Selasa, 27 Oktober 2015

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol 8 Chapter 2 : Untuk alasan tertentu, Isshiki Iroha memanglah gadis pembawa masalah



x Chapter II x








  Pintu yang terbuka itu memberikan celah bagi angin untuk bertiup masuk ke ruangan ini.

  Rambut hitam dan panjang Hiratsuka-sensei melambai-lambai tertiup angin tersebut. Dia menyentuh rambutnya sekilas dan langsung masuk ke ruangan dengan derap langkah yang cukup mengganggu.

  “Aku ada request untuk kalian, tapi...”

  Ketika dia mengatakannya, dia melihat ke arah kami dengan penuh tanda tanya.

  “Apa telah terjadi sesuatu?”

  Kami hanya duduk terdiam tanpa membalasnya. Yuigahama melihat ke arah yang lain, sementara Yukinoshita duduk saja sambil menutupkan matanya.

  Karena itu, kesunyian yang janggal ini membuat Sensei memiringkan kepalanya lagi. Lalu dia melihat ke arahku.

  “Tidak, tidak ada apa-apa.”

  Dengan tatapan seperti itu, bahkan aku sendiripun tidak punya mental yang kuat untuk tidak menjawabnya, jadi aku menjawabnya dengan santai.

  Aku mencoba menjawabnya sependek mungkin, namun dia hanya bisa tersenyum kecut mendengarnya. Tampaknya dia sudah punya gambaran tentang apa yang terjadi disini. Dengan Yukinoshita dan Yuigahama yang hanya terdiam, tidak perlu orang pintar untuk menjelaskan apa yang terjadi disini.

  “Mungkin aku akan kembali lagi nanti?”

  “Entahlah, kami tidak keberatan kalau anda melakukannya.”

  ‘Dengan kata lain, anda kembali lagi nanti juga tidak akan berubah’, itu arti sebenarnya. Apa dia akan kembali nanti, atau besok, suasana stagnan ini akan terus terjadi.

  “...Begitu ya.”

  Dia sepertinya cukup paham maksud dari nada suaraku tadi.

  Untuk menghindari suasana berkembang menjadi lebih tidak menyenangkan, Yuigahama berusaha mencairkan keadaan.

  “Sensei, apa ada yang bisa kami bantu?”

  “Ah, benar...Kalian silakan masuk.”

  Hiratsuka-sensei berbalik ke pintu dan memanggil seseorang. Lalu terdengar suara lembut “Permisi...”, seorang yang sangat familiar masuk ke ruangan dengan perlahan. Gadis ini memiliki tipe rambut pigtail yang diikat dengan ikat rambut, dan tampilannya sangat memukau.

  Dia adalah Ketua OSIS, Shiromeguri Meguri.

  Dan yang mengikuti di belakangnya adalah seorang gadis yang kurang familiar.



  “Kami memiliki request...”
[note: Meguri mengatakan ‘kami’ daripada ‘dia’. Artinya di request ini ada juga kepentingan Meguri. Tidak hanya kepentingan Iroha.]

  Dengan mengangguk kecil, gadis itu melangkah masuk ke ruangan ini.

  Rambutnya yang sebahu tampak melambai-lambai mengiringi langkahnya. Dengan tampilan rambutnya yang terlihat natural, hiasan kukunya tampak memantulkan cahaya matahari senja, menebarkan cahaya ke berbagai sudut ruangan.

  Dengan rambut sebahu dan mata yang lebar, dia mirip seperti binatang yang kecil, memberikan kesan manis. Seragamnya tampak sedikit kusut dan dia meremas-remas ujung lengan panjang cardigannya.

  Ketika aku menatap ke arahnya sambil berpikir siapa dirinya, dia lalu menatap kami dengan senyum yang malu-malu.

  Seketika, aku merasa hatiku tersayat-sayat. Jelas, ini bukanlah cinta pada pandangan pertama. Ini adalah sebuah peringatan bahaya.

  “Ah, Iroha-chan.”

  Ketika Yuigahama menyapanya, gadis yang disebut Iroha-chan ini membalasnya dengan nada yang ringan.

  “Yui-senpai, hellooooo~”

  “Yahallo~”

  Keduanya melambaikan tangannya di depan dadanya.

  “Ah, jadi kamu sudah kenal dengan Isshiki-san. Kalau begitu kita bisa langsung ke topik masalahnya.”

  Setelah melihat salam tadi, Meguri-senpai mengangguk.

  Isshiki Iroha...

  Aku sepertinya pernah mendengar itu.

  Dia tampaknya semacam manajer dari Klub Sepak Bola. Dia adalah gadis yang merengek-rengek ke Hayama di Turnamen Judo yang digelar sebelum liburan musim panas. Ngomong-ngomong, aku penasaran dengan Miura setelah itu...
[note: Vol 7.5 Klub Relawan ada request dari Klub Judo mengenai Alumni Klub Judo yang suka ikut campur kegiatan klub. Akhirnya Hachiman menjadi martir sosial dan konfrontasi dengan Senpai alumni itu. Di turnamen itu, Hachiman membentuk kelompok dengan Hayama dan Zaimokuza. Sebelum pertandingan Hayama, Iroha datang ke turnamen dan berteriak meminta Hayama membantu mengatur member Klub Sepak Bola yang sedang latihan. Akhirnya, Miura membantu Iroha ke Klub, lalu disusul Hayama.]

  Begitulah yang bisa kuingat, tapi ini bukanlah waktu yang tepat untuk membicarakan masa lalu.

  Tampaknya request kali ini ada hubungannya dengan Isshiki Iroha.

  Tapi ini cukup aneh, kalau ini requestnya, lalu mengapa ada Meguri-senpai bersamanya?

  Aku menatap ke arah Meguri-senpai untuk mencari penjelasannya, dia mengangguk ke arahku dan mulai berbicara.

  “Kalian tahu mengenai Pemilihan Ketua OSIS selanjutnya?”

  Meski dia bertanya hal tersebut, aku tidak paham maksudnya. Jujur saja, jika ada event sekolah yang tidak mewajibkan partisipasi siswa, maka aku memutuskan untuk tidak mencari tahu apa itu.

  Tapi, bukannya aku tidak tertarik atau semacamnya. Ini bisa menjadi cerita yang berbeda jika kau punya teman yang berencana maju menjadi kandidat ketua. Tapi kupikir sangat wajar, jika siswa-siswa pada umumnya tidak berniat untuk terlibat dalam kegiatan Pengurus OSIS dalam kehidupan sekolah mereka.

  Pada umumnya, siswa-siswa biasa akan melihat Pengurus OSIS sebagai ‘orang-orang yang selalu terlihat sibuk, tapi aku tidak tahu apa yang mereka kerjakan’. Oleh karena itu, Pemilihan Ketua OSIS artinya ‘memilih orang yang akan memimpin orang-orang yang terlihat sibuk, tapi aku tidak tahu apa yang mereka lakukan’.

  Aku yakin akan menjadi ‘siswa-siswa pada umumnya’ jika aku tidak terlibat di Festival Budaya dan Olahraga. Begitu pula Yuigahama.

  Tapi, ada satu orang yang tidak merasa seperti itu. Dia Yukinoshita Yukino.

  “Ya. Kalau tidak salah kapan hari ada pengumuman soal Pemilihan tersebut. Kurasa saat ini adalah waktu pendaftaran bagi calon Kandidat Ketua.”

  “Wow, kau tampaknya tahu banyak, Yukinoshita. Yep, yep, semuanya sudah diumumkan, meskipun sampai sekarang belum ada calon kandidatnya.”

  Meguri-senpai berbicara sambil memegang kedua tangannya.

  “Kami harusnya melakukan Pemilihan jauh hari sebelumnya, tapi kami tidak mempunyai kandidat untuk itu. Juga jika keadaan ‘tanpa adanya kandidat’ ini terus berlangsung, aku tidak bisa meletakkan jabatan Ketua OSIS ini dengan tenang...”

  Tiba-tiba Meguri-senpai merasa sangat terpukul.

