta Tobe di Kyoto’. Malahan, sengaja dipecah itu sendiri sudah membuktikan kekuatan hubungan grup mereka.

  Yuigahama yang tampak paham situasi tersebut, mengangguk setuju.

  “Itu benar. Lagipula, aku tidak begitu paham bagaimana hubungan antara sesama pria. Ngomong-ngomong, Hikki, bagaimana kau berhubungan dengan sesama teman pria?”

  Yuigahama menanyakan itu, tapi sebelum aku menjawabnya, Yukinoshita menepuk pundak Yuigahama. Lalu dia mengatakan sesuatu.

  “Kupikir itu terlalu kejam kalau kau bertanya hal seperti itu ke Hikigaya. Yuigahama-san, tolong tunjukkan simpatimu kepadanya, oke?”

  “Kau benar. Kasihanilah aku!”

  Bukankah bully verbal yang dicampur dengan kata-kata yang terdengar baik akan terasa lebih menyakitkan?

  Apapun itu, besok adalah hari besar, hari dimulainya darmawisata. Request yang akan dijalankan di darmawisata itu adalah request Tobe. Dan itu artinya tidak ada satupun yang perlu dikhawatirkan.

  Meski begitu, kata-katanya tadi tetap menggema di telingaku.








x  x  x









  Di rumah, aku mulai mempersiapkan barang-barang yang akan dibutuhkan di darmawisata.

  Dan begitulah rencananya, tapi yang kurencanakan betul-betul hanyalah membawa baju ganti saja. Eh, apakah ada hal lain yang memang diperlukan di darmawisata?

  Aku benar-benar tidak bisa memikirkan apapun, jadi aku hanya berdiri saja di depan lemari pakaianku dan memasukkan beberapa pakaian random yang kulihat disana. Kalau aku membawa beberapa celana dan kaos kaki, kurasa sudah cukup untuk beberapa hari.

  Selanjutnya perlengkapan mandi...Bukankah di penginapan sudah disediakan? Kurasa aku bawa saja untuk jaga-jaga.

  Dengan begitu, kurasa selesai. Memasukkannya ke tas dan selesai.

  Kyaa! Aku seperti sudah terbiasa bepergian, sangat keren! UNO, Kartu Remi, dan Mahjong; pasti sangat berat bagi semua orang untuk membawa itu. Sepertinya nanti akan ada orang-orang yang membawa alat permainan yang mudah dibawa.

  Aku lalu membawa koper persiapanku yang sudah diisi itu dan menaruhnya di lantai ruang keluarga.

  Besok akan berangkat pagi-pagi, jadi aku putuskan untuk tidur lebih awal. Tempat berkumpulnya di Stasiun Tokyo. Kami akan menuju Kyoto menggunakan Kereta Cepat.

  Kalau telat, maka kau akan ditinggal.

  Sebenarnya, aku bisa naik kereta cepat tersebut sendirian dan memilih kapanpun aku akan naik. Meskipun harga tiketnya agak menusuk hati, tapi kenyamanan yang kudapatkan akan setara, bukan? Begini maksudku, kami membayar darmawisata ini termasuk tiket kereta cepat. Tapi anehnya, kami tidak bisa memilih kapan kami akan berangkat, aneh bukan? Aku tidak bisa melihat sebuah cinta di dalamnya.

  Aku rebahan saja di sofa dan berpikir apakah aku akan minum MAX COFFEE atau tidak, Komachi lalu berjalan ke arahku.

  “Onii-chan, kau lupa sesuatu.”

  Dia lalu melemparkan sebuah alat ketika mengatakan itu.

  “...Aku tidak butuh kamera.”

  Aku tidak akan punya kesempatan untuk menggunakannya. Kalau cuma gambar pemandangan, kau tinggal ke internet dan menemukan gambar-gambar yang lebih bagus.

  “Kalau Vita?”

  Lalu, dia membuka koperku dan memasukkan Vita di koper.

  “Vita-chan akan berada di rumah kali ini. Jadi tolong kau rawat dia baik-baik, Komachi.”

  “Siap Pak!”

  Komachi membuat ekspresi yang jelek ketika mengangguk dan mengambil Vita-chanku kembali dari koper...Jangan lupa kembalikan kepadaku setelah darmawisata, oke? Ah, jangan lupa kalau aku ini hanya meminjamkannya kepadamu, oke? Ini tidak berakhir seperti seorang adik perempuan meminjam kamus elektronik kakak laki-lakinya dan berakhir menjadi miliknya, benar tidak?

  “Tapi, apa yang akan kau bawa? Karena kau pasti akan sendirian, jadi kau butuh sesuatu untuk menghabiskan waktumu...”

  Aku sangat bahagia melihatmu peduli kepadaku, tapi apakah kau terlalu meremehkan saudaramu?

  “E-book sudah menjadi bagian dariku belakangan ini, jadi kupikir aku akan membaca itu untuk menghabiskan waktuku.”

  Kau terlalu meremehkanku, Komachi. Kalau soal kegiatan kelasku, hanya modal HP saja sudah cukup bagiku untuk menghabiskan waktu; bahkan, tanpa bawa apapun juga itu sudah cukup bagiku.

  Kakakmu ini sering bermain dengan jari-jarinya sendiri di kelas, membentuk katak dan menggumamkan “croak,croak” sendirian. Tapi aku jelas tidak bisa menceritakannya hal-hal seperti ini.

