Jumat, 14 Agustus 2015

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol 9 Chapter 8 : Dan kemudian, Yukinoshita Yukino...



x Chapter VIII x







  Angin dingin yang berasal dari laut mulai bertiup ke Destinyland ketika malam tiba.

  Parade kembang api harusnya dibatalkan jika melihat tiupan angin kencang ini, tetapi karena sampai saat ini tidak ada satupun pengumuman yang membatalkannya, parade kembang apinya mungkin akan tetap dilaksanakan.

  Setelah kita berbelanja di toko Pan-san, kita mengunjungi beberapa atraksi, dan mengambil beberapa gambar referensi. Aku sebenarnya ragu kalau gambar-gambar ini akan berguna, well, setidaknya, ini mengisi kekosongan pekerjaanku selama dua hari ini. Dengan itu di pikiranku, gambar-gambar ini setidaknya memberiku pekerjaan dan berpeluang memberikan hasil ke event Natal nanti.

  Rasa letih mulai terkumpul karena berjalan dan berdiri sejak tadi. Meski kita beristirahat sebentar disini dan disana, gerombolan grup ini tidak memberikan peluang bagi kami untuk beristirahat dengan leluasa.

  Pada saat ini, kita berjalan untuk mencari satu atraksi yang bisa diikuti sebelum parade kembang api dimulai, tetapi dibandingkan tadi sore, langkah kaki orang-orang ini mulai melambat.

  Aku sebenarnya senang berada di belakang grup ini dan sudah menjadi kebiasaanku sejak dulu. Tetapi karena itu, aku bisa melihat kelelahan yang grup ini rasakan dan obrolan yang mereka lakukan semakin sedikit dan sedikit.

  Tidak seperti biasanya, Isshiki mengajak Tobe berbicara di belakang grup itu dan aku memperhatikan mereka.

  "...Tobe-senpai, ada waktu sebentar?"

  "Ooh, ada apa Irohasu?"

  Isshiki nampaknya pada awalnya hendak mengatakan dengan pelan ke Tobe, tetapi Tobe malah menjawabnya dengan keras. Isshiki lalu menarik lengan Tobe lalu berbisik ke telinganya.

  "...Eh, serius kamu?"

  Tobe mengatakannya dengan terkejut, atau lebih tepatnya, ekspresi kurang senang. Tobe ekspresinya seperti orang kebingungan. Lalu setelah melihat orang-orang di sekitarnya, dia lalu berbisik ke Isshiki. Melihat Tobe yang biasanya berteriak keras dan sekarang berbisik ke seseorang, terlihat ganjil bagiku.

  Isshiki menunduk ke Tobe ketika percakapan mereka selesai dan dia langsung berlari menuju barisan depan dimana Hayama dan Miura berada. Tampaknya dia meminta tolong Tobe untuk melakukan sesuatu.

  Hayama mengobrol dengan Isshiki yang baru saja menyusulnya seolah-olah tidak menunjukkan rasa lelah, tetapi Miura terlihat agak kelelahan dari cara jalannya yang agak sempoyongan.

  Mengikuti dari belakangnya adalah Yuigahama dan Ebina-san yang saling berteriak satu sama lain, tampaknya mereka masih memiliki tenaga lebih.

  Lalu di belakangnya lagi adalah aku. Aku berjalan di belakang mereka, untuk saat ini aku mensetting langkahku ke mode 'kelelahan'.

  Tampak sama denganku yaitu Yukinoshita yang jalannya mulai melambat. Yukinoshita yang tidak begitu percaya diri dengan staminanya, tetapi dia disini dikelilingi oleh kerumunan orang-orang. Dia tampak paling lelah dari seluruh orang di rombongan ini.

  Kakinya yang kurus seperti berjalan dengan berat. Dia tiba-tiba menghembuskan napasnya yang berat.

  "Kau baik-baik saja?"



  "Ya."

  Meski aku bertanya seperti itu, jawaban Yukinoshita sangat pendek. Karena dia menjawabnya tanpa melihat ke arahku, aku tidak tahu apakah karena kelelahan atau karena jarak kita yang tidak begitu dekat.

  "Aduh, sial."

  Aku mendengar suara Yuigahama yang berjalan di depanku dan melihat ke arahnya.

  Ketika kulihat, bagian taman bermain yang hendak kita tuju akan ditutup untuk membatasi pengunjung yang terlalu banyak di satu spot.

  Yuigahama dan Ebina-san berlari ke depan dan akhirnya berhasil melewati tali pembatasnya. Baik aku dan Yukinoshita yang agak jauh dari mereka tampaknya sudah telat untuk mengejarnya.

  Ketika kita berdua terpisah dari Yuigahama dan lainnya oleh sebuah tali pemisah, Yuigahama membalikkan badannya dan melambaikan tangannya, sepertinya sadar kalau kami berdua tertinggal dan memanggil kami. Aku melambaikan tanganku dan meresponnya.

  "Duluan saja. Kami akan ikut antrian selanjutnya."

  "Okeeeeeeee."

  Yuigahama akhirnya berjalan mengejar Hayama dan yang lainnya. Aku melihatnya pergi dan menoleh ke Yukinoshita.

  "...Oke, kita sebaiknya pergi dari sini."

  "Kupikir begitu."

  Aku tahu kemana mereka hendak pergi. Mengambil jalan memutar dari lokasi ini bukanlah pilihan yang baik, tetapi bukan pula sesuatu yang buruk. Karena jalannya sudah di blok untuk membatasi keramaian ketika parade dimulai, jalan yang kami lalui mulai dipenuhi oleh keramaian orang.

  Lagipula, ini sudah malam dan lampu dari tiap atraksi menghiasi langit taman. Ada beberapa orang yang mengambil gambar dari pemandangan tersebut dan berdiam di tengah jalan. Oleh karena itu, kita tidak bisa berjalan dengan lancar.

  Butuh waktu yang agak lama untuk mencapai Spride Mountain. Atraksi yang hendak kita tuju selanjutnya. Aku melihat ke arah pintu masuknya, tetapi Yuigahama dan yang lain tidak terlihat.

  Yukinoshita mencoba untuk melihat sekitarnya dan dia juga tidak melihat mereka. Lalu dia berkata.

  "Apa kita perlu menelepon mereka?"

  "Kupikir begitu..."

  Aku mengambil handphoneku dan memanggil satu nomor yang kutahu berada di tengah grup itu. Tiga kali suara panggil dan akhirnya telepon diangkat.

  ["Yaaa?"]

  Suara Yuigahama diikuti oleh suara-suara berisik dari yang lain. Tampaknya itu adalah suara Hayama dan yang lain.

  "Kalian dimana? Kami sudah disini."

  ["Ah, maaf, kita semua sudah berada di dalam."]

  "O-Oke..."

  Kupikir mereka akan menunggu kita ternyata tidak...Ketika aku seperti shock mendengarnya, Yuigahama membalasnya dengan panik mendengar kata-kataku.

  ["Tidak perlu panik, tenang saja! Jika kamu mengambil jalur antrian FASTPASS, kita akan segera bertemu. Ini tidak begitu ramai, jadi kalian akan melewati antrian dengan cepat. Makanya tadi kami pikir tidak masalah untuk masuk duluan dan semacamnya..."]

  Aku menatap ke arah antrian ketika mendengarnya.

  Seperti katanya, antriannya memang agak pendek. Layar atraksi tertulis 30 menit. Memperhitungkan bagaimana antriannya bergerak begitu cepat, ini tampaknya memang akan memakan waktu yang lebih pendek. Juga, jika kita mengambil jalur antrian FASTPASS seperti yang disarankan Yuigahama, kita harusnya bisa bertemu dengan mudah. Kadang, ada orang yang pergi ke toilet ketika sedang mengantri, jadi harusnya tidak ada masalah kalau hanya untuk bertemu mereka lagi.