  “Pihak sekolah sendiri, menyerahkan event Pemilihan Ketua OSIS ini kepada Pengurus OSIS. Dimana, harusnya kita sudah mendapatkan Ketua OSIS yang baru ketika Festival Olahraga, tapi...”

  “Oh bukan, jangan khawatir soal kesibukan kelas 3 yang akan menempuh ujian Universitas dalam waktu dekat. Soalnya aku sendiri sudah diterima Universitas lewat jalur rekomendasi, jadi aku tidak ikut ujian masuk Universitas seperti siswa lainnya.”

  Aku melihat ke arah Meguri-senpai sambil berpikir tentang semua kehangatan yang dia berikan. Suasana khas Megurin akan segera menjadi sebuah kenangan di masa lalu. Dia tampaknya hendak mengucapkan sesuatu.

  “Ah, benar, benar, aku ternyata belum menjelaskan semuanya ya? Ngomong-ngomong, sebagai pekerjaan terakhirku di jabatan Ketua OSIS,  aku juga menjabat sebagai perwakilan OSIS di Panitia Pemilihan Ketua OSIS periode yang baru.”

  Kesimpulannya, para pengurus OSIS di periodenya saat ini yang masih kelas 2 tidak ada yang mencalonkan diri menjadi kandidat ketua...

  Tapi, aku bisa memaklumi kalau para pengurus OSIS saat ini menemukan arti dari pekerjaan mereka hanya jika mereka berada di bawah perintah Meguri-senpai. Mereka semua tampaknya sangat mengagumi dirinya.

  “Juga, dekrit tentang pemilihan itu sudah disahkan oleh pihak sekolah, tapi...”

  “Dekrit...”

  Yuigahama mengulang-ulang kata itu dengan suara pelan, tapi tidak ada satupun yang menjelaskan kepadanya. Biasanya, Yukinoshita adalah orang pertama yang akan melihatnya seperti itu dan menjelaskannya, tapi dia sendiri sedang menaruh tangannya di dagunya.

  “Dekrit, maksudnya begini, itu adalah semacam pengumuman jadwal pemilihan dan aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh kandidat. Ya, semacam itulah.”

  Sensei tampaknya tidak ingin melihatnya menderita terlalu lama karena memikirkan maksud tersebut.

  “Te-terima kasih banyak. Ahaha...Ja-jadi, hubungannya kalian dengan dekrit tersebut?”

  Yuigahama tampaknya langsung ke masalahnya. Meguri lalu melihat ke Isshiki.

  “Isshiki ini adalah kandidat Ketua OSIS di pemilihan nanti.”

  Whoaah, jadi gadis ini mengajukan diri jadi calon ketua? Ini sebuah kejutan, tapi sejujurnya, Isshiki Iroha tidak tampak seperti tipe gadis yang tertarik dengan aktivitas OSIS.

  Jadi, kenapa kamu berminat jadi ketua? Atau semacam itulah, jadi aku mulai menatapnya dengan maksud menanyakan itu. Isshiki melihat ke arahku, lalu dia mengedipkan matanya karena terkejut.

  Tampaknya dia baru saja sadar akan kehadiranku. Tunggu, tidak, dia pastinya sudah melihat diriku waktu pertama kesini...Dia mungkin mengira aku hanya hiasan atau pajangan disini.

  Tapi, Isshiki melihatku tanpa menunjukkan rasa takut ataupun jijik. Sebaliknya, dia tampak menyadari sesuatu, lalu tersenyum.

  “Ah, apa kamu berpikir kalau aku memang tidak cocok dengan jabatan itu atau semacamnya, ya~?”

  “Ah, bukan, bukan begitu. Tidak mungkinlah.”

  Dengan senyum yang diarahkannya kepadaku, aku kehilangan kata-kata.

  Well, kalau kata orang kita tidak boleh menilai buku dari sampulnya, berarti kita juga terlihat bodoh jika kita berhenti menonton anime karena desain dan grafis karakternya. Aku memalingkan pandanganku dari Isshiki untuk membuang rasa ingin tahuku sebelumnya.

  Ketika aku melakukannya, Isshiki menaruh kedua tangannya di pinggangnya dan postur tubuhnya condong kedepan sambil berbicara.

  “Itu karena aku sering dibilang begitu, kurang lebih seperti itulah~. Seperti aku terlihat bodoh, otak kosong, atau semacamnya.”

  Ah, gadis ini merupakan kabar buruk.

  Penampilannya sendiri mencerminkan dirinya adalah tipe gadis yang suka bermain-main, dan tipikal gadis yang akan dibenci oleh gadis-gadis SMA pada umumnya. Memakai sedikit make up sehingga terlihat natural di mata orang, lalu memakai rok di atas lutut. Dia juga memakai cardigan warna cream yang kebesaran, sehingga menonjolkan tulang selangka yang tersembunyi dari balik pita di dekat kerahnya. Seperti mengundang orang untuk mengintipnya.

  Mengesampingkan tampilannya yang ‘mulus’ tadi, dia tampaknya kenal baik dengan seniornya, Yuigahama; memiliki kemiripan dengannya.

  ...Seperti yang kuduga, dia gadis yang berbahaya.

  Tidak hanya dia nyaman menjadi pusat perhatian disini, dia juga menunjukkan statusnya sebagai ‘cewek SMA kelas atas’. Dari luar, dia terlihat ramah dan feminin, tapi tidak butuh waktu lama untuk melihat kalau semua itu hanya kepalsuan belaka.

  Dengan menjadikan pengalamanku di masa lalu bersama gadis-gadis semacamnya, aku cukup yakin kalau dia akan menebarkan banyak sekali ranjau darat.

  Tapi, tampaknya hanya aku seorang yang punya opini ini terhadap Isshiki. Bisa jadi aku tadi hanya dugaan yang berlebihan.

  “...Jadi, bisakah aku tahu masalah yang kalian hadapi?”

  Yukinoshita bertanya ke Isshiki yang sejak tadi terdiam. Lalu dia melepas lengannya yang sedang menyilang itu dan menaruhnya di atas meja. Dia mungkin sudah lelah menunggu inti dari pembicaraan ini, dari nadanya saja bisa terlihat jelas hal tersebut.

  Ketika Meguri-senpai menyadari hal itu, dia langsung berbicara.

  “Isshiki adalah kandidat Ketua OSIS, tapi...bagaimana ya aku harus mengatakannya...? Dia ingin tidak terpilih menjadi ketua.”

  Dia hanya mengatakan kata-kata yang ambigu. Isshiki menjadi kandidat Ketua OSIS, tapi dia tidak ingin terpilih menjadi ketua. Aku mulai mencerna perlahan-lahan maksud dari kata-katanya itu.


  “Haa...Sederhananya, kamu ingin kalah di pemilihan itu?”

  Jika aku melihat bagaimana ekspresinya, maka itu seharusnya kesimpulan yang kita dapatkan. Meguri-senpaipun menganggukkan kepalanya. Yuigahama sendiri, tampak sedang memiringkan kepalanya sambil mengatakan “Hmm?”

  “Jadi begini...Kamu tidak ingin menjadi Ketua OSIS?”

  “Ah, benar. Itu benar sekali.”

  Mungkin karena dia kenal dengan Yuigahama, sehingga Isshiki bisa menjawabnya tanpa malu-malu.

  Tapi kalau kita lihat baik-baik, ini bukanlah contoh yang baik. Entah apapun alasannya, ini bukanlah sikap yang terpuji dari orang yang mengajukan dirinya menjadi kandidat  Ketua OSIS.

  “...Kalau keinginanmu seperti itu, kenapa kamu mengajukan diri menjadi kandidat Ketua?”

  Yukinoshita mengatakannya dengan nada yang mengkritisi, sehingga Isshiki menjadi kaget.

  “Umm, aku sebenarnya tidak ingin, err, lebih tepatnya...aku ini dipaksa menjadi kandidat ketua.”

  Eeeh, kamu ini sebenarnya ingin menjadi idol atau bagaimana sih?

  Entah mengapa, kata-kata Isshiki itu membuatku kehilangan respek kepadanya. Tapi, Isshiki tidak peduli dengan tatapanku. Well, aku juga sadar kalau keberadaanku disini cuma pajangan saja. Isshiki menaruh jarinya di dagunya, lalu berbicara.