  “Juga, aku pergi kesana bukan untuk senang-senang.”

  Ketika aku mengatakannya, Komachi seakan-akan dipenuhi tanda tanya.

  “...Jadi Onii-chan pergi Kyoto mau ngapain?

  “Membuat seseorang orang menjadi patah hati, kurasa...”

  Entah mengapa, pandanganku menjadi menjauh. Setiap aku tahu akan begini, ketika aku tahu kalau akan ada seorang pria yang akan mencoba membuat sebuah memori kelam di darmawisata, ini akan menjadi 72 jam yang tidak mengenakkan. Tentunya, aku sangat berpengalaman dalam hal itu.

  Tanpa memikirkan kata-kataku, Komachi mengeluarkan sesuatu dari sakunya.



  “Oh, hampir lupa. Ini dia.”

  Sebuah benda berwarna putih. Pakaian dalam? Oh bukan, ini semacam potongan kertas kecil. Well, aku sendiri tidak tahu harus merespon bagaimana jika diberi pakaian dalam.

  Tapi, meskipun adikku ini terkesan jahil dan mengesalkan, dia ternyata sangat peduli kepadaku. Begitulah, dia memberiku potongan kertas-kertas yang diatur dengan rapi dan manis.

Rekomendasi Komachi!
#3 Cinnamon Cookie Dough
(Dari toko pusat atau cabangnya, tidak masalah)
#2 Kertas Minyak Yojiya
(Mama minta dibelikan juga)
#1 Tanya ke Komachi sekarang juga!
 
  ...Nomor-nomor tersebut berada di kertas yang terpisah dan cukup mengganggu.

  “Apa-apaan yang nomor satu...?”

  “Oleh-oleh berupa kenangan-kenangan indah dari Onii-chan.”

  Komachi tersenyum manis ketika mengatakannya. Sangat manis...

  “Disana banyak kuil yang konon katanya bisa melancarkan jodoh, jadi kalau di darmawisata nanti Onii-chan jatuh cinta ke seorang gadis, itu bisa menjadi oleh-oleh yang terindah untuk Komachi!”

  “Berhentilah mengurusi masalahku dan belajar sana!”

  “Okeeee. Sekarang, begini, tolong berikan salam dariku kepada mereka untukku.”

  “Oke.”

  Kurasa tempat yang harus kukunjungi bertambah jumlahnya...Well, aku bisa membeli kuenya di stasiun...Sepertinya, aku pernah baca kalau kertas minyak Yojiya dijual juga di stasiun, jadi aku bisa membeli oleh-olehnya di stasiun semua.

  Jadi, tempat tambahan yang harus kukunjungi nanti...

  ...Kurasa aku harus mengunjungi kuil tempat Dewa Belajar berada.










x Chapter IV | END x

Menuju Chapter V






  Monolog Hachiman yang menginginkan Yukino agar lebih berterus terang kepadanya.

  Ini memang menjadi fokus utama masalah kisah mereka berdua di volume-volume selanjutnya.

  ...

  Yang harus kita pahami disini, alasan Ebina datang ke Klub Relawan sangat tidak masuk akal.

  Merasa kalau adanya Totsuka dan Hachiman yang bergabung dengan grup Hayama di darmawisata sebagai sebuah kemunduran.

  Jika kita teliti, di vol 6 Ebina memiliki impian untuk memasangkan Hachiman dengan Hayama di Drama Festival Budaya Kelas 2F. Lalu, karena Hachiman sudah bergabung dengan kepanitiaan, Ebina memasangkan Hayama dengan Totsuka.

  Fakta kalau ini hanyalah grup darmawisata saja, dan Ooka plus Yamato tetap tidur di kamar Hayama, harusnya ini menjadi sebuah hal yang bagus, jika saya adalah Ebina tentunya.

  Ooka dan Yamato tetap berkumpul dengan Hayama dan Tobe, tapi akan ada Totsuka dan Hachiman yang bergabung bersama mereka. Ini jelas sebuah keuntungan.

  Dengan ditutup harapan Ebina, yaitu mengandalkan Hachiman, dimana Klub Relawan adalah sebuah Klub yang berisi tiga orang, jelas kita semua tahu apa yang Ebina maksud.

  Ebina berharap Hachiman melakukan sesuatu dimana Yui dan Yuigahama tidak bisa. Oke, karena di animenya sudah ditayangkan, jadi ini seperti spoiler saja. Ebina Hina berharap Hachiman bisa melakukan sesuatu dengan permintaannya, dimana itu hanya bisa dilakukan oleh seorang pria saja.

  ...

  Karena di vol 7 chapter 1, Hayama dan Ebina membicarakan sesuatu di luar kelas, patut diduga kalau kedatangan Ebina ke Klub Relawan ini beserta requestnya plus maksud terselubungnya, juga diketahui oleh Hayama.

  ...

  Keinginan Komachi agar Hachiman jatuh cinta di darmawisata, akan benar-benar terjadi di vol 7 chapter 6.

1 komentar:

  1. Ebina gk mau hachiman gabung ke grup hayama mungkin karna ebina suka sama hachiman?,kan kalo hachiman ada di grup hayama terus jadi deket sama kelompoknya nanti bakal awkard sama si tobe, tapi kalo enggak kan ya santuy aja lagian hachiman bukan siapa-siapa nya mereka kalo dia bukan siapa-siapa jadi ebina bisa lebih leluasa ngejar hachiman

    BalasHapus