  "Baiklah."

  ["Oke, sampai jumpa nanti."]

  Aku menutup teleponnya dan melihat ke arah wajah Yukinoshita.

  "Sepertinya kita akan bertemu mereka di dalam."

  Ketika aku mengatakannya, Yukinoshita menganggukkan kepalanya dan kita menuju arah antrian.

  Kamu tidak bisa menggunakan antrian FASTPASS sejak awal. Waktu untuk menggunakan FASTPASS sudah ditentukan dan diawasi secara ketat. Oleh karena itu kita berbaris di antrian yang biasa. Namun kita masih bisa maju dengan lancar di antrian ini, harusnya kita bisa menemukan Yuigahama dan yang lainnya tidak lama lagi.

  Ketika aku berada di antrian, tidak terasa kita sudah berjalan cukup jauh dari posisi awal antrian.

  Yukinoshita melihat ke arah orang di depan dan di belakangnya.

  "Sepertinya kita tidak bisa langsung ke depan dengan mengatakan kita punya teman yang sedang menunggu kita..."

  "Tampaknya begitu. Aku akan menelponnya sekali lagi..."

  Aku mengambil handphoneku dan menekan tombol redial. Sebanyak apapun nada sambung yang terjadi, tidak satupun diangkat.

  "Nampaknya dia tidak mengangkatnya..."

  Nomor Yuigahama adalah satu-satunya nomor yang kutahu...Aku memang pernah memberikan nomorku ke Hayama, tetapi aku tidak tahu nomor miliknya.

  "Apa kau tahu nomor yang lain?"

  Aku berpikir untuk bertanya ke Yukinoshita, tetapi dia menggeleng-gelengkan kepalanya. Tentu saja...Aku mencoba memanggil nomornya lagi sambil bergerak maju di antrian dan pada akhirnya kita sampai di barisan terdepan dari antrian. Jika kita maju selangkah lagi, kita sudah berada di area atraksi.

  "Karena kita sudah sampai sejauh ini, kupikir akan lebih cepat kalau kita naik atraksi ini daripada memutar balik. Mereka mungkin sudah menunggu kita di pintu keluar."

  "...Ku-Kupikir begitu."

  Yukinoshita menjawabnya dengan nada yang tidak teratur. Ketika aku melihat wajahnya, dia menatap ke arah lantai.

  "...Yukinoshita, apa ada sesuatu?"

  "....."

  Yukinoshita tidak menjawab meskipun aku sudah bertanya.

  ...Tunggu. Tunggu dulu. Tunggu, tunggu. Aku merasa kalau perasaan semacam ini pernah kualami sebelumnya...Aku mulai merasa cemas sehingga aku pura-pura batuk dan bertanya kepadanya.
[note: Itu terjadi di vol 3 chapter 3, mereka bertemu di Expo Hewan Peliharaan. Yukino terus ngotot kalau dia tidak ada masalah dengan anjing. Kenyataannya, Yukino takut anjing.]

  "Apa kau keberatan kalau aku bertanya hal yang agak pribadi tentang dirimu?"

  "Memangnya apa yang ingin kau tahu?"

  Yukinoshita menatapku dengan tatapan penuh tanda tanya. Aku menatap matanya juga dan bertanya kepadanya dengan perlahan untuk menghindari kesalahpahaman.

  "Apa mungkin kalau kau ini sebenarnya takut untuk naik atraksi ini?"

  Sejenak suasananya sangat sunyi diantara kita berdua sambil menatap mata masing-masing dengan ekspresi kosong. Lalu kemudian, Yukinoshita memalingkan pandangannya ke samping.

  "...Bukannya aku takut dengan atraksi ini."

  Yeah, aku mengingat kata-kata sejenis dengan ini entah dimana...Ini adalah kata-kata yang sama dan diucapkannya ketika aku mengatakan kepadanya apakah dia takut ke anjing.

  Aah, aku tahu kalau ini persis seperti kejadian itu. Ini memang sifat Yukinoshita yang kutahu. Ketika aku mencoba mengingatnya, kakinya memang bergetar ketika keluar dari atraksi SpaMt. Dia bukannya kurang terbiasa dengan keramaian. Itu karena dia memang tidak terbiasa dengan sebuah kereta kecil yang berjalan.

  "Kau harusnya mengatakan itu sejak awal...Ayo kita kembali saja."

  "Aku baik-baik saja."

  "Well, kau kan tidak terbiasa dengan atraksi seperti ini, bukan?"

  Ketika aku memberitahunya, Yukinoshita seperti tersinggung dan membalas balik. Dia berkata dengan nada yang tegas.

  "Aku sudah bilang kalau aku baik-baik saja, bukan?"

  "Jangan bodoh. Ini bukanlah sesuatu yang bisa kau paksakan, bukan sesuatu dimana kau harus keras kepala."

  Setelah itu, bahu Yukinoshita agak condong ke depan dan tatapan tajamnya melunak.

  "...Bukan begitu. Aku baik-baik saja, sungguh."

  Aku mendengar kata-katanya yang barusan lebih dewasa dari biasanya. Tidak, mungkin karena dia memang terlihat lebih dewasa seperti biasanya, tetapi meski begitu, dia adalah gadis yang memiliki usia sama denganku.

  Yukinoshita melanjutkan kata-katanya.

  "Aku tidak terlalu percaya diri dengan ini, tetapi ketika Yuigahama-san bersamaku, aku baik-baik saja...Mungkin karena itu, mungkin, aku akan baik-baik saja."

  Alasannya sungguh kurang relevan. Meski terdengar kurang rasional tetapi setidaknya dia sudah mengatakan apa yang ingin dia katakan. Jika begitu, maka ini adalah sesuatu yang harus aku hormati.

  "Baiklah, kalau itu yang kamu katakan..."

  Meski setelah mengatakannya, Yukinoshita tidak menolehkan wajahnya ke arahku. Daripada mengatakan tidak terbiasa dengan ini, dia jelas-jelas terlihat kalau naik atraksi ini akan tidak baik-baik saja...Aku menggaruk kepalaku mencari kata-kata yang tepat untuk dikatakan.

  "Well, sederhananya begini. Kau harus santai dan menaikinya seperti biasa. Ini bukanlah sesuatu yang bisa membuat kita mati."

  "Ku-Kupikir kau ada benarnya."

  Dengan wajahnya tetap menghadap ke arah bawah, Yukinoshita tiba-tiba berbicara dan menatapku.

  "...Kita tidak akan mati, bukan?"

  Serius, seberapa besar sih kecemasanmu ini...?

  "Jangan khawatir. Setidaknya sampai saat ini, itulah yang kudengar."

  Ketika aku mengatakannya, antrian semakin maju dan akhirnya tibalah giliranku dan Yukinoshita untuk naik atraksi tersebut. Kita berbelok di sebuah tikungan dan naik ke perahu.

  Pertama, aku naik lebih dulu. Dan selanjutnya Yukinoshita yang memegangi besi pengamannya dan naik. Dia seperti terlihat sangat tegang sekali.

  Bahkan ketika perahunya mulai berjalan, Yukinoshita tidak mengubah posisinya.



  "Um...Kita belum sampai di ujung air terjunnya, jadi tidak apa-apa kalau kau tidak memegangi besi pengamannya."

  "Y-Ya. Kupikir begitu..."

  Yukinoshita akhirnya melepaskan pegangannya. Lalu dia tiba-tiba bernapas lega.

