Jumat, 31 Juli 2015

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol 2 Chapter 5 : Hikigaya Hachiman kembali ke jalan yang dia percayai


x x x











  Aku kemarin seperti terjebak di hari-hari penuh ujian hingga senin. Dan hari ini adalah hari dimana hasil ujian dibagikan.

  Di kelas kami, kami mendapatkan kembali lembar jawaban milik kami dan mendapatkan penjelasan tentang jawaban yang benar. Setiap satu mata pelajaran selesai, Yuigahama menemuiku dan melaporkan kepadaku.

  "Hikki! Nilai sejarah Jepangku naik! Kegiatan belajar bersama kemarin ternyata sangat bagus," Yuigahama berteriak kegirangan, namun aku selalu memberikan jawaban datar setiap dia melakukannya.

  "Baguslah."

  "Yep! Aku berterima kasih ke Yukinon...oh, dan kamu juga, Hikki."

  Begitulah katanya, tetapi aku sendiri tidak melakukan apapun.

  Kalau kamu memang berniat belajar, hasilnya pasti akan baik. Pujiannya sebenarnya tidak perlu. maksudku, Yuigahama mendapatkan nilai tersebut karena kerja kerasnya sendiri.

  Ngomong-ngomong soal hasil ujian, aku berhasil mempertahankan nilaiku berada di ranking tiga dalam Bahasa Jepang di SMA Sobu. Namun nilai matematikaku 9 dari 100. Whoa, kenapa nilai kedua mata pelajaran itu jauh berbeda?

  Sebenarnya, mendapatkan kembali hasil ujian kemarin bukanlah satu-satunya hal yang membuat kami sangat antusias kali ini, tetapi kali ini kita akan melakukan kegiatan bernama 'kunjungan ke tempat kerja'. Dalam masa-masa istirahat sehabis ujian, siswa-siswa melakukan kunjungan ke tempat kerja yang mereka inginkan.

  Kami pergi ke Kompleks Perkantoran Kaihin-Makuhari. Tempat ini adalah sebuah kompleks perkantoran yang padat, dan ternyata ada beberapa kantor pusat yang beroperasi disana juga. Dan seperti hari-hari biasanya, aktivitas yang padat berlangsung di sana. Orang-orang menyebut Makuhari sebagai jantung dari kota ini memang benar adanya. Kamu bahkan bisa mengatakan kalau ini adalah pusat dari kota Chiba.

  Grup kami terdiri dari Totsuka, Hayama, dan diriku.

  Atau  setidaknya, itulah yang tertulis di kertas kami.

  Kenyataannya, siswa lainnya berkumpul di sekitar Hayama seperti lalat setiap aku melihatnya. Apa sih dia ini, mayat? Meski begitu, aku sebenarnya tidak menganggap kalau Hayama ada di kelompok. Aku berpikir kalau ini adalah kencan bersama Totsuka - hanya berdua diantara kita - tapi ketika aku melihat ke arah Totsuka, selalu terdapat gerombolan gadis yang mengikutinya. Totsuka sendiri agak kaget dan mungkin kau akan berpikir kalau dia sedang dibully jika kamu tidak mengenal dengan baik dirinya.

  Hayama dikelilingi oleh tiga siswa yang seharusnya berada di grup yang berbeda bersama Miura dan lainnya. Aku bisa melihat Yuigahama bersama mereka. Ketika aku berusaha menghitung jumlah siswanya, aku berpikir kalau disini terdapat sekitar lima grup yang bergerombol di dekat grupku.

  Berkumpul bersama orang-orang bukanlah hal yang kuinginkan. Ketika liburan tiba dan aku keluar rumah, melihat orang-orang di sekitar saja sudah membuatku malas keluar dan ingin kembali ke rumah saja. Dan sekarang, aku akhirnya hanya berada di belakang gerombolan grup ini.

  Lokasi yang dipilih grup kami (maksudku yang dipilih oleh Hayama) adalah bagian pembuatan peralatan elektronik yang merknya sangat kukenal. Tempat ini tidak hanya terdapat kantor dan bagian riset, tetapi juga memiliki fasilitas untuk memamerkan kegiatannya. Perusahaan yang terdengar menyenangkan, dengan layar selebar bioskop untuk menjelaskan sesuatunya.