  “Aku ini, terlihat berbeda dari yang lain, tahu tidak? Aku sering mendengar orang-orang membicarakan kedekatanku dengan Hayama-senpai dan kakak-kakak kelas lainnya. Juga, posisiku saat ini yang menjabat sebagai Manajer Klub Sepakbola, itu memperkuat pandangan orang-orang kepadaku.”

  Aku tidak bisa membaca maksudnya apa. Jadi kusimpulkan saja, tapi ada satu hal yang menggangguku.

  “...Apa kamu ini jadi kandidat ketua karena dijahili orang?”

  “Aku bukannya bilang begitu, itu terdengar aku terlalu ‘lebay’ atau semacamnya~. Misalnya ketika teman-teman sekelasku sedang berkumpul, mereka sering menjadikanku sebagai bahan candaan ataupun gosip.”

  Kata-katanya malah membuat kepalaku bertambah pusing.

  Jadi kamu intinya ingin mengatakan apa...?

  “Jadi, ya kurang lebih sama seperti itulah~”

  Oooh, aku paham sekarang. TIDAK, APA-APAAN PENJELASANMU ITU!

  Aku tidak paham maksudnya apa, tapi intinya begini :’Gadis selugu diriku yang sering dijahili orang-orang yang iri, kini terjebak dengan menjadikanku kandidat ketua!’. Mungkin kurang lebih begitu. Seperti judul buku yang panjang sekali...

  Rencana awal hanya sekedar membuatnya panik kini menjadi sebuah bencana bagi gadis itu. Kali ini, error dari sebuah masa muda sudah membuat sebuah masalah.

  Tapi jujur saja, gadis ini adalah tipe gadis yang seperti itu.

  ...Gadis ini adalah tipe yang paling dibenci oleh gadis-gadis di sekolah.

  Bahkan diriku sendiri...tidak terkecuali ketika melihatnya.

  Dia memang seperti itu.

  Dia adalah salah satu dari sekian wanita jalang yang berusaha menutupi sikapnya yang overakting dan ‘lebay’. Gadis yang melacurkan dirinya agar bisa dekat dengan orang-orang. Banyak yang seperti dirinya ketika SMP dulu. Yep, gadis yang mengatur pria harus bagaimana saja dari hidung mereka.

  Bahkan Samurai terkenal Mushashi tidak akan jatuh dengan mudah oleh pesona gadis jalang sepertinya.

  “Kenapa kamu tidak ke panitianya dan mengatakan formulir yang teman-temanmu kirimkan itu tidak kamu setujui atau semacamnya?”

  Yuigahama menaikkan tangannya seperti hendak bertanya, Sensei lalu menyilangkan lengannya dan mengeluh.

  “Ketika formulir pendaftarannya diberikan ke panitia, panitianya tidak mengkonfirmasi ke Isshiki dan langsung mensahkan pendaftarannya...”

  “Err...Seandainya panitia pemilihan yang menerima pendaftaran itu mau mengkonfirmasi ke Isshiki terlebih dahulu...”

  Meguri merasa malu akan kinerja panitia.

  Sensei menepuk pundak Meguri yang merasa bersalah.

  “Well, jujur saja, tidak ada seorangpun di sekolah ini yang akan menyangka kalau formulir itu hanyalah kegiatan jahil orang-orang. Akan menjadi preseden buruk jika kita menyalahkan panitia pemilihan. Benar tidak?”

  “Tapi, panitia waktu itu sudah cek langsung ke pemilik tanda tangan dukungan di formulir tersebut, dan itu asli.”

  Meguri mengatakannya dengan nada kecewa, aku akhirnya bertanya lebih jauh apa maksudnya.

  “Tanda tangan dukungan?”
 
  “Uh huh. Untuk menjadi kandidat ketua, kamu cuma perlu menulis namamu di formulir lalu di balik formulir tersebut ada kolom tanda tangan dukungan dari pendukungmu. Sayangnya, tanda tangan dukungan tersebut asli.”

  Huh, jadi, untuk jadi kandidat ketua kamu butuh tanda tangan dukungan.

  Tapi, tadi memang sangat meyakinkan. Maksudku, coba pikir jika ada orang dengan 0 dukungan menjadi Ketua OSIS, pasti akan ada masalah di kemudian hari. Ini adalah sistem sederhana untuk mencoret kandidat yang memiliki popularitas rendah.

  Melihat Pengurus OSIS yang sekarang seperti berisi orang-orang yang serius, aku memang berpikir kalau tidak akan ada yang berani menjadikan Pemilihan Ketua OSIS ini semacam event untuk menjahili seseorang.

  Di dunia ini, ada kalanya seorang yang idiot akan melakukan tindakan gila yang sangat menakutkan.

  “Tapi, ini agak kompleks jika menurut aturan yang kubaca. Bukankah itu artinya mereka berhasil mendapatkan minimal 30 tanda tangan orang yang berniat menjahilinya agar bisa lolos mencalonkan seseorang menjadi kandidat ketua?”

  Tampaknya bukan aku saja yang memiliki pikiran itu, Yukinoshita juga.

  “Sebanyak itu? Aku terkejut jika mereka bisa mendapatkan sebanyak itu.”

  Yuigahama mengatakannya dengan setengah terkejut dan nada yang terkesan ketakutan.

  Tapi, menurutku itu tidak aneh.

  Melihat banyaknya jumlah tanda tangan yang berniat membullynya,  jika kita hendak membuat perkumpulan massa anti Isshiki, maka akan sangat mudah sekali untuk melakukannya. Ini juga berlaku ketika di Twitter, tinggal menuliskan nama Isshiki dan niat untuk membullynya, maka akan langsung di retweet dengan cepat oleh yang membencinya.

  Ketika aku memikirkan mengapa mereka membencinya, Sensei lalu berkata.

  “Tentu saja, kita sudah memeriksa para siswa yang bertanda tangan di formulir tersebut. Apakah mereka cuma nama palsu atau sekedar tanda tangan tanpa tahu isinya, tapi semua tanda tangan itu asli.”

  “Menulis nama mereka dan bertanda tangan disana, apa mereka idiot apa semacamnya...?”

  “Mereka tampaknya menganggap ini bukanlah pelanggaran aturan atau semacamnya, sehingga tidak akan dihukum. Menggunakan celah aturan untuk menjahili orang, seperti itulah.”

  Sensei mengatakannya dengan senyuman yang pahit.

  Tapi ada benarnya juga sih. Belakangan ini sering terjadi seperti itu. Bukankah sering kita lihat video menjahili orang-orang dan diupload di twitter atau youtube dengan menampilkan identitas asli pembuat videonya; bukankah itu seperti mengakui dirimu seorang kriminal?

  “Umm, bisakah kamu bilang kalau kamu sendiri tidak menyetujui pencalonan itu? Seperti mengatakan itu tidak sah karena kamu tidak tahu sedang dicalonkan?”

  Ketika Yuigahama berbicara, Isshiki lalu mengambil langkah maju.

  “Masalahnya itu, kamu tahu...Wali Kelasku itu ketika mendengar diriku terdaftar sebagai satu-satunya calon Ketua OSIS malah memuji dan menyemangatiku. Ketika aku mengatakan kepadanya kalau aku tidak ingin maju, malah dia semakin menggebu-gebu untuk menasehati dan memotivasiku...Lebih menyedihkan lagi, tidak ada satupun siswa di kelasku yang menawarkan diri untuk membantuku kampanye atau yang lain, tahu tidak~...Maksudku, hanya guru saja yang mensupportku, itu saja.”

  Ah, begitu ya. Ini mirip ketika kamu mengatakan kepada atasanmu kalau kau ingin berhenti bekerja. Karena pekerjaan di kantor tertekan oleh deadline dan kurang tenaga, atasanmu langsung berteriak ‘Ayo kita lakukan yang terbaik! Aku disini memerlukan dirimu dari sekarang dan selamanya!’. Lalu, kamu mulai meragukan tindakanmu. Setelah itu atasanmu akan mengatakan ‘itulah masalahmu, kalau kamu menjadi peragu seperti itu, tidak akan selalu ada peluang yang baik selain kerja disini!’, dan mulailah dirimu diceramahi oleh atasanmu.