  "Kau benar-benar takut untuk naik ini ya?"

  Ketika aku bertanya kepadanya, Yukinoshita tersenyum.

  "Ya. Dulu, Nee-san melakukan sesuatu..."

  "Hmm? Aah, kakakmu ya, huh?"

  Orang itu lagi...

  Yukinoshita Haruno. Dia adalah kakak perempuan dari Yukinoshita yang sempurna, iblis super yang superior di atas adiknya.

  Sepertinya Yukinoshita sudah agak tenang setelah berbicara dan dia melihat ke arah atraksi yang muncul di perjalanan perahu ini. Disana, ada katak-katak yang berenang kesana-kemari.

  Yukinoshita secara perlahan-lahan berbicara seperti sedang menikmati perjalanan ini.

  "Ini terjadi ketika aku masih kecil dulu. Setiap kali kami datang ke tempat seperti ini, nee-san selalu menakut-nakutiku."

  "Aku bisa membayangkannya..."

  Haruno-san ternyata sudah aktif sejak dulu dan sampai sekarangpun dia terlihat masih saja menakut-nakuti adik kecilnya. Karena dia melakukannya sejak kecil, bisa jadi kalau itu sudah mendekati level sebuah bullying ketika bermain bersama Yukinoshita.

  Setelah aku mengatakannya, Yukinoshita tertawa. Ini mungkin adalah senyum pertamanya yang dia tunjukkan semenjak masuk ke atraksi ini.

  "Ya. Dia bahkan suka menggoyang-goyangkan Ferris Wheel, berusaha melepaskan pegangan tanganku ketika di kereta luncur, dan dia akan melakukan banyak hal ketika kami naik atraksi seperti ini. Dia seperti berusaha terus memutar cangkirnya meskipun atraksi sudah selesai ketika kita berada di atraksi Cangkir Kopi Berputar...Nee-san sepertinya sangat menikmatinya..."

  Ekspresi Yukinoshita semakin serius ketika berbicara. Mendengarkan ceritanya membuat hatiku bergetar juga. Apa mungkin, ulah-ulah dari Haruno-sanlah yang selama ini menyebabkan Yukinoshita menjadi buruk dalam beberapa hal sampai saat ini?

  "Nee-san selalu seperti itu..."



  Yukinoshita mengatakannya dengan singkat.

  Perjalanan terus berlanjut menuju sebuah jalan yang gelap, sangat gelap. Ada sebuah robot yang mengatakan sesuatu. Ketika aku melihat jauh ke depan, ternyata adalah sebuah ujung dari air terjun ini dan aku bisa melihat sedikit pemandangan langit malam Destinyland dari ujung tersebut. Perjalanan kami terus diiringi oleh suara-suara dari robot itu. Kita hampir sampai ke ujung jalan ini. Yukinoshita seperti meneguhkan tubuhnya.

  Dari situ, tepat ketika perahu hendak menuju ujung jalan, waktu seakan-akan berhenti.

  Ketika itu terjadi, kami bisa melihat sekilas seluruh Destinyland dari ketinggian ini. Atraksi gunung berapi diliputi cahaya merah dengan asap yang mengepul dan gedung-gedung hotel terlihat sangat cantik berselimutkan cahaya-cahaya bertema natal. Di kejauhan aku bisa melihat pemandangan Kota Chiba.

  Sepertinya, seluruh cahaya yang menyinari malam ini dan bintang-bintang di atas Destiny Land seperti terhampar di depan mata kami.

  Yukinoshita yang melihat pemandangan itu, terlihat sedang mengembuskan napasnya.

  "Hei, Hikigaya-kun."

  "Hmm?"

  Apa yang menarik perhatian mataku sekarang adalah cahaya putih yang dipantulkan oleh Kastil White Wall.

  Dan juga, gadis yang berselimutkan mantel putih, berhiaskan sebuah senyuman di wajahnya, dan kedua matanya yang berkaca-kaca, Yukinoshita.

  Ketika aku melihat pemandangan yang indah dan tidak ternilai ini, aku seperti tidak bisa bernapas lagi.

  Yukinoshita melepaskan pegangan tangannya di besi pengaman lalu memegang tanganku. Ketika merasakan kedua kulit kita yang serasa sedang bersentuhan langsung itu, aku merasa tangannya seperti sedang menggenggam hatiku.

  Perasaan bahagia semacam ini, membuatku berharap kalau adegan ini akan berlangsung untuk selamanya.






  "Suatu hari nanti, tolong selamatkan aku, oke?"




  Suara bisikannya menghilang bersamaan dengan hembusan angin dan aku sendiri tidak mampu membalas kata-katanya barusan.

  Kupikir, aku baru saja mendengar satu-satunya harapan yang pernah diucapkan oleh Yukinoshita Yukino.








x  x  x








  Ketika aku berjalan keluar dari atraksi Spride Mountain, aku melihat sebuah toko.

  Aku membeli minuman disana dan kembali ke tempatku lagi.

  Ketika kita keluar dari atraksi, kakinya seperti bergetar dan dia beristirahat di kursi yang berada di sebelah pintu keluar.

  Ketika aku kembali, Yukinoshita membuang semacam plastik pembungkus barang yang berukuran sedang ke tempat sampah. Tampaknya, dia membeli plastik itu tanpa sepengetahuanku dan menyembunyikannya di dalam tasnya. Setelah dia melihatku, dia menutup tasnya dan menaruhnya di atas pangkuannya.

  "Ini."

  Aku memberinya minuman dengan botol bergambar Pan-san edisi natal yang baru saja kubeli dari toko dan Yukinoshita mengambilnya secara perlahan-lahan.

  "Terima kasih...Berapa ini semua?"

  "Tidak, itu tidak perlu dipermasalahkan. Kau tidak perlu seperti itu. Ini terasa aneh kalau menerima uang dari orang yang sakit."

  "Aku tidak bisa menerima ini."

  "Ambulan saja tidak meminta uang, bukan?"

  "Tapi para pemadam kebakaran mendapatkan gaji, bukan?"



  "Warga yang memiliki kebaikan hati akan melakukannya tanpa mengharapkan imbalan. Aku melakukan ini hanya untuk memuaskan diriku sendiri saja, jadi ambil saja."

  "Ujung-ujungnya hanya memuji dirimu sendiri..."

  Dia memegangi botol itu dengan kedua tangannya sambil berbicara. Setelah itu, dia meminum botol tersebut.

  "...Kejadian barusan seperti kejadian yang pernah terjadi beberapa waktu lalu, benar tidak?"

  "Eh, benarkah?"

  Aku membuka kopi yang kubeli dari toko tadi dan membalasnya. Yukinoshita lalu mengaduk-aduk isi minumannya dengan sedotan yang memiliki motif bambu yang satu set dengan botol Pan-san.

  "Ya. Nee-san ada disana juga waktu itu."

  "...Aah."

  Aku sepertinya ingat, itu adalah pertama kalinya aku bertemu Haruno-san. Waktu itu aku sedang menolak untuk menerima boneka yang kumenangkan dari mesin penarik boneka karena hendak memberikan boneka tersebut ke Yukinoshita. Kami bertemu Haruno-san setelah kejadian itu.

  "Aku sangat terkejut waktu itu karena kamu bisa menjelaskan sesuatu tentang Nee-san dengan sangat akurat...."

  Dia tersenyum sambil tertawa mengingat kejadian yang sudah lama berlalu itu.

  "Aku bisa tahu itu ketika pertama kali bertemu dengannya. Lagipula, dia tidak berusaha untuk menutup-nutupi topengnya meski tahu kalau aku sudah mengetahui kebenarannya."