  Kalau Hayama memilih tempat ini tetapi tidak tahu kalau tempat ini sangat bagus, maka ini salah satu kelebihan dia: dia memiliki indra keenam. Sekali lagi, jika dia memilih tempat ini karena tahu kalau gerombolan grup akan berkumpul di dekatnya, level kepedulian dia akan siswa yang juga butuh informasi pengetahuan cukup mengagumkan.

  Berbeda dari pameran sebelumnya, melihat bagaimana mesin-mesin bekerja ternyata cukup menyenangkan, bahkan untuk penyendiri seperti diriku.

  Aku menempelkan wajahku di kaca, menatap gerigi dan roda mesin-mesin itu seperti seorang anak kecil yang menginginkan mainan baru. Melihat mesin-mesin tersebut sudah cukup bagiku untuk merasa senang. "Kita bukanlah mesin" adalah kata-kata yang sering terdengar dari buruh-buruh yang merasa telah dipekerjakan dengan tidak manusiawi, tetapi aku sendiri merasa itu kurang tepat. Kita bukanlah mesin. Dan karena itulah, ada beberapa orang yang tidak merasa kalau mereka tidak tahu bagaimana menggunakan potensi dirinya.

  Selain itu, mesin-mesin juga seharusnya memiliki elemen yang lain. Sederhananya, elemen itu adalah "for fun". Itu juga menjelaskan tujuan adanya bagian lain dari rantai sepeda dan perlengkapan ekstranya. Beberapa orang mengatakan kalau bagian mesin yang bekerja dengan sederhana memiliki masa hidup yang lebih lama. Itu yang dikatakan salah satu pekerja hari ini - baik mesin dan manusia keduanya butuh elemen 'fun'.

  Tetapi, keberadaanku disini seperti tidak memiliki kata 'fun'.

  Ketika aku menjaga jarak antara diriku dan gerombolan grup itu, aku melihat ke sekitarku.  Di depanku terdapat sekumpulan siswa dan siswi yang bercanda dengan teman-temannya. Aku menoleh ke belakangku dan disana tidak ada seorangpun. Satu-satunya yang menemaniku adalah kesunyian yang menyakitkan.

  Tetapi kesunyian tersebut segera pecah dengan suara hak sepatu yang menabrak lantai.

  "Hikigaya, jadi kamu ada disini ya?"

  Untuk kali ini, Hiratsuka-sensei tidak mengenakan jubah putihnya. Ini karena kalau dia memakainya disini, dia bisa dikira salah satu pegawai perusahaan ini.

  "Apa sensei sedang mencari sesuatu?"

  "Ya, seperti itulah," kata Hiratsuka-sensei, dia daritadi terus menatap ke mesin-mesin itu, bahkan tidak sedetikpun menatapku. "Heh...Ilmu permesinan di Jepang sangat luar biasa." Dia berhenti berkata-kata. "Aku kadang membayangkan apakah mereka bisa membuat sebuah Gundam ketika aku masih hidup nanti."

   Dia ternyata memiliki otak seperti seorang anak kecil. Dia mengagumi sekumpulan besi-besi itu dengan berbinar-binar. Tolong, tetaplah seperti itu.

  Aku berpikir kalau ini adalah saat yang tepat untuk berjalan meninggalkannya. Hiratsuka-sensei sepertinya menyadari langkah sepatuku dan dia juga mulai berjalan, dan dia juga menyamakan langkah kakinya denganku.

  "Oh, itu mengingatkanku sesuatu, Hikigaya. Tentang kontes di Klub."

  Kontes itu...dan ini mengingatkanku tentang Yukinoshita dan diriku, dimana kita memutuskan metode terbaik untuk menolong orang melalui Klub Relawan. Pemenangnya boleh mengatakan satu keinginan yang harus dipenuhi oleh yang kalah.

  Sensei nampak agak ragu ketika dia mengatakannya kepadaku.

  Aku menatapnya dengan harapan dia melanjutkan kata-katanya tadi.