  Pada akhirnya, kamu kehilangan peluang untuk berhenti dari pekerjaanmu dan bekerja di tempat lama dengan terus mencari-cari celah untuk menghindari tanggung jawab.

  Di sebelah Isshiki, Sensei sedang menggaruk-garuk pipinya dengan ekspresi yang tidak menyenangkan.

  “Aku sudah berbicara dengan Wali Kelas Isshiki, tapi...dia bukanlah orang yang mau mendengarkan nasehat orang lain.”



  “Aah, begitu ya...”

  Lalu, Sensei melanjutkan kata-katanya.

  “Tampaknya, dia sendiri belakangan ini malah sering bercerita dengan bangga kalau dia berhasil meyakinkan siswa di kelasnya untuk maju menjadi satu-satunya kandidat Ketua OSIS...Dia merasa sukses menjadi motivator siswa, seperti cerita turun temurun saja...”

  Aah, jadi Wali Kelasnya tipe orang seperti itu ya...Selama dia yakin apa yang dipilih oleh siswanya adalah jalan yang bagus, dia tidak akan berhenti mensupportnya.  Sebenarnya, Wali Kelasnya tidak berniat buruk sama sekali.

  “Jadi, karena itulah, akhirnya dia menceritakan masalah itu ke Shiromeguri.”

  Ah, jadi begini ceritanya: Meguri-senpai mendengar cerita Isshiki dan tidak bisa memberikannya solusi, lalu dia membawanya ke Sensei dimana Sensei membawanya ke kita.

  “Kalau begitu masalahnya, berarti mengundurkan diri dari kandidat Ketua OSIS merupakan hal yang sulit.”

  Wali Kelasnya mungkin tidak tahu tentang perasaan siswanya ini. Tapi, Wali Kelasnya hanyalah satu dari sekian hambatan. Lalu, Meguri-senpai mengatakan sesuatu sambil bermain dengan rambut pigtailnya.

  “Uh huh...jadi...kami sebelumnya sudah bekerja keras untuk membatalkan pencalonannya...”

  “Haa...”

  Aku mulai berpikir untuk mencarikan alasan yang tepat baginya untuk mengundurkan diri. Tapi, Yukinoshita terlihat menaruh tangannya di dagunya dan mulai mengatakan sesuatu.

  “Soal mengundurkan diri, apakah tidak ada aturan tertulis yang mengatur tentang tata cara mengundurkan diri ataupun diskualifikasi calon yang sudah ditetapkan dalam aturan tersebut?”

  Meguri-senpai tampak terkejut mendengar kata-katanya.

  “Yukinoshita, kamu memang tahu banyak hal...Benar sekali! Tidak ada aturan tertulis yang mengatur tentang hal tersebut...”

  Begitu ya. Memang, Pengurus OSIS adalah tempat dimana siswa-siswa yang memiliki kemauan untuk bekerja, orang-orang yang penuh dengan ambisi. Aku bisa membayangkan mereka memang sengaja tidak menulis aturan tentang tata cara mengundurkan diri, karena tidak ada dalam sejarah mereka seperti itu. Meski begitu, itulah Yukipedia. Tahu segalanya.

  “Ah, bisakah katakan kepada panitia kalau dia tidak bisa menjadi Ketua OSIS karena dia hanya siswi kelas 1?”

  Yuigahama mengatakan itu sambil menaikkan tangannya.

  Tapi, Yukinoshita menjawabnya seketika.

  “...Itu tidak akan terjadi.”

  “Eh? Kenapa begitu?”

  Yuigahama menanyakan itu dengan wajah penuh tanda tanya. Meguri menjawab itu untuknya.

  “Itu karena tidak ada aturan yang menulis tentang Ketua OSIS hanya boleh dijabat oleh siswa kelas 2.”

  “Memang, pada kenyataannya, selama ini Ketua OSIS selalu dijabat oleh siswa kelas 2.”

  Yukinoshita mencoba menutup pertanyaan tersebut dengan penjelasan mengapa Yuigahama menanyakan hal tersebut.

  Itu memang hal yang tidak tertulis, tetapi selama tidak ada hitam di atas putih soal itu, maka itu itu tidak bisa dijadikan alasan untuk mengundurkan diri dari kandidat ketua.

  Jika kita mencari alasan dengan memakai fakta ‘biasanya kelas 2 yang terpilih’, maka dia tetap menjadi kandidat ketua karena tidak ada aturan yang menulis ketua OSIS hanya boleh dijabat oleh siswa kelas 2.

  “Jika dia tidak keberatan maju sebagai kandidat asalkan kalah di pemilihan, maka kalah dalam pemilihan adalah satu-satunya cara.”

  Hanya itulah satu-satunya metode yang memungkinkan.

  Tapi, Meguri-senpai tampak menyerah.

  “Umm...karena sampai detik ini satu-satunya kandidat cuma Isshiki, maka...”

  Yukinoshita langsung menambahkan.

  “Dengan kata lain, pemilihannya nanti hanya memilih ‘ya’ dan ‘tidak’...begitu?”

  “Benar, seperti itulah...”

  Pemilihan sistem ‘ya’ dan ‘tidak’ disebut juga ‘vote of confidence’ dimana bisa terjadi jika yang mencalonkan diri hanya satu orang. Tidak seperti pemilihan biasa dimana kita memilih satu orang diantara banyak orang, pemilihan sistem ini kita hanya melingkari kata ‘ya’ atau ‘tidak’ di kertas pemilihan. Sederhananya, kamu cuma memilih apakah setuju Isshiki Iroha menjadi Ketua OSIS atau tidak?

  Dengan sistem seperti ini, mayoritas orang pasti akan melingkari ‘ya’ dan parade pemilihan yang melelahkan ini akhirnya selesai sampai tahun depan. Tidak ada yang mau duduk di gymnasium untuk mendengarkan pidato dan kampanye berjam-jam jika proses pemilihan harus diulang. Tentunya, akan sangat menarik jika ada yang melingkari ‘tidak’, meski mereka minoritas. Selama suara mayoritas ada di tangan kandidat, meskipun terasa aneh, tetap akan disahkan sebagai Ketua terpilih.

  Meski begitu...

  “Tapi, kalau cuma agar suara mayoritas tidak berada di pihakmu, aku tahu caranya...”

  Ketika aku mengatakan apa yang ada di pikiranku, Isshiki langsung tidak menyetujuinya.

  “Tunggu, tunggu dulu! Dapat suara minoritas dalam sistem pemilihan yang hanya ada calon tunggal kelihatan ‘cupu’ banget! Maksudku, sistem vote of confidence sendiri saja sudah memalukan...Sangat memalukan. Aku tidak mau!”

  Ugh, kamu egois sekali! Jangan pakai egomu kalau mau keluar dari situasi sulit yang membekap dirimu saat ini, tahu tidak?

  Begitulah yang kupikirkan. Tapi sejujurnya, Isshiki tidak salah apapun karena dia hanya korban ulah iseng teman-temannya. Kalau kita kesampingkan kronologis dia bisa maju kandidat, menjadi calon tunggal Ketua lalu kalah di pemilihan calon tunggal karena voting suara ‘tidak’ melebihi 50% memang menjadi cerita lucu. Oleh karena itu, aku paham mengapa dia tidak ingin itu terjadi. Tidak mungkin kamu bisa puas jika mayoritas suara tidak berada di pihakmu.

  Oleh karena itu, kalah bukanlah pilihan baginya.

  “Seandainya saja dia memang calon tunggal, lalu di kertas pemilihannya nanti hanya muncul nama Isshiki saja? Gambar wajahnya tidak?”

  Agar ideku ini bisa terlaksana, aku harus memastikan beberapa fakta dahulu kepada Meguri-senpai.

  “Eh? Benar, cuma nama saja lalu ‘ya’ atau ‘ tidak’.”