  "Kupikir begitu. Tetapi itu bisa jadi juga pesona Nee-san. Sejak dulu, Nee-san selalu dicintai oleh banyak orang. Bahkan dengan sifatnya yang seperti itu...Bukan, itu karena sifatnya yang seperti itulah dia selalu diharapkan untuk bisa segala hal termasuk dicintai dan menjadi orang yang diharapkan...Dan dia bisa menjawab semua ekspektasi itu."

  Yukinoshita berbicara seperti sedang antusias menjelaskan sesuatunya, dan tergantung bagaimana caramu mendengarnya, mungkin kau melihatnya seperti sedang memuji saudarinya. Namun rasa antusiasme yang ada dirinya itu tiba-tiba menghilang.

  "Aku melihat diriku ini hanya seperti sebuah boneka yang berada tepat di belakangnya. Karena itu, aku terus diberitahu agar aku menjadi gadis yang baik dan penurut, gadis yang tidak bermasalah, tetapi...Aku tahu...Kalau mereka mengatakan banyak hal di belakangku, seperti bagaimana diriku yang anti-sosial, dan kurangnya pesona yang kumiliki, sejenis itulah."




  Aku mengangguk setuju dengan kata-katanya, lalu meminum lagi kopiku. Ini benar-benar menghangatkan tubuhku, tetapi rasanya masih kurang pahit.

  "Aku juga pernah diberitahu soal itu. Anti-sosial dan kekurangan pesona...Sebenarnya, sampai sekarangpun aku masih diberitahu hal itu. Terutama oleh Hiratsuka-sensei."

  "Bukankah kau ini lebih mirip dengan kurang ajar, atau bermuka tebal, atau sampah dan sejenis itu?"

  "Hei? Yang terakhir tadi itu sudah terlalu jauh!"

  Ketika aku membalasnya, Yukinoshita tertawa lebar. Setelah itu, dia memasang senyum yang manis.

  "Baik kau dan Nee-san selalu konsisten dengan perbuatannya. Karena itulah kau terlihat seperti itu di mataku...Sedang aku sendiri, tidak tahu bagaimana aku seharusnya bersikap."

  Yukinoshita lalu melihat ke arah langit di atasnya. Dimana, langit tersebut tidak terlihat adanya satupun bintang-bintang, yang ada hanyalah warna orange yang merupakan efek dari lampu penerangan taman.

  "Kalau dipikir-pikir, Hayama-kun dan diriku terlihat sama. Itu karena kami berdua selalu melihat ke Nee-san."

  Aku terkejut ketika dia membawa nama Hayama. Tetapi Hayama adalah orang yang kenal Yukinoshita bersaudara lebih lama dariku, dan bahkan lebih dekat dariku.

  Tapi itu adalah daerah dimana aku tidak tahu apapun tentang hal itu.

  Meski begitu, Yukinoshita Yukino dan Hayama Hayato. Aku sadar betul kalau Yukinoshita Haruno selalu berada diantara kedua nama tersebut.

  Satunya mengatakan akan terus mengaguminya hingga saat ini.

  Satunya mencoba lebih dekat dari sekedar mengagumi hingga saat ini.

  Sebenarnya Yukinoshita Haruno terlihat seperti apa dari mata kedua orang di atas?

  Dan bagaimana mereka melihat satu sama lain?

  Aku hendak menanyakan ini kepadanya, tetapi, aku tidak bisa. Aku berusaha membersihkan mulutku yang hendak mengatakan itu dengan kopi hitam dan melompat ke topik yang berbeda.

  "Apa kau masih berkeinginan untuk bisa seperti Haruno-san?"

  Di Festival Budaya yang lalu, Yukinoshita mengatakan kalau dia mengagumi Haruno-san.

  "Bagaimana ya. Aku tidak menginginkannya untuk saat ini, tetapi...Hanya saja Nee-san memiliki sesuatu yang tidak aku miliki."

  "Dan sekarang kau sendiri masih menginginkannya?"

  Yukinoshita mencondongkan kepalanya.

  "Tidak, aku hanya berpikir 'kenapa aku tidak memilikinya?', dan aku kecewa kepada diriku sendiri yang tidak bisa memilikinya."

  Aku sepertinya bisa memahami perasaan itu. Menginspirasi, iri, dan cemburu adalah hal-hal yang berhubungan dengan perasaan kecewa.

  Yukinoshita lalu menatap ke arah kedua tangannya.

  "Bukankah kau juga sama. Kau punya sesuatu yang tidak aku punya...Kita berdua tidaklah sama."

  "Well, benar juga..."

  Kita memang tidak sama persis. Dan itu, adalah suatu aspek setengah hati yang membuatku berpikir agak arogan, salah paham, dan salah mengartikan perasaan yang ada di diriku.

  "Karena itu, aku menginginkan sesuatu yang berbeda."

  Setelah mengatakannya, Yukinoshita membetulkan kerah mantelnya dan menatap lurus ke arahku.

  "Itu karena aku menyadari kalau tidak ada yang bisa kulakukan lagi, sehingga aku mulai menginginkan untuk memiliki sesuatu yang kau dan Nee-san tidak punya...Aku berpikir jika aku memiliki itu, maka aku bisa menyelamatkan sesuatu."

  "Menyelamatkan apa?"

  Tepatnya apa sih yang dia mau dan dia ingin selamatkan? Aku perlu tahu apa jawabannya sehingga aku bertanya kepadanya.

  Meski begitu, Yukinoshita tidak mau memberitahuku.

  "...Entahlah? Kira-kira apa ya?"



  Yukinoshita meresponnya dengan senyum yang girly seperti hendak mengujiku.

  Mungkin jawaban pertanyaan itu adalah "alasannya" waktu itu.

  Kenapa Yukinoshita maju menjadi kandidat Ketua OSIS waktu itu?

  Ataukah, itu adalah apa yang dia hendak katakan ketika aku tidak bertanya kepadanya tadi?

  Disini, aku tidak bertanya kepadanya tentang kata-kata terakhirnya sebelum kereta jatuh ke air terjun. Dan Yukinoshita tidak membahasnya lagi. Dia membicarakan hal-hal lainnya seperti hendak mengalihkan topiknya.

  Itu seperti sebuah permohonan dimana mengharapkan orang yang menerima permohonan itu akan paham tanpa mengatakan apa permohonannya.

  Aku meminum sisa kopiku yang sudah mulai dingin. Ketika aku melakukannya, Yukinoshita yang melihatnya kemudian berdiri.

  "Aku baik-baik saja sekarang, ayo kita pergi."

  "Yeah."

  Aku menjawabnya dan kita berjalan menuju daerah plaza. Rencana awalnya kami memang hendak melihat parade kembang api dari plaza.

  Parade akan segera berakhir. Ketika itu selesai, maka jalan yang ditutup tadi akan terbuka lagi.








 *   *   *







  Aku menelpon Yuigahama dan dia memberitahukan tempat dimana kami akan bertemu.

  Yukinoshita dan diriku berjalan melewati depan White Wall Castle, tidak membicarakan tentang apapun. Ketika parade karnaval berakhir, kita bisa berjalan dengan leluasa karena jumlah pengunjungnya tidak seramai biasanya. Karena Yukinoshita tadi telah cukup beristirahat, langkah kakinya cukup ringan dan bertenaga.

  Dan setelah kita sampai di plaza, kami mencari Yuigahama.

  "Ah, Hikki, Yukinon. Kesini!"

  Yuigahama melambaikan tangannya dengan tangan satunya memegangi handphonenya. Sepertinya dia hendak menelpon kita.

  "Maaf! Karena sudah pergi lebih dulu tadi."

  "Itu bukanlah masalah yang besar."

  Ketika Yukinoshita menjawabnya dengan senyuman, Yuigahama menepuk dadanya dengan lega.

  "Well, yang lainnya sudah disini juga, jadi aku juga merasa tidak enak karena membuat mereka menunggu kita. Ngomong-ngomong, apa kamu tadi mengambil foto Parade Pan-san?"

  "Ah, yeah! Aku sudah memfoto semuanya!"

  Yuigahama memberikan kamera digitalnya kepadanya. Untuk saat ini, kita disini mengumpulkan bahan event, jadi aku setidaknya ingin tahu seperti apa seharusnya event Natal itu.

  "Lihat ini, Yukinon. Lihat, lihat!"

  "...Apa kamu tidak keberatan kalau aku melihat data-datanya sebentar?"

  Sepertinya dia agak frustasi karena melewatkan parade Pan-san. Tidak, um, jika kamu mengatakannya sejak awal, mungkin kita bisa mampir dulu untuk melihat parade itu tadi?

  Keduanya terlihat sedang membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan gambar di kamera tersebut, dan ini memang terlihat bagus, tetapi mana yang lain?

  Parade Kembang Api akan segera dimulai.

  Ketika aku melihat ke arah plaza, aku mendengar suara yang cukup familiar.

  "Huuuh? Dimana Hayato?"

  "Aah, Yumiko. Kesini sebentar."

  "Tunggu, Tobe, apa ini?"

  Tobe mendorong Miura bersamanya dan menuju ke arah kami. Dan mengikutinya dari belakang, Ebina-san.

  "Eh, aah. Begini, gimana ya? Tempat ini cukup bagus untuk melihat kembang api, atau semacamnya? Ebina-san sepertinya suka tempat ini, kan?"

  "Eh? Tentu, dimana saja oke untukku."

  Aku merasa kalau tembok milik Ebina-san untuk membendung Tobe kali ini cukup kuat...

  Ngomong-ngomong, dengan mereka disini, hampir semuanya berkumpul. Sekarang, yang tersisa tinggal Hayama dan Isshiki...Mungkin karena melihatku melihat ke kanan dan ke kiri, Yuigahama juga melakukan yang sama. Lalu dia bertanya ke Tobe.

  "Tobecchi, dimana Hayato-kun dan Iroha-chan?"

  "Eh, aah...Well, mereka katanya akan kesini sebentar lagi."

  Tobe mengatakannya dengan abu-abu, tapi ini Tobe, dia memang sehari-harinya mengatakan hal-hal random secara aneh...Maksudku, dia memang pria yang baik.

  Lalu, lampu penerangan di sekitar plaza dimatikan. Sebuah lagu klasik diputar.

  "Sudah dimulai."



  Yukinoshita melihat ke langit di atas White Wall Castle setelah mengatakannya. Disana sepertinya area dimana kembang apinya akan diluncurkan. Seperti yang kau duga dari pemilik tiket tahunan, sangat paham tempat ini.

  Yuigahama dan diriku melihat ke arah yang sama dengan Yukinoshita.

  Ketika kita melihatnya, banyak sekali lingkaran berwarna-warni yang meledak di langit. Ngomong-ngomong soal kembang api, bukankah seharusnya dilakukan di musim panas, tetapi melihat kembang api di tembakkan, membuat semacam pola cincin, melebar, dan menghilang di musim dingin ini terlihat cukup aneh.

  "Seperti nostalgia ya?"

  Disebelahku adalah Yuigahama yang sedang berbisik di telingaku.

  Bulu kudukku agak merinding ketika aku menoleh ke arahnya, lalu Yuigahama menepuk kedua tangannya sambil berkata "oooh" seperti lupa apa yang harus dikatakannya. Um, kamu tahu, masalahnya sekarang fokus mataku ini sedang melihat ke arah sebuah permukaan pegunungan, jadi aku tidak bisa memikirkan sesuatu tentang kembang api yang kamu maksud. Mau bagaimana lagi, ini sudah hukum alam.

  Ketika aku memalingkan pandanganku, aku melihat sebuah tampilan fisik yang cukup familiar di depanku yang disinari cahaya kembang api.

  Ketika kembang api meledak, cahaya yang dihasilkannya menerangi kedua orang itu di dalam kegelapan.

  Hayama dan Isshiki melihat kembang api tersebut di tempat yang agak jauh dari kita.

  Lintasan kembang api tersebut seperti melintasi jarak diantara mereka berdua. Aku seperti melihat sebuah permainan bayangan, dan aku secara tidak sadar dari tadi melihat mereka.



  Dan Isshiki tiba-tiba mengambil jarak dari Hayama dan menatap ke arah lantai. Hayama lalu menatap ke arah langit sedangkan Isshiki berjalan meninggalkan tempat itu.

  Dalam sebuah keramaian yang memperlihatkan tanda kegembiraan, hanya Isshiki yang terlihat depresi dan dia meremas bibirnya bersamaan lalu berlari melewati posisi kita.

  "I-Irohasu!?"

  Tobe adalah orang pertama yang melihatnya pergi melintasi kita dan dia mencoba memanggilnya kembali.

  "Tunggu, Irohasu!"



  Meski begitu, Isshiki terus berlari dan tidak melihat ke belakang lalu menghilang di keramaian orang.

  "Tunggu sebentar ya, aku akan mengejarnya."

  Tobe berlari dengan panik. Aku melihat Miura tampak menebak-nebak apa yang terjadi setelah melihatnya. Dia memutar-mutar rambutnya dengan jarinya lalu menghembuskan napasnya yang berat.

  "Haaa...Aku akan mencarinya juga."

  "Oke, aku ikut mencarinya juga."

  Ebina-san mengikuti Miura. Yuigahama lalu menaikkan tangannya.

  "A-Aku juga!"

  Tetapi Miura menghentikannya.

  "Yui dan uh, Yukinoshita-san? Kalian tunggu saja disini, oke? Dia mungkin akan kembali kesini. Juga, jika aku menemukannya, aku akan menghubungimu dan tolong beritahu Tobe dan Ebina juga."

  Dia mengelus-elus rambutnya yang kupikir sangat mengganggu, lalu dia memanggil Yuigahama dan Yukinoshita. Meski dia tidak terlihat begitu termotivasi, dia memberikan instruksi yang cukup jelas.

  "Ah, oke."

  Ketika Yuigahama menjawabnya, Miura mengangguk dan segera meninggalkan tempat ini.

  Ketika Yukinoshita melihat Miura pergi di kejauhan, Yukinoshita memiringkan kepalanya.

  "Apa telah terjadi sesuatu?"

  Well, kurasa yang dilihat Yukinoshita dari tadi adalah kembang api...

  Jika dugaanku benar, maka hanya ada satu hal yang bisa menjelaskan kejadian itu.

  Natal di Destiny Land, parade kembang api, dan di depan White Wall Castle, waktu yang sengaja diciptakan untuk mereka berdua, dan akhirnya, sikap aneh Tobe.

  Sepertinya Isshiki mengatakan perasaannya kepada Hayama. Itu hanyalah satu-satunya hal yang bisa kupikirkan.

  "...Aku, akan pergi sebentar."

  "Oke."

  Yuigahama menjawabnya dan Yukinoshita membuat ekspresi penuh teka-teki.

  Meski begitu, tempat dimana aku akan pergi bukanlah Isshiki Iroha. Miura mungkin akan menemukannya dan mengatasinya dengan baik. Akan lebih baik jika dia yang mencarinya daripada aku.

  Tetapi disana ada satu orang yang kupikir harus kutemui saat ini.

  Bahkan setelah Isshiki meninggalkan Hayama, dia tidak mendekati kita. Artinya dia menunggu seseorang.

  Aku menuruni jalan seperti sebuah bayangan yang menari di kepalaku.

  Dan sebuah kegelapan yang memisahkan White Wall Castle adalah Hayama.

  Ketika semua orang perhatiannya terfokus ke Isshiki, Hayama secara perlahan-lahan berjalan menuju jalan samping.

  Ketika Hayama melihatku, dia tersenyum sedih.

  "...Halo yang disana."

  "Yo."

  Hayama bersandar ke pagar plaza dan menghembuskan mendesah.

  "...Kurasa aku sudah melakukan hal yang buruk ke Iroha."

  "Sikapmu cukup arogan. Jika kau memang merasa bersalah, kenapa kamu tidak menerimanya saja dan menjadi pacarnya, bukannya malah membuatnya menjadi sedih seperti itu."

  Ketika aku memberitahunya, Hayama hanya tersenyum.

  "Itu mustahil. Kau sendiri cukup jahat juga berani mengatakan hal itu kepadaku, meski kau tahu apa yang sebenarnya terjadi."

  "Kuakui kalau aku sendiri memang jahat, kok."

  Aku sangat percaya diri kalau aku memanglah jahat.

  Meski begitu, Hayama tidak terlihat sedih dan melihat kedua mataku dengan ekspresi yang melankolis.

  "...Apa kau tahu? Soal mengapa Iroha tiba-tiba saja menembakku?"

  "Tidak, aku tidak tahu soal itu."

  "Begitu ya..."

  Kalau menganalisis apa yang terjadi hingga sekarang, berarti dia sudah menduga kalau Isshiki dalam keadaan normal tidak akan menembaknya.

  "Apa kau tahu? Tentang Isshiki, er...Tentang perasaan Isshiki kepadaku atau semacamnya?"

  "...Soal itu, yeah aku tahu."



  Jawabannya agak suram. Sepertinya penuh dengan penyesalan yang bercampur dengan perasaan lainnya. Jadi begini ya rasanya menolak cinta dari seseorang...

  Hayama adalah orang yang tidak bisa menjaga sebuah hubungan kecuali dia tidak mempedulikan perasaan orang lain. Ketika perasaan seseorang tidak mencapainya, maka mereka akan menjaga jarak dan pergi. Ini sebenarnya bukan salah Hayama sepenuhnya.

  Ini adalah sesuatu yang jelas seperti insiden ketika darmawisata lalu. Aku waktu itu terlalu memikirkan hal tersebut. Dan akhirnya aku berpikir kalau perasaannya itu akan berakhir dengan salah paham. Aku tidak bisa mengatakan kalau itu adalah kesalahanku sepenuhnya. Meski begitu, aku tahu kalau menghindari sesuatu juga akan menyebabkan orang lain terluka.

  "Kalau kau sendiri tahu dia itu selama ini menyukaimu, kenapa kau masih pura-pura baik dengannya, dan akhirnya malah menolaknya seperti ini?"

  Ketika aku mengatakannya, Hayama mengangkat kepalanya.

  "...Bukan begitu. Aku sebenarnya bahagia dengan perasaan Iroha yang seperti itu. Tetapi bukan itu masalahnya. Perasaan Iroha itu mungkin sebenarnya bukan untukku, tetapi untuk..."

  Suara Hayama bergetar dan kata-katanya kurang masuk akal. Meski begitu, Hayama tidak melanjutkan kata-katanya sehingga dia mengganti topiknya.

  "...Kau ini sangat luar biasa. Caramu mengubah orang-orang disekitarmu...Aku yakin Iroha juga merasakannya..."

  "Haa? Ada apa dengan pujian itu?"

  Ketika aku mengatakannya, Hayama tertawa.

  "Haha, bukan itu...Kan sudah kukatakan, bukan? Aku bukanlah pria baik yang seperti kau kira."

  Hayama pernah mengatakannya ketika bertemu di sekolah. Dia lalu melihat ke arah bawah dan mengeluarkan napas yang berat.

  "Diriku yang memujimu, itu...Demi diriku juga."

  "Kenapa kau melakukannya sejauh itu...?"

  Ketika aku melihat Hayama dengan penuh teka-teki, Hayama lalu memandangku.

  "Itu mungkin alasan yang sama ketika kau memutuskan untuk menganggapku pria yang baik."

  "...Aku bukannya punya alasan tertentu menyebutmu begitu. Aku hanya mengatakan apa yang kulihat saja."

  "Benarkah begitu?"

  Hayama menjawabnya dengan nada yang dingin.

       Yeah, mungkin tidak seperti itu. Itu adalah sesuatu yang kusadari sejak lama. Hayama Hayato bukanlah yang setiap hari akan selalu tampil baik untukmu. Senyumnya yang tipis adalah buktinya.

  Hayama mengendurkan senyumannya dan berdiri tegak tidak bersandar ke pagar lagi.

  "Aku akan pulang duluan. Tolong beritahu semua orang ya."

  "Beri tahu sendiri."

  "...Baiklah. Sampai jumpa."

  Hayama tersenyum kecut dan melambaikan tangannya.

  Dan kemudian, tanpa menoleh ke belakang, Hayama Hayato menghilang begitu saja di dalam kegelapan malam.








x  x  x








  Suasana di dalam kereta api yang kita gunakan untuk pulang cukup sunyi. Tentunya, salah satu alasan terkuatnya karena kita semua kelelahan, tetapi alasan terbesar untuk kesunyian ini adalah karena Tobe yang biasanya mengobrol dengan isshiki tentang banyak hal tidak berada disini.

  Tidak hanya Tobe, Miura dan Ebina-san juga tidak ada disini.

  Jalur kereta ketiganya Musashino lalu ke Nishi-Funabashi. Sedangkan Yukinoshita, Yuigahama, dan isshiki memilih jalur Keiyou, yang jalurnya berbeda dengan mereka. Tidak ada perbedaan besar bagiku memilih kedua jalur itu, tetapi lebih repot kalau pindah kereta ke Nishi-Funabashi jadi aku memutuskan untuk ikut jalur Keiyou.

  Meskipun keretanya penuh dan tidak ada tempat untuk duduk, sebenarnya tidak bisa dibandingkan dengan situasi kereta ketika aku berangkat sekolah. Yuigahama dan Yukinoshita terlihat sedang membicarakan sesuatu, tetapi selain itu, mereka seperti melihat ke arah luar jendela.

  Ketika kereta telah berjalan sekitar 20 menit, kita sudah dekat dengan Stasiun Kaihin-Makuhari dimana aku dan Yukinoshita akan turun.

  "Kalau begitu, aku akan turun disini."

  Yukinoshita berdiri di dekat pintu ketika mengatakannya. Mengikutinya dari belakang, Yuigahama.

  "Ah, aku akan turun disini juga."

  "Bukankah rumahmu masih jauh?"

  Ketika aku bertanya ke Yuigahama, dia langsung memeluk lengan Yukinoshita.

  "Besok kan libur, jadi aku mau menginap di tempat Yukinon untuk malam ini."

  "Ah, begitu ya."

  Meski begitu, Yuigahama tampaknya sering berada di tempat Yukinoshita untuk bermalam. Hubungan mereka kembali ke sedia kala nampaknya sesuatu yang bagus bagi mereka.

 Kalau begini jadinya, jika aku turun di stasiun ini, maka Isshiki akan sendirian di kereta.

  "Isshiki, kau hendak turun di stasiun mana?"



  Ketika aku bertanya kepadanya, dia tidak merespon. Malahan, dia menarik-narik lengan jaketku.

  Dia lalu mengangkat tas belanjaannya.

  "Senpai. Ini berat sekali."

  "Itu karena kau belanja banyak sekali..."

  Aku mengambil tas belanjaannya. Ketika aku melakukannya, Yuigahama tersenyum.

  "...Uh huh, kupikir kita sudah mendapatkan solusinya."

  "Isshiki-san. Tolong berhati-hati ya."

  Nona Yukinoshita? Bukankah kata-katamu barusan seperti mengatakan aku ini sesuatu?

  Ketika kami tiba di Kaihin-Makuhari, mereka berdua turun dari kereta. Isshiki dan diriku tetap tinggal di kereta sampai tiga stasiun lagi.

  Stasiun dimana kita akan turun adalah Pelabuhan Chiba. Dari situ, kita akan pindah ke monorail. Dari situ tidak banyak penumpang yang menaikinya pada malam ini, jadi di gerbong ini hanyalah ada kita berdua.

  Monorail berjalan menembus gemerlap cahaya kota.

  Isshiki menggumam ketika melihat ke arah luar jendela.

  "Haa...Kurasa tadi bukan ide yang baik..."

  "...Bukan begitu, kau harusnya tahu kalau momen tersebut bukanlah ide yang bagus."

  Dengan menatap ke arah jendela, Isshiki berbicara sambil melihat pemandangan kota.

  "...Maksudku, apalagi yang bisa kulakukan? Aku sudah sangat antusias dan semacamnya."

  "Jawabanmu cukup mengejutkan. Kukira kau bukanlah tipe orang yang bisa terbawa oleh suasana seperti itu."

  Ketika aku mengatakan itu kepadanya, wajah Isshiki yang terlihat dari pantulan jendela kaca terlihat tersenyum.

  "Aku juga terkejut. Aku pikir akan diam membisu saja."

  "...Yeah, pura-pura punya satu pikiran yang dipenuhi oleh cinta akan membuatmu terlihat lebih pintar atau semacamnya."



  Ketika aku melanjutkan kata-kataku, Isshiki tiba-tiba memutar kepalanya dan memotongku.

  "Aku tadi tidak berbicara tentang diriku...Aku tadi sedang berbicara tentang Senpai."

  "Ha?"

  Lagi-lagi, dia pindah ke topik yang berbeda. Kukira kita berbicara tentang Isshiki, lalu terbang kemana topik kita yang sekarang? Atau dia membicarakan senpai lainnya? Satu lagi, kenapa aku satu-satunya orang yang dia panggil senpai? Apa karena dia tidak bisa mengingat namaku?

  Ketika aku memikirkan banyak hal, Isshiki memandangku. Sudah kuduga, dia memang membicarakanku. Isshiki tertawa dan tersenyum.

  "Tidak mungkin aku akan diam saja ketika aku melihat itu."

  "Melihat apa?"

  Ketika aku bertanya kepadanya, dia membetulkan posisinya dan duduk tepat menghadapku. Dia melihat ke arah kedua mataku dan berbicara.

  "...Aku ingin punya sesuatu yang tulus juga."

  Wajahku memerah mendengarkan kata-kata itu. Benar sekali. Ketika kami meninggalkan ruangan klub waktu itu, aku memang bertemu dengan Isshiki.

  "Kamu mendengarnya?"

  "Suara Senpai terdengar jelas seperti biasanya."

  Ketika dia menjawabnya, aku membalasnya dengan suara yang rendah.

  "...Tolong lupakan kejadian itu."

  "Tidak...Aku tidak bisa melupakannya."

  Isshiki menjawabnya dengan ekspresi yang lebih jujur dari biasanya.

  "Oleh karena itu aku ingin juga maju ke depan."

  Aku tidak tahu tulus versi Iroha itu seperti apa. Sama seperti hal yang kuinginkan juga. Bisa jadi, hal itu memang tidak pernah ada. Tetapi setidaknya dia memang mengharapkan sesuatu. Setidaknya dia sudah jujur mengatakannya.

  Aku tidak punya kata-kata motivasi lagi, tetapi aku mengatakan sesuatu ke Isshiki.

  "Well, setidaknya. Kamu tidak perlu khawatir soal itu. Itu memang bukan salahmu mendengar hal-hal itu."

  Ketika aku mengatakannya, Isshiki mengedip-ngedipkan matanya seperti penuh tanda tanya. Setelah itu, dia menjaga jarak denganku.

  "Apa yang Senpai baru saja lakukan? Apa Senpai berusaha mendekatiku ketika aku sedang patah hati? Maafkan aku, aku belum siap untuk saat ini."

  "Bukan itu maksudku..."

  Serius, bagaimana dia menyimpulkan hal seperti itu? Apa dia salah mengartikan 'Jangan khawatir soal itu'? Ketika aku sudah terlihat lebih tenang, Isshiki pura-pura batuk dan mendekatiku lagi.

  "Lagipula, ini bukanlah akhir. Bahkan mungkin, ini adalah cara yang lebih efektif untuk mendekati Hayama-senpai. Orang-orang akan bersimpati kepadaku dan orang-orang di dekatku akan menyemangatiku."

  "...Be-Benar. Ya kurang lebih begitu."

  Seperti yang kuharapkan dari Isshiki, huh? Isshiki tertawa dan terlihat bangga.

  "Itulah yang kumaksud. Lagipula, meskipun kau terlihat sedang down, ada banyak hal yang harus kau lakukan. Dan juga mereka akan lebih lembut ke orang yang baru saja ditolak cintanya. Mereka akan mengasihanimu, bukan? Normal bila tidak merasakan tekanan...Oleh karena itu, sebuah kekalahan ini hanyalah bagian awal dari perjalananku. Aku akan menggunakannya sebagai sebuah keuntungan bagiku...Dan, um...Aku akan berusaha sebaik mungkin."

  Dia terlihat bersemangat dan air mata mulai menetes dari matanya.



  Kamu tidak bisa memberitahu seseorang yang sedang berusaha keras untuk terus berusaha keras. Komachi mengatakan "aku menyayangimu" adalah hal yang baik, tetapi itu hanya berlaku ke adik perempuanku. Mungkin aku harusnya mengelus-elus rambutnya sesekali, tetapi itu juga eksklusif ke adikku.

  "Kamu luar biasa sudah sampai sejauh ini."

  Hanya ini yang bisa kukatakan. Ketika aku mengatakannya, Isshiki melihat ke arahku dengan matanya yang sembab.

  "Ini salahmu, Senpai, aku sampai menjadi seperti ini."

  "...Tidak, mungkin itu benar salahku kalau soal Ketua OSIS, tetapi selain dari itu kan..."

  Tetapi tanpa mendengarkan kata-kataku sampai habis, Isshiki mendekatkan wajahku dan berbisik ke telingaku.

  "Tolong Senpai tanggung jawab, oke?"



  Dan kemudian, juniorku ini tersenyum nakal kepadaku.







x Chapter VIII | END x






  Dalam adegan anime zoku, disana Yukino hanya menarik ujung lengan jaket Hachiman. Disini, Hachiman merasakan kalau kedua kulit mereka, serasa bersentuhan. Itu dikarenakan Yukino sendiri memakai sarung tangan. Jika mengikuti analogi anime, maka tidak akan pernah ada perasaan untuk serasa kedua kulit bersentuhan jika hanya menarik ujung lengan jaket.

  Sederhananya, Yukino memegangi tangan Hachiman. Adegan tersebut serasa bersentuhan langsung meskipun Yukino memakai sarung tangan.

  ...

  Monolog Hachiman ketika tangannya disentuh Yukino. Jika Hachiman tidak mencintai Yukino, monolog seperti itu tidak akan pernah ada.

  ...

  Menarik melihat monolog Hachiman ketika tangan Yukino menyentuhnya, karena monolog yang berkebalikan terjadi ketika Yui hendak mendekatinya, di atraksi Pan-san Bamboo Fight. Hachiman berusaha menghindar ketika Yui mendekatinya.

  ...

  Jika melihat vol 10 chapter 1 Yukino berpegangan ke Hachiman dengan santainya sejak masuk kereta, dan juga Hachiman tidak komplain apapun, adegan di chapter ini bisa dikatakan adegan biasa.

  Karena adegan serupa juga pernah terjadi di vol 7 chapter 6, Yukino menggandeng lengan Hachiman dan jalan berdua kembali ke Hotel.

  Sayangnya, dua adegan di atas tidak ditampilkan secara benar di animenya.

  ...

  Sebenarnya, boneka Pan-san yang diberikan Hachiman ke Yukino, bukanlah hasil memenangkan di mesin Crane. Tapi Hachiman membelinya lewat bantuan petugas Arcade.

  ...

  Ini menjawab pertanyaan Hachiman di monolog akhir vol 6 chapter 8. Apakah Yukino mendengar sarannya atau tidak. Yukino mengikuti saran Hachiman, dan sekarang dia tidak lagi mengejar bayang-bayang Haruno.

  ...

  Chapter ini menjelaskan banyak hal, terutama keterbukaan Yukino ke Hachiman mengenai masa lalu dan masalah keluarganya. Ini juga konsekuensi Yukino karena dia menyanggupi untuk menjalankan permintaan Hachiman tentang seseorang yang bisa Hachiman pahami.

  Disini, Yukino bercerita kalau dia hanyalah boneka yang disiapkan sebagai cadangan Haruno. Dimana kita semua tahu dari vol 5 chapter 6, Haruno sudah ditunjuk oleh Ibunya, sebagai penerus seluruh bisnis keluarga Yukinoshita.

  Disini juga kita tahu mengapa Yukino membenci orang yang berpura-pura, dan sialnya Hachiman menjadi orang itu di vol 7 chapter 9. Orang-orang di keluarga Yukino, suka menggosipi dirinya di belakang. Terutama soal sikap Yukino yang anti-sosial dan tidak memiliki karisma seperti Haruno.

  Juga, Hayama dan Yukino mengagumi Haruno. Jika Yukino sekarang tidak berminat menjadi Haruno, tampaknya Hayama masih terus mengagumi Haruno. Ini terlihat di vol 8 chapter 5, Hayama masih bersekongkol dengan Haruno di kencan ganda tersebut.

  Juga soal apa yang ingin dimiliki Yukino, dan itu bisa menyelamatkan sesuatu. Fakta kalau Yukino pura-pura tidak tahu, itu artinya apapun tebakan pertama Hachiman, pastilah benar. Dan itu tentang pencalonan Yukino di kandidat ketua OSIS tempo hari. Memang benar, Yukino maju menjadi kandidat ketua untuk menyelamatkan Hachiman.

  Jika yang diselamatkan adalah Hachiman, lalu apa yang sebenarnya Yukino inginkan saat ini? Sesuatu yang Hachiman dan Haruno tidak miliki. Ini sudah dijawab sendiri oleh Yukino di vol 9 chapter 10, yaitu menjadi gadis yang diinginkan oleh Hachiman, gadis yang memiliki hubungan yang tulus dengannya. Haruno jelas tidak memiliki seseorang yang tulus dengannya, dibuktikan dengan pertanyaan Haruno tentang apakah diluar sana benar-benar ada yang tulus tentang sesuatunya,  vol 10 chapter 9.

  ...

  Agak sedikit tricky dengan adegan Yui yang mengatakan nostalgia dengan kembang api, lalu di depan Hachiman ada Iroha yang menembak Hayama.

  Itu jelas-jelas mengingatkan Hachiman dan Yui dengan Festival Kembang Api vol 5 chapter 6. Sepulang festival, Yui hendak menembak Hachiman. Bedanya, Hachiman sengaja mencegah Yui mengatakannya.

  ...

  Harusnya, Hachiman memiliki hint siapa yang maksud dengan cinta Iroha sebenarnya untuk...

  Di vol 8 chapter 5, Hayama mengatakan kalau Iroha ini adalah gadis yang sedang mencari cintanya.

  Di vol 9 chapter 4 Hayama memaksa kalau orang yang Iroha inginkan untuk membantunya adalah Hachiman, bukan dirinya.

  Di vol 8 chapter 8, Hachiman sendiri menjelaskan kalau jabatan ketua OSIS bisa dipakai untuk mendekati pria incaran Iroha.

  Jika Hachiman bisa menggabungkan fakta-fakta di atas, mudah saja menebak kalau Iroha sebenarnya punya perasaan cinta ke Hachiman. Tapi perasaan cinta ke Hayama itu sebenarnya bukan cinta yang asli, hanyalah sebatas kekaguman.

  Tapi di vol 10 chapter 7 terbuka semua, kalau ternyata Hayama punya kepentingan untuk tetap dekat dengan Miura. Bisa jadi, Hayama ngotot mengatakan seperti itu karena tidak ingin Iroha mengganggu hubungannya dengan Miura.

  ...

  Hayama berpendapat kalau Hachiman mengubah orang-orang di sekitarnya.

  Ini nanti akan bersambung di vol 10 chapter 8, ketika Hayama mengatakan kalau Yukino berubah, dan bertanya apakah Hachiman sadar soal Yukino?

  Ini sebenarnya sedikit tricky, karena baik Hayama dan Hachiman sama-sama mendengar di vol 2 chapter 4, Yui berkata kalau satu-satunya hal yang bisa membuat seorang gadis berubah adalah...cinta.

  ...

  Iroha sebenarnya menangis di adegan Monorail itu...

  ...

  Iroha menepati kata-katanya di adegan Monorail, dia memanfaatkan statusnya sebagai gadis yang ditolak Hayama. Tapi masalahnya, memanfaatkan itu untuk mengajak Hachiman berkencan, dengan alasan simulasi kencan bersama Hayama. Vol 10.5 chapter 2.

  ...

  Ngomong-ngomong, kenapa Yui dan Yukino santai-santai saja melihat Hachiman menemani Iroha pulang? Bukankah di vol 9 chapter 7 mereka berdua terlihat kecewa dengan kedekatan Iroha dan Hachiman?

  Di Jepang, bunuh diri sering terjadi. Masalahnya biasanya karena pekerjaan, asmara (patah hati, cerai, dll), dan skandal. Salah satu tempat favorit bunuh diri juga dengan melompat ke rel kereta di Stasiun tepat sebelum kereta lewat. Iroha cocok dengan ciri-ciri calon orang bunuh diri. Tentunya, adanya kawalan Hachiman setidaknya memastikan Iroha tidak bunuh diri.


1 komentar:

  1. Izin bookmark ya, Aoi-san. Translate-an nya mantap nih. Sampe baca ulang dari 1. Bagian ini jadi salah satu favorit dan banyak kesan. Terutama adegan HachixYuki naik SpaMt.
    Cuma mau tanya, di rawnya bagian mana ya yg nyebut pegangan tangan ya? trus "Perasaan bahagia ini, membuatku ingin adegan ini berlansung selamanya" itu footnote atau bagian terjemahan ya? lupa2 inget, kayanya ga ada di raw
    But all in all, ngefans sama terjemahan Aoi-san, terima kasih banyak udah ngeluangin waktu buat terjemahin semuanya.

    BalasHapus