  Lalu, sensei membuka mulutnya sekali lagi, dengan penjelasan yang lebih lengkap. "Banyak sekali faktor dari luar yang ikut campur dalam kontes itu. Peraturan yang sekarang nampaknya belum mengcover faktor itu. Karena itu, aku ingin memasukkannya ke dalam sistem."

  Cara bicaranya seperti seorang pegawai perusahaan game yang sedang mencari alasan, namun sederhananya, kapasitas sensei kali ini sudah mencapai batas, dan sekarang sedang crash.

  "Aku sendiri tidak begitu peduli..." kataku.

  Apapun yang kulakukan, dia sendiri yang menulis aturannya. Dia meminta pendapatku untuk mengubah aturannya. Meski kenyataannya, pemenang dan yang kalah pada akhirnya diputuskan oleh Hiratsuka-sensei sendiri.

  Menolak apapun yang dikatakan sensei adalah sia-sia.

  "Kenyataannya, sensei sudah memutuskan pemenangnya dari awal, bukan?"

  "Tidak..." Hiratsuka-sensei mengatakannya sambil menggaruk kepalanya. "Masih ada satu orang lagi yang agak sulit kuatur."

  Sulit diatur. Ketika aku mendengar kata-kata itu, Yuigahama adalah orang yang muncul di pikiranku. Dia adalah gadis yang bergabung dengan klub setelah kontes itu dimulai - maksudku dimana klub relawan seharusnya hanya untuk Yukinoshita dan diriku.

  Kamu bisa menyebutnya keberadaan yang tidak biasa. Faktor dari luar juga kata yang cocok untuk menggambarkannya. Berada di luar rencana awal pertempuran ini, dia sudah menyelinap masuk ke dalam klub belakangan ini.

  Mungkin karena itu, ini sekarang menjadi kontes diantara kami bertiga : aku, Yukinoshita, dan sekarang Yuigahama.

  "Nampaknya ini akhir dari Mecha Mecha Road." (Apa-apaan dengan Mecha Mecha Road?) "Jika kamu memutuskan untuk membuat Klub Relawan yang baru, tolong beri tahu aku nanti ya. Ayolah, aku tidak akan melakukan sesuatu yang jahat," Hiratsuka-sensei mengatakannya dengan bersemangat, tetapi bagiku terdengar seperti kata-kata dari seorang penjahat...

  Setelah itu, Hiratsuka-sensei kembali ke Mecha Mecha Road yang dia yakini. Aku melihatnya pergi dan dia berjalan ke pintu keluar.

  Aku ternyata telah menghabiskan waktu cukup lama untuk berbincang-bincang dengan sensei. Hayama dan yang lainnya ternyata sudah lama pergi, dan suara yang bisa kudengar hanyalah suara derit angin musim panas yang seperti melewati pepohonan bambu. Aku mencoba melihat suasana sekitar di sekitar pintu masuk ketika matahari sudah mulai tenggelam dan langit mulai berganti warna.

  Dan disana, aku bertemu dengan rambut sanggul yang familiar. Secara kebetulan, aku bertemu dengannya.







*   *   *







  Gadis itu sedang duduk di tempat duduk yang terbuat dari bebatuan, sedang memegangi lututnya dan menekan tombol di handphonenya. Untuk sejenak, aku agak ragu untuk memanggilnya. Ketika aku diliputi keraguan, dia ternyata sudah menyadari kehadiranku disana.

  "Oh, Hikki, kamu telat! Semua orang sudah pergi loh."

  "Oh iya. Maaf aku baru sadar, aku seperti sibuk dengan diriku sendiri tadi...jadi, yang lainnya pergi kemana?"

  "Restoran Saizeriya."

  Siswa SMA di Chiba sangat menyukai Saizeriya. Itu adalah rumah makan keluarga yang menjadi ikon Chiba sejak berdiri - ya ampun, aku ternyata terlalu berlebihan melihatnya. Makanannya murah-murah dan enak, kurasa cukup masuk akal.

  "Kamu sendiri kenapa tidak pergi kesana?" aku mencoba bertanya kepadanya.