  “Lalu, kedua...kampanyenya boleh diwakilkan orang lain mengatasnamakan Isshiki? Lalu, Isshiki di formulir itu belum menunjuk satupun nama sebagai tim kampanyenya?”

  “Pertama benar, kedua benar.”

  Kedua mata Meguri-senpai menatapku sambil mengangguk. Tapi ekspresinya seperti tidak menyadari apa maksudku yang sebenarnya.

  Tapi itu tidak masalah. Semua informasi yang kubutuhkan sudah dalam genggamanku.

  “Kalau begitu, ada satu metode yang mudah dan cepat.”

  “Umm, apa maksudmu?”

  Untuk mengklarifikasi pertanyaan itu, aku keluarkan semua fakta yang ada.

  “Kemungkinan terburuk yang bisa diterima: Isshiki pasti kalah di pemilihan calon tunggal, lalu dirinya tidak dipermalukan, maka itu bisa diterima. Sederhananya begini, kalau nanti seluruh siswa paham mengapa Isshiki tidak terpilih dan itu adalah alasan yang wajar, maka itu harusnya cukup.”

  “Bisakah kau melakukannya?”

  Yuigahama memecahkan keheningan itu dengan pertanyaan tersebut.

  Aku menganggukkan kepalaku.

  “Kalau juru kampanyenya memberikan program-program buruk untuk para siswa, maka mayoritas tidak akan memilihnya. Lalu setelah pemilihan, Isshiki memberitahu semuanya kalau juru kampanyenya telah bertindak di luar kontrolnya. Akhirnya, Isshiki tidak diberitakan jelek, dan juru kampanyenya yang disalahkan.”

  Yang kita butuhkan saat ini hanyalah alasan wajar mengapa dia kalah, kenapa dia tidak dipilih, dan mengapa mayoritas memilih ‘tidak’.

  Sebelum masuk ke detail rencananya, aku sengaja menghentikan kata-kataku lebih jauh.

  Aku ingin mengorganisir kata-kata yang hendak kuucapkan terlebih dahulu. Tapi sejujurnya, itu bukan alasan aku berhenti berbicara.

  Aku berhenti berbicara karena ruangan ini mendadak sunyi.

  Yuigahama melihat ke arahku, dengan mata yang merasa tersakiti, lalu merendahkan tatapannya seakan-akan dia baru saja meminum sesuatu yang pahit. Melihat hal ini, Meguri-senpai melihat ke arahku dan Yuigahama secara bergantian. Isshiki tampaknya sangat sensitif dengan pergantian suasana itu dan merasa tidak nyaman.

  Lalu ada suara yang menghentak meja.

  Ketika aku mencari asal suara itu, Yukinoshita menaruh lengannya di meja. Tampaknya, itu suara kancing blazernya yang menghantam meja.

  Dalam kesunyian ini, suara tersebut memang lebih keras dari biasanya.

  Di ruangan yang sunyi ini, suara Yukinoshita yang bernada dingin menggema begitu saja.

  “Aku tidak setuju dengan metode itu.”

  Mendengar nadanya yang kasar dan kritis itu, aku bertanya kepadanya.

  “Kalau begitu, bisa kau jelaskan alasannya mengapa menolak?”

  “...Itu...”

  Dia mengatakannya terlalu memaksa, tetapi nadaku terus menajam untuk mempertanyakannya. Yukinoshita memalingkan pandangannya. Bulu matanya yang panjang terlihat bergerak secara cepat.

  Tapi itu hanya sebentar. Dia lalu kembali menatapku.

  “...Itu karena belum tentu berhasil. Pemilihan yang berjalan menggunakan sistem calon tunggal bukanlah masalahnya. Juga, membuat kampanye hitam untuk mendapatkan  voting menolak akan menjadi masalah bagi Isshiki kelak jika ketahuan. Juga, meskipun tidak mendapatkan suara mayoritas, apakah kamu pikir mereka 100% pasti akan mengulang dari awal proses penjaringan kandidat? Pertimbangkan pula kalau kita belum pernah mendapati kejadian seperti ini di masa lalu. Juga...juga karena peminat siswa terhadap kepengurusan di OSIS sangat rendah, tidak ada orang yang benar-benar akan peduli terhadap hasil votingnya...”

  Aku seperti ditangkap tatapan tajamnya, Yukinoshita mengatakannya tanpa henti. Dia seperti ingin menyebutkan semua alasan yang terlintas di kepalanya.

  Mendengarnya seperti itu, Sensei berusaha mendinginkannya.

  “Yukinoshita.”

  “...Aku terdengar kasar sekali barusan. Maafkan aku, aku tarik lagi kata-kataku tadi.”

  Memang, kata-katanya terdengar kasar. Dia mengatakan seolah-olah panitianya sendiri berisi orang plin-plan, padahal di depannya ada Meguri-senpai yang menjadi panitia pemilihan tersebut.

  Lalu, suara kursi bergeser terdengar.

  Aku menoleh ke asal suara tersebut dan mendapati Yuigahama sedang melihatku dengan tajam. Meski kami terlihat seperti sedang menatap satu sama lain, kedua mata kami tidak.

  “Hei, ngomong-ngomong soal juru kampanyenya, siapa yang akan melakukannya...? Aku tidak merasa kalau aku menyukai ide itu.”

  Nadanya terdengar lemah dan pelan sehingga terdengar tidak nyaman di telingaku.

  “Itu...Siapa saja yang mau melakukannya, tidak masalah.”

  Meskipun aku mengatakan begitu, sudah jelas siapa yang paling cocok untuk memerankan pekerjaan itu. Bahkan kamu tidak perlu susah payah untuk menganalisa siapa yang paling pantas untuk melakukan pekerjaan ini dengan peluang keberhasilan tertinggi.

  Dengan matahari senja yang mulai tenggelam, bayangan orang-orang di ruangan ini mulai terlihat memanjang. Cahaya dari lampu ruangan ini mulai mendominasi cahaya yang sebelumnya berasal dari matahari sore.

  Yukinoshita yang sedari tadi menundukkan kepalanya selama ini, tiba-tiba menegakkan kepalanya.

  “Shiromeguri-senpai, seandainya kita memiliki skenario agar Isshiki tidak terpilih menjadi ketua OSIS tanpa sistem calon tunggal, maka kita butuh minimal 1 kandidat lagi, benar?”

  “Ya, benar...”

  Ketika Meguri menjawabnya, Yukinoshita bernapas lega dan berkata.

  “Kalau begitu, tinggal menemukan satu kandidat saja dan mensupportnya untuk memenangkan pemilihan.”

  “Kalau memang di SMA ini ada yang berminat menjadi Ketua OSIS, maka seharusnya mereka sudah punya kandidat lain saat ini. Karena Meguri-senpai ada disini, jelas mereka sedang tidak memiliki itu. Jangan katakan padaku kalau kamu akan pergi menemui orang-orang dan meminta mereka untuk maju menjadi kandidat?”

  “Tapi, umm, jika kita berbicara ke orang-orang yang berpotensi membantu kita, maka...”

  Yuigahama menjawabnya terputus-putus sambil berpikir.

  “...Terserah kalianlah. Katakanlah begini, kalian menemukan seseorang yang mau menjadi kandidat. Tapi apakah orang itu bisa menang melawan kandidat yang berasal dari kelas 1? Aku yakin kalian tahu ini, tapi Pemilihan Ketua OSIS adalah pemilihan berdasarkan popularitas kandidat.”

  Aku menatap ke arah Isshiki.

  Mereka akan terkejut jika menganalisa Isshiki baik-baik.

  Coba lihat Isshiki sekilas, dia terlihat sebagai gadis yang sangat manis. Kalau kita berbicara tata krama, maka dia bisa disebut gadis yang cantik. Orangnya mudah bergaul, ceria, lembut, dan terlihat bersinar, sangat mudah mengatakan kalau gadis ini akan menjadi idola para pria di sekolah ini.

  Pada pemilihan Ketua OSIS di SMA, hambatan paling utama untuk menang bukan pada isi program waktu kampanye atau janji-janji kepada calon pemilih.

  Artinya, nanti pada hari pemilihan para pemilih akan memiliki dua pilihan: memilih berdasarkan popularitas kandidat atau memilih berdasarkan kemampuan organisasi kandidat.

  Kalau seandainya pemilihan nanti yang bersaing adalah kandidat yang bermodalkan popularitas saja, maka lawan dari Isshiki yang mungkin memenangkan suara dengan mudah adalah Hayama dan Miura. Tapi, Hayama adalah Ketua Klub Sepakbola, dan membayangkan Miura duduk di kursi Ketua OSIS tidak akan cocok dengan image yang dibangun dirinya selama ini.

  Jadi, akhirnya kita menurunkan lagi standar popularitas yang diperlukan demi menemukan orang yang mampu, tapi itu jelas menurunkan peluang menangnya.

  Jangan lupa, ini tidaklah sesederhana meminta orang untuk maju menjadi kandidat maka masalah selesai dengan sendirinya.

  Ada masalah besar lainnya.

  “Sebelum hari pemilihan, ada hal-hal seperti memilih tim kampanye, mempromosikan diri, dan sekumpulan kegiatan lainnya. Apa kalian pikir bisa melakukannya? Jangan lupa kalian harus melakukannya dengan serius agar menang. Jika kalian merasa itu realistis untuk dilakukan, maka silakan saja. Tapi lihat saja situasinya, aku tidak melihat kalau itu akan bisa dilakukan.”

  Aku berusaha meyakinkan mereka kalau itu mustahil untuk dilakukan. Semakin aku berusaha mengatakannya dengan tenang, semakin dalam nada suaranya. Aku sebenarnya berusaha agar nada suaraku tidak seperti sedang memprotes, tapi entah mengapa yang keluar malah sebaliknya.

  “Um, Hikigaya?”

  Meguri-senpai memanggil namaku dengan wajah yang terkejut. Aku lalu mencoba melihat diriku sendiri, aku sendiri melihat diriku ini sangat mengganggu.

  “.....”

  Yukinoshita dan Yuigahama hanya terdiam.

  Mereka berdua tampaknya sudah sadar itu, bahkan jika aku tidak mengatakannya. Dengan sedikit berpikir dan pengetahuan mengenai bagaimana sistem sekolah bekerja maka kamu akan tahu apa yang akan kau hadapi.

  Meski begitu, kami hanya bisa terdiam dan tidak bisa menemukan jawaban yang diperlukan.

  Suasana seperti ini terus menyelimuti ruangan ini.

  Di salah satu sudut penglihatanku, Isshiki terlihat kelelahan mendengarnya. Dia terlihat seperti ‘berada di ruangan yang salah hari ini’.

  Melihat orang yang lelah membuatmu merasa lelah juga.

  “Tampaknya kita tidak akan menemukan solusinya dalam waktu dekat.”

  Sensei, yang sedari tadi hanya bersandar pada tembok, mulai berbicara dan menjauhi tembok tersebut.

  Aku lalu mulai meregangkan posisiku, Yukinoshita tampaknya juga seperti sedang membetulkan posisinya. Lalu, dia memanggil Meguri-senpai.

  “...Meguri-senpai, bisakah senpai datang lagi lain kali?”

  “Eh, ah, oke...Tentu, tidak masalah.”

  Meguri yang sedang dalam kebingungan, didorong dari  belakang oleh Sensei.

  “Kalau begitu, kita lanjutkan lain hari. Shiromeguri, Isshiki...Ayo kita pergi!”

  Tepat ketika Sensei hampir berhasil mendorong mereka keluar ruangan, Yukinoshita memanggilnya. Ekspresinya lebih dingin dari biasanya.

  “Hiratsuka-sensei, apakah anda punya waktu sebentar?”

  “Ah, kalau begitu, kami berangkat terlebih dahulu.”

  Seperti menyadari apa yang hendak terjadi, Meguri mengajak Isshiki pergi berdua. Setelah melihat keduanya pergi, Sensei mendekati kami.

  “Oke, sekarang katakan apa yang ingin kau katakan.”

  Setelah menarik kursi kosong di dekatnya, dia duduk dengan menyilangkan kakinya.







x   x   x








  Tidak lama lagi, ruangan ini akan menjadi lebih gelap. Sebaliknya, langit di luar terlihat mulai berwarna kemerahan.

  Ketika mendekati musim dingin, sore akan datang lebih awal dari biasanya.

  Sensei menunggu Yukinoshita untuk berbicara.

  Teh yang berada di meja sudah terlihat dingin, dan permen-permen yang berada di atas meja tampak tidak disentuh sama sekali.

  “Ada sesuatu yang baru saja kuingat tadi.”

  “Ah? Apa itu?”

  Tanpa menjawab pertanyaanku barusan, Yukinoshita hanya menatap ke arah Sensei.

  “Apakah sudah ada pemenangnya untuk sayembara itu?”

  “Pemenang?”

  Sensei mengedipkan matanya berkali-kali mendengar hal itu. Yuigahama dan dirikupun tidak jauh berbeda. Kata-kata ‘pemenang’ memberikan sebuah kebingungan.

  Tapi, tidak lama kemudian aku sadar apa yang dia maksud.

  Bagi kami, ‘pemenang’ berarti merujuk ke pertandingan yang pernah digelar diantara kita beberapa waktu lalu.

  Siapa diantara kami berdua yang mampu menyelesaikan request terbanyak. Pemenangnya boleh membuat satu permintaan apapun yang harus dituruti oleh yang kalah.

  Itu adalah sesuatu yang tiba-tiba diadakan ketika aku pertama kali bergabung ke Klub ini.

  “Umm...pemenang?”

  Yuigahama tampaknya masih mencari jawabannya.

  Ngomong-ngomong, ini artinya harus ada tambahan aturan untuk melengkapi adanya anggota baru.

  “Ini adalah pertandingan tentang siapa yang berhasil menyelesaikan request terbanyak, dengan kata lain, menyelesaikan masalah terbanyak. Tidak masalah apa yang kamu lakukan ataupun siapa yang kau mintai tolong untuk menyelesaikannya. Jika kamu menang, maka yang kalah harus melakukan satu permintaanmu.”

  Aku berusaha menjelaskannya dengan sederhana, Yuigahama tampaknya setengah terkejut dan setengah bingung.

  “Ternyata ada hal semacam itu disini...”

  Tampaknya Hiratsuka-sensei tidak menjelaskan apapun kepadanya.  Well, kurasa aku bisa menduga mengapa dia tidak melakukannya.

  Melihat tersangka yang memulai lomba ini, Sensei terlihat malu-malu.

  “Be-benar...”

  Dia melipat lengannya dan mulai memiringkan kepalanya.

  “Aku juga memikirkannya...Well, kalian tahu, kalian semua sudah bekerja bersama dan menyelesaikan banyak sekali request~. Yep, semua orang sudah melakukan pekerjaan dengan baik.”

  “.....”

  Yukinoshita yang memasang ekspresi dingin sejak tadi belum merubah ekspresinya sama sekali dan menatap Sensei dengan diam.

  “...Haaa.”

  Sensei tampak lelah sekali. Tampaknya dia akan segera mengganti topiknya, tapi dia terlihat memasang wajah yang serius. Tapi ada benarnya juga. Belakangan ini, banyak hal terjadi dan akan sulit menentukan siapa pemenangnya. Kebanyakan masalah diselesaikan sebagai Klub Relawan, tidak sebagai individual.



  Meski begitu, Yukinoshita tampaknya tidak menginginkan lomba absurb ini berlanjut terus menerus.

  “Mengesampingkan request pertama, kalian semua sudah melakukan hal-hal yang tidak pernah kuduga. Sejujurnya, aku masih ragu-ragu untuk mengatakan hasil penilaianku. Hanya saja...”

  “Hanya saja?”

  Ketika dia tiba-tiba terdiam, Yukinoshita terus menanyakannya.

  “Penilaianku pasti mengandung bias. Jadi, pasti ada keraguan tentang penilaianku kepada masing-masing member.”

  “Saya tidak keberatan...Kalian berdua tidak keberatan juga, bukan?”

  Yukinoshita melihat ke arah kita hanya menggunakan lirikan matanya.

  Aku tidak ada masalah dengan itu. Yuigahama tampaknya tidak yakin apa yang dimaksud dan mengangguk saja.

  Melihat respon kita, Sensei lalu mengangguk juga.

  “Jika kita hanya mencoba melihat dari hasil, maka Hikigaya yang terbaik. Jika kita melihat dari proses dan dampaknya setelah request selesai, maka Yukinoshita pemenangnya. Meski begitu, ada beberapa hal yang tidak akan bisa diselesaikan jika tidak ada bantuan dari Yuigahama, tapi...”

  Ini evaluasi yang sangat mengejutkan. Lebih dari yang kubayangkan.

  Kalau kita bicara secara detail, ada banyak kasus dimana aku harusnya menang, tapi tampaknya penilaiannya tidak menilai dari satu sisi saja.

  Yuigahama terlihat terdiam sambil memikirkan sesuatu. Di lain pihak, Yukinoshita hanya duduk saja disana terdiam dengan kedua matanya tertutup. Lalu dia berbicara dengan nada yang emosional.

  “...Jadi, artinya pemenangnya belum bisa ditentukan?”

  “Seperti itulah.”

  Jawaban Sensei tersebut tidak membuat Yukinoshita berhenti.

  “Kalau perlombaannya masih berjalan, maka tidak masalah jika kami memiliki pendapat yang berbeda mengenai request kali ini, benar begitu?”

  “...Umm, apa maksudmu?”

  Yuigahama tampaknya penuh dengan tanda tanya.

  Tapi, aku paham maksud kata-kata Yukinoshita dan membiarkannya melanjutkan kata-katanya tadi.

  Yukinoshita melihat ke arah Yuigahama, tidak ke diriku, lalu berkata.

  “Artinya saya dan dia tidak wajib melakukan metode yang sama.”

  Tepat sekali. Lagipula, kita tidak diharuskan bekerjasama. Tidak ada satupun momen dimana kita bekerjasama selama ini. Jadi kupikir ini bukanlah masalah besar.

  “Tampaknya tidak masalah. Tidak ada aturan yang menyebutkan kita harus bekerjasama.”

  “...Benar.”

  Yukinoshita menjawabnya dengan singkat. Pembicaraan selesai. Sensei tampaknya berusaha mendalami kata-katanya tersebut, lalu mengeluarkan napas beratnya.

  “Ya sudah, mau bagaimana lagi. Kalian berdua lakukan apa yang kalian inginkan. Jadi sampai requestnya terpecahkan, bagaimana kegiatan Klub kalian?”

  Yukinoshita langsung menjawabnya seperti sudah menyiapkan jawaban dari pertanyaan itu dari tadi.

  “Dia bebas mau kesini atau tidak.”

  “...Baiklah, kurasa cukup adil.”

  Sensei tampaknya merasa puas dengan jawabannya. Setidaknya, melihat situasi kami, tidak akan ada untungnya kami berada disini jika hanya duduk dan diam saja. Jika kita memang berniat melakukan sesuatu dengan metode sendiri-sendiri, maka tidak ada gunanya aku berkumpul dengan mereka. Oleh karena itu, aku menyetujui keputusan ini.

  Aku mengambil tasku dan meninggalkan kursiku yang selalu berada di ujung seberang meja Yukinoshita.

  “Kalau begitu, aku akan pulang lebih dulu.”

  “Ah, tu-tunggu dulu!”

  Yuigahama berdiri dari kursinya secara tiba-tiba. Aku menghentikan langkahku dan menasehatinya.

  “...Kamu juga harusnya memikirkan apa yang akan kau lakukan.”

  “Eh...”

  Yuigahama hanya berdiri saja disana. Apa dia tahu maksudku? Maksudku, akan selalu ada momen seperti ini.

  Lebih tepatnya, kita harus memikirkan apa yang akan kita lakukan di masa depan.

  Melihatnya yang hanya terdiam saja disana, aku membalikkan badanku dan berjalan menuju pintu.

  Terdengar suara orang yang mengatakan sesuatu dengan pelan dari belakangku.

  “Bukankah kita berdua dulunya sama-sama membenci bersikap palsu dengan orang lain...”

  Aku menolehkan kepalaku ke arah Yukinoshita setelah mendengarkannya mengatakan hal tersebut.

  Dengan tidak adanya kata-kata yang kupunya untuk menjawab senyumannya yang sedih dan dipenuhi rasa depresi tersebut, aku menutup pintu ruangan klub di belakangku.







x    x    x









  Aku menaruh tasku yang berat ini di bahuku dan berjalan menyusuri lorong yang kosong ini. Suara langkahku ini menggema dengan irama yang menyenangkan di lorong ini.

  Melihat suasana kampus dari jendela lorong, kau bisa melihat beberapa Klub Olahraga masih melakukan aktivitas mereka.

  Sebenarnya, mereka terlihat membersihkan alat-alat latihannya. Lapangan tersebut mulai diselimuti bayangan hitam.

  Ketika aku terus menatapi bayangan tersebut, suara langkah yang terburu-buru seperti sedang mengejarku terdengar dari belakang.

  “Hikigaya!”

  Mendengar namaku dipanggil, aku berhenti sejenak. Asal suara tersebut berasal dari orang yang kukenal. Oleh karena itu aku menghentikan langkahku tanpa membalikkan badanku.

  Hiratsuka-sensei mempercepat langkahnya dan berdiri di sampingku dalam sekejap.

  “Aku tahu kalau ini mungkin akan terdengar sia-sia...”

  Dia merapikan rambutnya dengan cepat sambil mengatakan hal tersebut.

  Tapi, karena dia hendak merapikan rambutnya dahulu baru bertanya, maka aku memberinya kode untuk melakukannya sambil berjalan. Kami berdua kemudian berjalan menuruni tangga.

  “Apa terjadi sesuatu diantara kalian?”

  “Tidak ada apapun.”

  Jujur saja, aku sendiri sudah tidak ingat sudah berapa kali menjawab pertanyaan seperti itu hari ini.

  Jika aku terus-terusan menjawab pertanyaan yang sama, pada akhirnya aku sendiri akan meragukan jawabanku itu.

  Aku sendiri tidak tahu apakah Sensei tahu atau tidak tahu dengan apa yang sedang kurasakan saat ini. Sensei lalu tersenyum kecil.

  “Begitu ya. Tidak apa-apa. Aku juga tahu kalau kamu tidak akan punya keberanian untuk menjawabnya dengan jujur.”

  Setelah itu, dia tidak menanyakanku pertanyaan lagi. Sensei dan diriku setelah menuruni tangga, kami berdua berjalan menyusuri lorong dengan terdiam. Beberapa meter di depan kami ada sebuah belokan yang mengarah ke Ruang Guru, tapi jika lurus terus maka akan menuju pintu masuk sekolah ini.

  Ketika kami sudah mendekati belokan dimana kita akan berpisah, sebelum aku mengatakan selamat tinggal, Sensei mengatakan suatu hal terlebih dahulu.

  “Kamu itu orang yang baik...Kamu sudah banyak menyelamatkan orang-orang.”

  “Tidak, itu...”

  Aku pikir itu hal yang berbeda. Berbuat baik atau menyelamatkan seseorang adalah hal-hal yang tidak menggambarkan diriku. Aku bukanlah manusia yang mampu melakukannya.

  Lagipula, orang tidak akan dengan mudahnya menolong orang lain. Yang kulakukan adalah menganalisis keburukan seseorang. Dengan memperoleh motif dasar tindakan seseorang, lalu menggunakannya ke mereka sendiri.

  Oleh karena itu, aku tidak melakukan apapun.

  Aku ingin menolak segala kata-katanya, tapi sambil memejamkan sebelah matanya, Sensei menghentikanku.

  “Bahkan dari evaluasi Sensei tadi, tidak menggambarkan saya sudah menolong orang ataupun saya orang yang baik.”

  “...Tapi, evaluasiku tadi diluar dugaanmu. Benar tidak?”

  Dia mengatakannya dengan bangga.

  “Aku mungkin terlihat seperti ini, tapi aku serius ketika mengadakan perlombaan itu.”

  “Apakah itu yang dilakukan guru-guru jaman sekarang?”

  “Akupun tidak sembarangan memuji seseorang, tahu tidak?”

  Dia mengatakannya tanpa malu-malu. Jadi, begitu kah? Akupun sendiri tidak merasa sedang dipuji...

  “Saya sendiri merasa sulit untuk menjadi seperti orang yang Sensei katakan tadi...”

  Aku menaikkan bahuku ketika mengatakannya, dan Sensei tersenyum.

  “Tentu saja, aku akan menjahilimu dahulu sehingga kau tidak merasakan sedang dipuji.”

  Gedung sekolah ini sudah didesain dengan cermin-cermin yang memantulkan cahaya matahari sore. Lorong ini memantulkan cahaya sore yang lembut di mata. Tapi, pada dasarnya cahaya matahari itu tidak bermaksud untuk melukai makhluk hidup.

  Sensei lalu berdiri di depan pantulan cahaya tersebut, menutup masuknya cahaya.

  Lalu dia berjalan mendahuluiku, dan menepuk pundakku.




  “Dengan metodemu yang sekarang, ketika suatu hari nanti kamu benar-benar ingin menyelamatkan seseorang yang berharga di hatimu, maka kamu tidak akan mampu untuk melakukannya.”

  Suara dari langkahnya yang menuju Ruang Guru mulai menggema di lorong.

  Suara itu mulai semakin pelan dan menjauh.








x Chapter II | END x






  Sebenarnya, apa yang dilakukan Meguri, yaitu membawa Iroha ke Klub Relawan adalah hal yang bertentangan dengan idealisme Meguri sebagai ketua OSIS dan bagian Panitia Pemilihan Ketua OSIS. Karena panitia sendiri menyatakan pencalonan Isshiki Iroha merupakan pencalonan yang sah dan legal. Artinya, tindakan Meguri ini merupakan kontradiksi.

  Tapi, di vol 8 chapter 9 Meguri sendiri mengakui kalau dia awalnya berharap Yukino mau maju menjadi kandidat ketua. Artinya, kemungkinan besar Meguri sendiri berharap dengan membawa Isshiki ke Klub Relawan, membuat Yukino tidak memiliki pilihan lain kecuali mencalonkan dirinya. Ini diperkuat oleh keyakinan dari Haruno sendiri kalau dia sendiri berani bertaruh kalau Meguri akan membujuk Yukino untuk maju menjadi kandidat, vol 8 chapter 3.

  ...

  Disini kita bisa melihat dua perspektif yang berbeda, dan ini kelanjutan dari vol 7 chapter 9.

  Yui, keberatan akan sikap Hachiman yang menjadi martir sosial, menjadi jurkam hitam Iroha. Ini berhubungan dengan permintaan Yui di vol 7 chapter 9 yang berharap Hachiman lebih peka terhadap orang-orang di sekitarnya yang harus melihatnya terus terluka. Sederhananya, permintaan Yui untuk memuaskan ego Yui sendiri.

  Yukino, keberatan akan sikap Hachiman yang menjadi jurkam hitam Iroha. Bedanya dengan Yui, Yukino keberatan di bagian Hachiman yang akan membohongi seluruh warga sekolah dan menjelek-jelekkan nama Iroha. Itu bertentangan dengan idealisme Hachiman yang berpura-pura menjadi orang lain, vol 1 chapter 1. Sederhananya, Yukino meminta Hachiman untuk tetap menjadi dirinya sendiri.

  ...

  Kata-kata Sensei yang mengatakan kalau Hachiman suatu saat jika tetap seperti itu, tidak akan bisa menyelamatkan orang yang benar-benar ingin Hachiman selamatkan. Sederhananya, siapa orang yang hendak Hachiman selamatkan?

  Sebenarnya cukup mudah. Kita semua bisa menebak kalau yang sedang Klub Relawan hadapi adalah 'melawan aturan sekolah'. Satu-satunya hal yang bisa dilakukan Klub untuk bisa memenuhi request Iroha adalah mengajukan calon baru. Tapi, fakta kalau sampai detik itu tidak ada yang mau mencalonkan diri, artinya Klub Relawan akan sangat kesulitan mencari calon penantangnya. Kecuali, Yukino sendiri yang mengajukan dirinya.

  Kita juga tahu, kalau semua alasan Yukino untuk membatalkan ide Hachiman adalah alasan yang dipaksakan dan dibuat-buat. Artinya, Yukino memang sengaja hendak membatalkan ide Hachiman, apapun caranya. Dan jika itu berarti mencalonkan dirinya, maka itu akan dilakukannya.

  Tentunya, Hachiman tidak akan bisa menggagalkan pencalonan Yukino karena metodenya saat ini, menjadi jurkam hitam Iroha, akan gagal sendirinya jika ada calon lain yang mengajukan diri.

  ...

  Perlu penyelidikan lebih lanjut mengenai fakta kalau Hachiman tahu nama lengkap Iroha adalah Isshiki Iroha. Kita semua tahu dari vol 6 chapter 0 kalau Hachiman masih buka praktek sebagai stalker. Bisa jadi Hachiman mengetahui Isshiki Iroha karena sering stalk kegiatan latihan Klub Sepakbola lewat kaca jendela Klub Relawan.

5 komentar:

  1. Mantap gan,klo boleh tau tu novel/animenya rilisnya kapan lagi?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Light Novel masih misteri kapan akan rilis volume barunya. Karena anime itu adaptasi dari light novel, jadi jawaban tentang animenya baru bisa dijawab setelah pertanyaan pertama terjawab.

      Hapus
  2. Yui tidak ingin 8man terluka karena melihat 8man terluka juga akan melukai dirinya, dengan kata lain itu demi dirinya sendiri. Saya rasa kita semua yang pernah jatuh cinta juga pernah/sedang/akan berada dalam posisi Yui di chapter ini. Yukino juga demikian kok. Bedanya dia benar-benar mengenali 8man, bukan hanya tidak ingin melihat 8man kembali terluka seperti yang sudah-sudah. Dia juga mau 8man kembali jadi dirinya sendiri.
    Yukino :"...Itu karena belum tentu berhasil. Pemilihan yang berjalan menggunakan sistem calon tunggal bukanlah masalahnya. Juga, membuat kampanye hitam untuk mendapatkan voting menolak akan menjadi masalah bagi Isshiki kelak jika ketahuan. Juga, meskipun tidak mendapatkan suara mayoritas, apakah kamu pikir mereka 100% pasti akan mengulang dari awal proses penjaringan kandidat? Pertimbangkan pula kalau kita belum pernah mendapati kejadian seperti ini di masa lalu. Juga...juga karena peminat siswa terhadap kepengurusan di OSIS sangat rendah, tidak ada orang yang benar-benar akan peduli terhadap hasil votingnya...”
    Translate: gua gk mau lo ngorbanin diri lo lagi, please.. jadi diri sendiri. Jangan lindungi pembohong2 itu dengan ngorbanin diri lo yang gua kagumin

    BalasHapus
  3. Pertanyaan nih buat mimin. Kok yukino nggak mencalonkan diri jadi ketua osis. Padahal seperti yg kita tahu yukino cenderung hidup dari bayang2 sang kakak yg notabenenya jg mantan ketos. Ini terlepas jg dari posisinya sebagai anggota klub relawan. Mohon penjelasannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pencalonan Ketua OSIS SMA Sobu terjadi di periode November-Desember.

      Sebenarnya, yang diinginkan Yukino adalah punya seseorang yang benar-benar mencintainya, bukan mengungguli bayang-bayang kakaknya (ada di prolog 2 vol.11). Menjadi versi Haruno yang lebih baik adalah keinginannya di vol.12, dimana kita sendiri tahu kalau ini adalah palsu.

      Di volume ini, Yukino hendak mencalonkan dirinya menjadi ketua OSIS. Bukan karena itu yang dia inginkan, tapi karena tidak ingin melihat Hachiman kembali menjadi pembohong di pencalonan Isshiki.

      Hapus