  "Huh?!" Yuigahama berkedip. "Oh iya, aku sebenarnya tadi mau menunggumu, Hikki. Seperti...aku merasa enggak enak kalau meninggalkanmu di belakang."

  Ketika dia memutar-mutar jarinya, Yuigahama menatapku dengan agak ragu-ragu. Melihatnya seperti itu, aku tiba-tiba tersenyum secara spontan.

  "Kamu baik sekali, Yuigahama."

  "Huh?! Um, apa?! Itu tidak benar sama sekali!" Yuigahama melambaikan tangannya secara cepat, wajahnya memerah, mungkin karena efek dari sinar matahari senja.

  Aku tidak tahu kenapa dia mencoba berpura-pura seperti itu, tetapi aku tahu kalau Yuigahama adalah gadis yang baik. Dia adalah orang baik, menurutku. Oleh karena itu, aku harus mengatakannya secara langsung kepadanya.

  "Kamu tahu, kamu tidak perlu khawatir kepadaku. Aku menyelamatkan anjingmu itu secara kebetulan, dan lagipula aku mungkin akan jadi penyendiri di SMA bahkan jika kecelakaan itu tidak pernah terjadi. Kamu tidak perlu membuat kecelakaan itu terus menghantuimu. Itulah yang selalu kuyakini."

  Aku sebenarnya tidak pernah mau mengatakan kata-kata itu, tetapi aku meyakini itu adalah hal yang benar. Mungkin saja - tidak, tentu saja - aku tidak akan punya banyak teman sekalipun aku masuk SMA tanpa kecelakaan itu.

  "Ka-Kamu mengingatnya, Hikki?" Yuigahama menatapku dengan tatapan shock, matanya melebar.

  "Tidak, aku sebenarnya tidak ingat. Setelah kecelakaan kamu datang ke rumah untuk berterima kasih kepadaku. Lalu Komachi ingat dan memberitahuku tentang hal itu.3"

  "Oh, benar...Komachi-chan yang memberitahumu ya." Yuigahama tertawa kecil, senyum yang suram terlihat di wajahnya. Dia terus menundukkan kepalanya.

  "Maaf, sepertinya kamu sudah keluar dari kebiasaanmu hanya untuk peduli kepadaku. Oleh karena itu, kamu mulai sekarang tidak perlu mengkhawatirkanku lagi. Aku sejak awal memang sudah penyendiri dan kecelakaan itu tidak ada hubungannya dengan itu. Kamu tidak perlu merasa sungkan kepadaku dan bersikap seolah-olah memiliki hutang budi kepadaku." aku menghentikan kata-kataku, lalu aku langsung mengatakannya. "Jika kamu bersikap baik kepadaku karena memikirkan perasaanku, sebaiknya kamu hentikan itu."

  Untuk sejenak, aku sadar kalau kata-kataku cukup kasar. Aku mengatakannya cukup jelas ke dirinya. Akupun kadang berpikir kenapa ekspresinya seperti itu. Itu bukanlah hal yang sangat buruk untuk dirinya.

  Aku menggaruk kepalaku sambil menyembunyikan pikiranku yang merasa terganggu. Itu seperti suara putus asa dari sedotan yang ditekan masuk ke minuman. Kesunyian menghampiri kami, seperti tambahan dari kesunyian sebelumnya, dan ini menggangguku.

  Ini adalah pertama kalinya bagiku dimana kesunyian terasa tidak nyaman.

  "Well, uh, um..."

  Kami berdua berusaha membuka pembicaraan, namun kata-kata yang harusnya dikeluarkan tiba-tiba menghilang, dan tidak ada satupun yang keluar. Ketika kata-kata kami saling keluar, Yuigahama tersenyum dengan ceria dan terlihat seperti senyum yang palsu.

  "Um, bagaimana aku mengatakannya ya? Sebenarnya ini tidak seperti itu..." Dia melanjutkannya sambil tertawa, dia masih melihat ke arah bawah. "Maksudku, ini tidak seperti itu..."

  Aku tidak bisa melihat ekspresinya ketika dia menundukkan kepalanya. Dan dia mengatakannya dengan terbata-bata, suaranya seperti sedang mengalami gangguan.

  "Itu tidak - tidak seperti itu...tidak seperti itu sepenuhnya..." dia menggumam.

  Yuigahama selalu menjadi gadis yang baik, dan mungkin dia akan seperti itu sampai akhir hidupnya. Jika kebenaran adalah seorang Ibu yang kejam, maka sebuah kebohongan adalah gadis yang baik.

  Dan yang baik itupun sendiri adalah sebuah kebohongan.

  "Um, well, sebenarnya," Yuigahama memulai kata-katanya.

  Dia mengangkat wajahnya dan menatapku. Matanya dipenuhi dengan air mata, dan dia terus menatapku tanpa memalingkan wajahnya. Akulah sekarang yang sedang memalingkan wajahku.

  "...kamu bodoh."

  Dengan kata-katanya itu, Yuigahama berbalik dan pergi berlari. Tetapi setelah beberapa meter, langkahnya melambat dan dia berjalan di sebuah trotoar.

  Aku melihatnya sampai dia benar-benar pergi, dan aku membalikkan badanku.

  Yuigahama mungkin pergi ke Saizeriya dimana yang lainnya sudah menunggunya. Tetapi itu bukan urusanku.

  Aku benci berkumpul dengan orang-orang.

  Dan aku benci gadis yang baik.

  Mereka akan mengikutimu kemanapun kau pergi dan mereka seperti ada dimana-mana, seperti cahaya bulan ketika malam. Jarak dirimu dengannya tak bisa dikatakan dengan kata-kata.

  Kamu tidak bisa berhenti berpikir tentang mereka setelah kamu berkenalan dengan mereka dan hatimu berbunga-bunga ketika mengirim pesan kepada mereka. Ketika mereka menelponmu, setelahnya kamu akan menatap history panggilan teleponmu setiap hari.

  Tetapi aku tahu bagaimana cara kerjanya. Itu kebaikan yang kumaksud. Aku lupa kalau mereka yang bersikap baik kepadaku ternyata juga bersikap baik ke yang lainnya. Bukannya aku tidak merasakan kebaikan hatinya atau lainnya. Tidak, aku merasakannya. Bahkan kamu bisa merasakan kalau aku benar-benar merasakannya. Dan karena itu, aku sekarang alergi dengan hal itu.

  Aku sudah mengalaminya sekali. Seorang penyendiri berpengalaman yang pernah sekali tergigit, maka tidak akan tergigit untuk kedua kalinya. Menyatakan cinta seperti hukuman dari permainan batu-kertas-gunting, surat cinta palsu yang ditulis para laki-laki adalah hasil didikte oleh gadis yang disukainya - Aku tidak ingin terlibat di dalamnya. Aku adalah veteran dari sebuah pertempuran. Tidak ada yang tahu rasanya kalah lebih baik daripada aku.

  Selamanya memiliki ekspektasi dan selamanya selalu salah mengambil kesimpulan - dalam beberapa hal aku lebih baik menyerah saja daripada mendapat janji palsu.

  Oleh karena itu aku selamanya membenci gadis yang baik.

  







x Volume 2 | END x







  Kunjungan tempat kerja ini, merupakan pilihan Hayama yang satu grup dengan Hachiman. Menjadi ramai karena semua grup di 2F memilih tempat yang sama dengan Hayama. Tentunya semua tahu alasannya, karena ingin dekat dengan Hayama.

  ...

  Yui oleh Hiratsuka-sensei dianggap faktor luar yang membuat kalkulasi Sensei kacau. Artinya, Sensei memiliki rencana terhadap keberadaan Hachiman dan Yukino di Klub Relawan.

  Ini terjawab di vol 9 chapter 5. Sensei menginginkan Hachiman menjadi orang yang membuat Yukino terbuka.

  ...

  Saya tidak bisa berkomentar banyak soal percakapan Hachiman dengan Yui, karena mereka sudah menjelaskan sendiri apa yang sedang mereka bicarakan.

  Di vol 3 chapter 6 Hachiman dalam monolognya mengatakan tahu kalau Yui mencintainya. Dan cinta itu karena Hachiman menolong anjingnya.



1 komentar: