Rabu, 08 Juli 2015

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol 10 Chapter 2 : Seperti biasanya, Yukinoshita Haruno membuat suatu masalah menjadi besar






x Chapter II x







  Aku memandangi langit musim dingin yang cerah dan monorail yang baru saja melintas di atas kepala kita.

  Berdiri di sampingku, Komachi yang juga melihat pemandangan barusan. Lalu, dia menghembuskan napas dinginnya seperti sedang kelelahan.

  "Maaf sudah membuatmu ikut."

  "Sebaiknya begitu." Komachi menjawabnya dengan nada kasar. Responnya mirip seperti kucing kami, Kamakura. Seperti itulah reaksinya setiap aku panggil namanya. Baik majikan dan kucingnya sepertinya memiliki sifat yang tidak jauh berbeda.

  "Mau bagaimana lagi, Aku ingin membelikannya hadiah juga, jadi kurasa ini bukan masalah," kata Komachi, dan kalimat tersebut diikuti hembusan napas dingin. "...Lagipula, ini adalah terakhir kalinya aku mau menemani keluar bersama onii-chan, bukan?"

  "Kata-katamu barusan seperti mengatakan bahwa aku akan segera mati saja, apa-apaan senyummu tadi..."

  Dia seperti hendak membuat kenang-kenangan terakhir untuk pasien stadium akhir. Buatlah film dari cerita seperti itu dan kau akan menghasilkan air mata seperti film Doraemon. Meski begitu, sakit parah atau tidak, jika Komachi mulai membenci onii-chan, Aku sendiripun tidak akan bertahan lama...

  "Bukan itu maksudku...Maksudku tadi adalah 'lain kali aku tidak akan menemanimu keluar'." Komachi membuat tatapan ringan seakan-akan mencoba mengingatkanku.

  Tidak, begini-begini aku sudah paham maksudmu tadi...

  Aku bisa memahami maksud Komachi ketika dia bilang "lain kali". "Janji itu", meski Aku sendiri tidak yakin bahwa aku sendiri pernah menyetujui janji itu. Masalahnya adalah kapan, dimana, dan bagaimana untuk menanyakannya. Aku sendiri tidak punya pengalaman untuk pergi bersama orang dan ketika menghadapi situasi seperti ini terasa betul kekuranganku. Bagaimana sebenarnya cara orang-orang mengajak orang lain untuk pergi bersama mereka?

  Sebaiknya kupikirkan hal itu nanti saja.

  Untuk saat ini, masalahku sekarang adalah apa yang akan kulakukan hari ini.

  Kemarin, setelah kita tiba di rumah sepulangnya dari kuil, Yuigahama mengirimkan e-mail mengenai membeli hadiah ulang tahun.

  Tempat pertemuannya adalah di depan Stasiun Chiba Vision. Lokasi yang cukup jelas dan mudah dimengerti. Segera setelah kita keluar dari stasiun, kita dengan mudah melihat tempat pertemuannya. Begitu pula sebaliknya apabila kita berjalan menuju stasiun. Ketika aku memikirkannya, aku mempercepat tempo napasku.

  Tidak lama setelahnya, Yuigahama berjalan ke arah kami dari gerbang tiket. Setelah melihat kami, dia melambaikan tangannya. "Yahallo!"

  "Ya."

  "Yui-san, yahallo juga!"

  "Maaf sudah telat!"

  Yuigahama yang memakai mantel berwarna krem berlari menuju arah kami dengan bunyi langkah terburu-buru dari kedua sepatu bootsnya. Dari balik mantelnya, terlihat baju rajutan sepaha dan juga memakai celana jeans ketat.

  "Jadi, kita akan pergi kemana?"

  "Aku pikir kita bisa berputar-putar dahulu sebentar lalu baru memutuskan apa yang kita beli," kata Yuigahama sambil menunjuk ke beberapa toko di sekitar stasiun.

  "Lalu, kita akan mulai dari mana?"

  Komachi mengikuti kemana Yuigahama pergi dan aku juga mengikutinya dari belakang.

  Chiba adalah surga belanja.

  Berbicara tentang toko yang biasanya didatangi anak SMA, biasanya adalah PARCO.

  Teman bagi kaum muda Kota Chiba : PARCO. Seperti orang-orang dengan selera fashion yang modis, generasi muda yang gaul, biasanya memiliki opini berbeda tentang dimana biasanya mereka membeli baju, dan disini mereka terpecah antara memilih PARCO atau LaLaport. Dan kalau membahas tentang PARCO sendiri, ada persaingan terselubung antara toko milik grup PARCO Chiba dan grup PARCO Tsunadanuma.

  Berhenti! Mari kita semua bersatu! Kita semua adalah warga Chiba, bukan!? Meski Tsunadanuma berada di Narashino!

  Setelah berjalan sejenak, Yuigahama menunjuk. "Ah, ayo kita pergi ke C-One dahulu!"

  C-One. Aku tahu tempat itu. Restoran ICHIRAN juga berada disana.

  ICHIRAN memakai sistem tempat duduk pelanggan yang diberi sekat tinggi-tinggi. Ngomong-ngomong, sistem posisi duduk pelanggan seperti itu ternyata sudah mereka patenkan. Jadi secara teori, penyendiri memiliki sistem yang mendukung makan ramen sesuai jalan hidupnya. Agar menguntungkan, aku sebaiknya segera membuat paten tentang cara hidupku ini.

  Huruf C dari C-One sendiri mungkin adalah kependekan C dari Chiba. Sebutan ini juga melekat ke pahlawan lokal kita, Captain C. Ngomong-ngomong, ada yang tidak termasuk di dalamnya seperti pahlawan Batman Chiba, jadi tolong berhati-hati kalau melihat singkatannya.

  Mall yang kita datangi pertama kali memiliki dekorasi iklan bertuliskan "Sale Tahun Baru" di sepanjang tembok gedung. Karena mall tersebut juga memakai area di bawah jembatan untuk tempat penjualannya, kita bisa melihat suasana tersebut ketika berjalan lurus melewati jembatan. Karena ini masih dalam suasana cuci gudang tahun baru, suasana Mall sangat ramai daripada hari-hari biasanya.

  Suasana ini sepertinya sengaja dibuat khusus bagi gadis-gadis dengan semangat belanja yang tinggi agar dengan mudah melihat pakaian stylish yang sedang dijual. Bagi pria yang tidak tertarik kepada hal semacam itu, akan mengambil mundur tiga langkah, menjauhi mereka, dan bersantai di pojokan. Termasuk juga diriku.

  "Komachi-chan! Hey, coba lihat ini! Sepertinya sangat manis!"

  "Ah, kau benar! Kau bisa mengganti bagian bulunya dengan jenis pakaian lainnya!"

  "Benar khan! Kau bisa menggunakannya ketika musim panas juga!"

  Keduanya mengambil baju ini dan itu, mengobrol dan becanda. Menurutku itu normal saja, tetapi kita khan kesini hendak membeli hadiah Yukinoshita? Kita kesini tidak untuk membeli barang kita sendiri, bukan?

  Tetapi melihat mereka berdua sepertinya membuatku melihat bagaimana gadis-gadis menikmati kegiatan berbelanjanya.

  Yuigahama terlihat sibuk melepas dan memasang jaket dan aksesoris bulu, sebentar-sebentar berputar dan membalikkan badannya di depan cermin.

  Sebagai seorang pria, aku cukup bisa menahan diri ketika memasuki sebuah pertokoan, jadi aku cukup melihat-lihat mereka saja.

  Ketika aku bersikap seperti itu, Komachi mendekatiku . Dia terlihat lebih santai dari biasanya.

  "Berbelanja bersama Yui-san sangat menyenangkan..."

  "Mungkin iya bila kau membandingkannya ketika berbelanja bertiga dengan Yukinoshita..."

  Ketika kita bertiga pergi berbelanja hadiah ulang tahun Yuigahama, Aku cukup terkejut melihat bagaimana image Yukinoshita sangat jauh dari image siswi SMA yang modern.

  "Yep, ketika itu onii-chan yang membuat suasananya terasa tidak menyenangkan...Namun begitu, Yukino-san sangat manis ketika itu, bukan?" ketika berusaha membelanya, Komachi berdiri di depanku seakan-akan mengamati hal yang aneh di wajahku.

  "Ah benar, bagian itu yang membuatku terlihat kurang manis."

  "Hmm, kau terlalu lancang hinedere...."

  Tinggalkan aku sendiri.

  Mungkin agak terkesan kasar kalau memperlakukan sama diriku dan Yukinoshita.

  Setidaknya, Yukinoshita tahu apa yang cocok dengannya dan gaya berpakaiannya juga tidak terlalu berbeda dengan yang lain. Selain itu, alasan kenapa dia kesulitan menemukan hadiah ulang tahun Yuigahama karena dia tidak terbiasa untuk 'memilihkan sesuatu untuk orang lain'.

  Hal-hal seperti bersikap jujur dan agak kikuk adalah tipikal sifat dari Yukinoshita.

  Dan masalah selanjutnya adalah apa yang terjadi apabila gadis yang kikuk tersebut menerima hadiah dari orang lain.

  "Aku ke area sana sebentar untuk melihat-lihat."

  Aku meninggalkan Yuigahama dan Komachi, memutuskan untuk melihat-lihat area sekitar. Ketika aku  memang berniat hendak mencari sesuatu, di kepalaku terlintas pertanyaan ini.

  Hadiah untuk Yukinoshita?

  Apa yang sebaiknya kuberikan kepadanya?

  Yukinoshita-san yang kikuk, atau kusingkat, Kikukshita-san, tapi ngomong-ngomong, memikirkan hadiah ulang tahunmu saja sudah memberiku masalah, Kikuknon. Mengesampingkan tentang benda-benda favoritnya, dia adalah type gadis yang menyukai hal-hal yang praktis. Malahan, mungkin dia hanya tertarik ke hal-hal semacam itu. Misalnya bahan bacaan, dia mungkin sudah punya banyak karena dia tinggal sendirian, mungkin juga punya kebutuhan sehari-hari dan perlengkapan masak yang memadai. Papan datar untuk memotong juga adalah benda yang kesehariannya dia pakai di dadanya.

  Apa-apaan yang kupikirkan barusan? Jadi apa yang harus kuberikan kepadanya...?

  Ketika aku membayangkan banyak hal, ingatan tentang toko di Destinyland terlintas di kepalaku.

  Uhh, Pan-san...itu adalah sesuatu yang dia kenal baik daripada diriku.

  Aku berjalan lebih jauh dan disana terdapat toko yang menjual alat-alat yang berhubungan dengan hewan peliharaan.

  Kucing...dia juga tidak punya...Apakah benar dia tidak punya? Kupikir malah dia seharusnya sudah punya dari dulu. Bisa saja apartemen Yukinoshita memang tidak mengijinkan penghuninya memelihara hewan peliharaan. Aku bisa memberinya album foto kucing, tetapi sepertinya dia sudah punya banyak benda-benda seperti itu.

  Dengan kata lain, aku bisa saja memutuskan untuk memberinya hadiah tentang aksesoris hewan peliharaan, tetapi aku kurang yakin akan hal itu...

  Ketika aku berkeliling sambil berpikir, tanpa kusadari aku sudah kembali ke tempat awal.

  Dan disana, Yuigahama memegang beberapa baju di lengannya seperti tidak terlihat memiliki rasa lelah.

  "Loh? Komachi pergi kemana?"

  "Dia tidak bersama kamu?"

  "Aku pikir dia tadi bersamamu, Hikki..." Yuigahama berjalan pelan ke arahku, dan mencoba mengkonfirmasi itu.

  Ahh, dia melakukannya lagi, dasar bocah nakal...

  Aku sudah merasa kalau akan mengalami kejadian yang sama, pola yang sama meskipun aku memanggilnya nanti. Maksudku, aku cukup senang sudah ditemani olehnya, jadi sebenarnya bukan masalah besar, tetapi setidaknya dia mengatakannya dahulu. Ada sesuatu yang dinamakan 'persiapan mental'. Tolong jangan tinggalkan aku di hutan rimba seperti tadi...

  Yuigahama terlihat sedang memikirkan sesuatu, lalu setelah itu dia mengambil baju-baju itu di tangannya lagi, dia seperti sedang mengkonfirmasi sesuatu denganku. " Aku sepertinya sedang tidak ada ide, jadi aku menginginkan Komachi-chan untuk melihat ini... Hikki, apa kamu keberatan?"

  "Tidak masalah selama aku tidak diperlukan."

  "Ya...! Eh tunggu dulu, aku malah ingin kamu berguna saat ini."

  "Kita lihat saja nanti." kataku.

  Yuigahama berjalan menuju kamar pas, dan aku menunggunya diluar.

  "Aku berpikir mungkin sweater atau cardigan mungkin bagus karena kau bisa memakainya dengan blus. Bahkan bisa kaupakai ketika di sekolah juga." Yuigahama melepas mantelnya sambil berbicara, dan mulai melepas pakaian rajutan di baliknya.

  Aku merasa melihat ke arahnya adalah ide yang buruk, jadi aku mengalihkan pandanganku. Pakai kamar pas untuk melepas pakaian... Apakah itu karena kamu memakai kaos dibaliknya jadi kau merasa tidak masalah, huh? Itu cukup menggangguku, jadi tolong jangan lakukan itu.

  "Bagaimana dengan ini?"

  Ketika dia memanggilku, aku akhirnya bisa berbalik dengan lega.

  Dia memakai cardigan rajutan yang terlihat halus dan hangat.

  "Kau ingin pendapat apa dariku...? Bagiku, itu sudah terlihat cukup bagus..."

  Sebenarnya tidak ada jelek atau bagus. Karena pakaian itu memang terlihat cocok dengannya.

  Tetapi masalahnya adalah baju itu bukanlah hadiah untuk Yuigahama, tetapi untuk Yukinoshita. Kalau Yukinoshita memakai cardigan itu, itu akan terlihat sangat longgar ketika dipakai olehnya... Yeah, um, kalau ditanya bagian apa yang 'longgar', aku tidak mau mengatakannya.

  "Tetapi, apakah sebaiknya kamu juga mempertimbangkan baju yang seukuran dengannya juga?"

  Ketika memilih pakaian, sudah umum kalau kita akan memilih yang sesuai ukuran kita. Juga, Komachi pernah memberitahuku kalau penampilanmu adalah penting dan begitu seterusnya. Ngomong-ngomong, kenapa dia tiba-tiba muncul di pikiranku ketika membahas tentang pakaian, apa-apaan itu.

  "Ukuran..." Yuigahama mengucapkannya berulang kali sambil meremas-remas perutnya dengan tangannya. "Mungkin, ini terlalu besar untuknya..."

  Rasa putus asa tercermin di wajahnya. Lalu dia memindahkan tangan yang sebelumnya meremas-remas area perutnya ke area di atas lengannya, lalu ekspresinya semakin bertambah suram.  Kau baik-baik saja! Itu baik-baik saja! Kau memang besar, tetapi, sebenarnya kau tidak terlalu besar! Namun juga, kau tidak terlalu kecil!

  "Err, tidak apa-apa. Sebenarnya, mungkin sudah ideal, kupikir..."

  Kata-kata barusan bukanlah kata-kata penyemangat, tetapi aku sudah berusaha menghilangkan kebingungannya. Tetapi karena kesimpulanku yang barusan agak mencurigakan, Yuigahama menatapku dengan curiga. Ya ampun! Jadi aku seharusnya mengatakan apa!?

  "Maksudku, itu terlihat cocok denganmu, jadi menurutku tidak masalah."

  Entah darimana, aku berhasil mengucapkan kata-kata tersebut.

  "Ehehehe, terima kasih."

  Akhirnya, dia tersenyum. Dia mengambil cardigan tersebut dan dengan antusias melipatnya. Aku berusaha tidak menatapnya karena agak malu, namun aku menyadari sesuatu.

  "Tetapi Yukinoshita biasanya mengikuti aturan sekolah, jadi dia tidak akan memakai itu ke sekolah, bukan?"

  Sekolah kami memiliki aturan yang kurasa agak kuno. Tentu saja, aturan tentang seragam sekolah kami tidak melarang memakai sweater dan cardigan. Tetapi tidak banyak siswa yang benar-benar patuh mengikuti setiap baris tulisan aturan seragam sekolah, jadi bukanlah hal yang besar bila memakai pakaian tersebut, namun bagi siswa teladan seperti Yukinoshita, nampaknya akan mengikuti aturan tersebut setiap detailnya.

  "Oh baiklah. Benar sekali. Jadi artinya..." ketika sedang berpikir, Yuigahama berjalan ke rak dimana terdapat benda-benda kecil yang tertata rapi berisi scraf dan sarung tangan, dia masih memegang cardigan tersebut di tangannya.

  Ketika dia sedang mencari-cari di rak tersebut, akhirnya dia menaikkan nada suaranya dengan kata "Ah".

  "Imutnya! Ini sangat menyenangkan ketika aku memakainya untuk bermain dengan Sabure," kata Yuigahama, dan dia mengambil sarung tangan dengan model cakar kucing, lalu sarung tangan lainnya dengan model wajah anjing.

  Sarung tangan itu benar-benar mirip cakar dari tangan kucing. Di tangan satunya, sarung tangan dengan bentuk kepala anjing lengkap dengan telinga dan ujung jari lainnya untuk menggerakkan kedua kaki depan dari sarung tangan tersebut. Yuigahama menaruhnya di kedua tangannya dan menggerak-gerakkannya.

  "Sangat sulit untuk memegang benda ketika memakai sarung tangan ini..."

  "Sudah kuduga akan seperti itu."

  Yuigahama, berpura-pura mengerang ketika sedang berpikir, menaikkan wajahnya ke tempat bercahaya terang dan mengangkat kedua tangannya yang memakai sarung tangan tadi.

  "Terima ini! Nom!"

  Lalu dia menggigit tanganku dengan sarung tangan anjingnya.

  "...Be-beraninya kau," kataku, aku tidak ingin masuk ke permainannya.

  Lalu, wajah Yuigahama berubah memerah. Jika kau tidak ingin mendapat malu, jangan lakukan itu lagi. Itu sangat memalukan juga bagiku. Aku melepaskan tanganku dari gigitan sarung tangannya dan memutar-mutar tanganku setelahnya. Pemanas ruangan di toko ini nampaknya bekerja dengan baik.

  "Terserah kamu, tetapi dia tidak akan memakai itu di luar hanya karena desainnya."

  "...Kau benar." Yuigahama mengangguk.

  Malahan, Aku sangat yakin Yukinoshita tidak akan memakai benda tersebut diluar seragam sekolah yang sudah ditentukan. Apa sebenarnya dia pasti akan memakai benda-benda yang diberikan orang lain...? Tidak, mungkin itu tidak benar. Jika hadiah itu berasal dari Yuigahama, maka dia sebenarnya merasa senang ketika memandangi kedua sarung tangan itu di tangannya.

  "Mungkin, kita harus coba mencari barang lainnya..." Yuigahama menaruh kembali sarung tangan tersebut, berpikir, dan terus mencari-cari di rak tersebut.

  "Ah, ini mungkin bagus." kata Yuigahama, dan dia mengambil sepasang kaus kaki yang bermotif kaki kucing.

  "Kaus kaki, huh? Sepertinya dia akan kesulitan ketika memakainya dengan sepatu."

  "Ini hanya kaus kaki di dalam ruangan! Dia pasti tidak akan menggunakannya untuk kegiatan diluar ruangan kalau melihat designnya seperti itu."

  Dengan logika seperti itu, aku cukup yakin dia tidak akan memakai sarung tangan yang sebelumnya juga... Karena dia juga mengatakan itu, aku baru tahu kalau bagian alas dari kaus kaki tersebut ada karet tambahan, yang bermotifkan cakar kucing berwarna pink.

  "Justru karena hanya dipakai di dalam ruangan, Dia tidak perlu takut akan terlihat oleh orang lain...Bagaimana menurutmu?"

  "Ya mungkin saja dia menyukainya."

  Kupikir Yukinoshita akan senang apapun hadiah yang diberikan oleh Yuigahama. Titik penting masalah ini bukan dari apa barangnya, tetapi siapa yang memberinya. Ini seperti sebuah pepatah, 'yang penting bukan apa yang dikatakannya, tetapi siapa yang mengatakannya'.

  "Baiklah, Aku akan memilih ini." Yuigahama mengumpulkan barang-barang tadi di tangannya dan menuju ke kasir. Diantara barang-barang itu, ada cardigan dan dua sarung tangan dari rak sebelumnya. Kau memberinya sarung tangan cakar kucing juga, huh?

  Yang jadi pikiranku adalah, sarung tangan cakar kucing dan kaus kaki kucing.

  Apa mereka menjual ekor kucing juga disini?
  



  
x x x




  Sekarang, giliranku untuk mencari hadiah untuknya. Toko yang sebelumnya ternyata tidak menjual ekor kucing.

  Pada akhirnya, kita tiba disini, SOGO. Nama tempatnya sendiri nampaknya cukup mudah diingat dan sangat populer.

  Biasanya, Aku langsung menuju ke area dimana mereka menjual baju pria, tetapi hari ini, kita akan membeli hadiah ulang tahun untuk Yukinoshita. Artinya, daerah yang akan kita tuju adalah area dengan mayoritas pelanggan wanita.

   Seperti yang kupikirkan barusan, Aku tidak punya pengalaman apapun dengan barang-barang wanita, jadi Yuigahama akan membantuku untuk memilihnya.

  Saran umum dari Yuigahama adalah untuk ke bagian konter yang menjual pakaian mode barat sekalian melewati toko aksesoris.

  "Kita juga bisa berjalan-jalan untuk melihat-lihat dahulu, bukan? Seperti sarung tangan, aksesoris, syal, atau barang-barang model terbaru..." kata Yuigahama.

  Aku memasuki toko tersebut sambil melihat-lihat.

  Karena Yuigahama memberiku saran dari jarak yang cukup dekat, untuk sekarang, aku tidak sedang diawasi oleh karyawan toko ini dan tidak ada satpam mall yang sedang berpatroli di dekatku. Dulu aku pernah datang ke toko ini sendirian, dan seketika langsung ada karyawan mendatangiku dan bertanya, "Apa yang sedang kaucari?" dan terus mengawasiku setiap saat sedang aku sendiri merasa tidak nyaman diawasi karyawan toko ini. Aku mendapatkan informasi tersebut dari seorang sumber yang pernah datang bersamaku beberapa waktu yang lalu. Aku paham kalau terlihat aneh apabila ada seorang laki-laki datang sendirian berada disini, tetapi umm, bisakah kau beri sedikit toleransi ke mereka karena itu akan sangat membantu...

  Aku berjalan dari rak satu, ke rak lainnya dan tidak mempedulikan apakah karyawan toko ini sedang mengawasiku atau tidak, lalu Yuigahama tiba-tiba berhenti. Disitu tertulis "Eyewear".

  Apa-apaan tulisan "Eyewear"? Tulis saja kacamata.

  Seperti yang kukhawatirkan, Yuigahama menepuk pundakku.

  Ketika aku membalikkan badanku, Yuigahama berpose bangga dengan memakai kacamata dan bermaksud memamerkannya kepadaku. "Hmhm. Apa aku terlihat pintar atau bagaimana?"

  "Jika kau menyamakan memakai kacamata berarti bertambah pintar, maka itu sudah cukup lucu tanpa aku mengatakan komentarku..."

  "Diam kau, dasar bodoh," kata Yuigahama dengan jengkel. Lalu dia mencoba satu persatu design kacamata tersebut. Aku mengambil satu dan mencobanya.

  Ohhh, ternyata tiap kacamata memiliki fungsi yang berbeda beda, huh?

  Mereka memiliki desain yang berbeda-beda, tetapi nampaknya juga memiliki fungsi yang berbeda-beda. Disitu ada deskripsi tentang kacamata tersebut yang tertulis anti-pollen, blue light cut, dan seterusnya. Selain untuk membantu membuat penglihatan yang lebih baik, mereka juga membuat jenis-jenis kacamata untuk kebutuhan tertentu, tentu masuk akal kalau harganya cukup mahal.

  Ketika aku melanjutkan observasiku, Yuigahama menarik lenganku dan berkata. "Ah Hikki, kau harusnya coba yang ini. Yang ini nih."

  "Ehhh..."

  Ini pasti situasi dimana aku akan dipermainkan... Aku diam saja seperti mencurigai sesuatu dan Yuigahama memaksaku untuk memakai kacamata itu.

  "Ayo, cepat!"

  Aku sudah menyiapkan mentalku untuk memakai kacamata itu. Per...sona...! Ngomong-ngomong, aku suka Persona 3 daripada yang 4, jadi apabila sesudah ini aku tiba-tiba bisa mensummon sesuatu, tolong berikan aku pistol untuk menembak kepalaku.

  "Bagaimana penampilanku?"

  Aku memakai kacamata itu dan menaikkan frame tengahnya dengan telunjukku. Yuigahama lalu mengejekku. "Sangat jelek!"

  "Diam kau...."
  
  Itulah mengapa aku tidak mau memakainya...Aku melepas kacamata tersebut, lalu Yuigahama memberiku sepasang kacamata lainnya dengan desain yang berbeda.

  "Oke, selanjutnya adalah...ini!"

  "Tidak."

  "Jangan menjadi perusak suasana. Ini pakai!" kata Yuigahama, memaksaku untuk memakai kacamata itu.

  Arghh, sangat mengganggu...Aku membetulkan posisi kacamata yang agak nyangkut di telingaku dan nampaknya memberikan ide baru lagi bagi Yuigahama.

  Ketika aku melakukannya, Yuigahama menatapku dengan mulut terbuka.

  "..."

  "Suaramu hilang entah kemana?"

  Maksudku, Sebenarnya Akulah yang menjadi korbannya, tetapi kenapa dia malah diam saja...? Ekspresiku berubah menjadi penuh tanda tanya dan Yuigahama mendekatiku, dan menggerakkan tangannya.

  "Ah, tidak-tidak. Tidak apa-apa...Hanya saja, agak terkejut melihat kacamata ini sangat cocok denganmu."

  "...Owh, terima kasih."

  Dipuji seperti itu membuat diriku seperti sulit untuk berkata apa-apa.

  Masih saja terkejut, huh?

  Ketika aku tahu itu, kupikir masih banyak hal-hal yang tidak kuketahui. Seperti Yuigahama yang biasanya tidak memakai kacamata akan terlihat cocok ketika memakainya.

  Diriku juga sama.

  Sebelumnya, aku tidak tahu akan hal itu.

  Tidak hanya tentang Yukinoshita, juga tentang Yuigahama juga.

  Namun sekarang, itu hanyalah bagian kecilnya saja. Sangat jauh dari kata memahami sesuatu dan bahkan jauh dari kata ideal, meski begitu, kita bertiga memang telah menghabiskan waktu bersama yang cukup lama. Meski lebih dari setengah tahun pada kenyataannya tidak bisa dikatakan waktu yang lama. Tetapi kalau diingat-ingat lagi, aku memang hanya tahu sedikit tentang dirinya.

  Yukinoshita Yukino yang kutahu...

  Bagaimana Yukinoshita menghadapi permintaan Yuigahama, bagaimana dia menyukai kucing, dan bagaimana dia memeluk boneka Pan-san ketika menonton video tentang kucing di hari liburnya.

  Pada kenyataannya, aku memang mengetahui sedikit tentang dirinya.

  Jika Yuigahama akan memberinya kaos kaki kucing, mungkin aku juga akan memberinya sesuatu yang cocok dipasangkan dengan hadiah itu.

  Aku hanya berharap dia bisa menghabiskan waktunya dengan hangat dan nyaman sebisa mungkin.






x x x





  Berjalan cukup lama setelah berbelanja membuat kami berinisiatif untuk beristirahat, dan memutuskan untuk bersantai di kafe. Sebenarnya bisa saja kita menuju ke gerai Starbuck yang berada di luar, namun musim ini sangat dingin dari biasanya. Juga, Aku tidak begitu paham bagaimana proses memesan minuman disana, jadi Aku tidak ingin pergi kesana untuk hari ini.

  Jadi, aku memilih untuk pergi ke tempat dimana aku cukup terbiasa untuk memesan pesananku.

  "Tidak apa-apa kalau kupilih tempat ini?"

  "Tentu."

  Aku memastikannya dahulu ke Yuigahama sebelum kita memasuki kafe yang berada di SOGO. Kafe tersebut memiliki suasana yang santai meskipun pada kenyataannya letak kafenya berada di dalam pertokoan yang ramai.

  "Tolong carikan tempat untuk dua orang."

  Aku memberitahu pelayan kafe tersebut tentang jumlah orang di grup kita dan kami diarahkan ke tempat dimana memiliki kapasitas kursi untuk empat orang. Lokasi kami bersebelahan dengan jendela dimana kami bisa melihat Stasiun Chiba hanya dengan menoleh sebentar. Setelah mempersilakan Yuigahama duduk, aku memandangi Stasiun Chiba yang membentang di belakangnya.

  Aku tidak sengaja melihat Monorail melintas dan entah mengapa, membuatku berpikir semaju apa kota Chiba sekarang. Chiba adalah salah satu kota futuristik yang pernah ada, dan aku serius dengan itu.

  Pandanganku ketika melihat Monorail tersebut tiba-tiba tertutupi oleh seseorang yang duduk bersebarangan denganku.

  "Oh, itu Hikigaya-kun."

  Orang tersebut juga duduk di sofa dengan punggung membelakangi jendela. Dia memakai kemeja berwarna putih berpola, dan aksesoris rantai emas bergantungan di bagian dadanya. Itu membuatnya terlihat berkilau seperti cahaya yang berada di sekitarnya berkumpul dan terkonsentrasi ke dirinya, tetapi kenyataannya, sifat cerianya, dan senyum di matanya terlihat lebih gelap dari warna langit yang cerah. Setelah memperbaiki letak hiasan tali merah yang melingkari kemejanya, Yukinoshita Haruno memanggil namaku.

  Setelah memanggilku, Yuigahama menatap ke arahnya dan mengatakan sesuatu sambil terkejut. "Haruno-san...er"

  Yuigahama lalu memindahkan pandangannya ke seseorang yang berada di depan Haruno-san. Seorang pria memakai jaket hitam dengan kaos berwarna abu-abu, bercampur dengan warna hitam dan putih. Mata berwarna coklat, rambut berwarna agak keemasan, dan juga terkejut melihat kita, Hayama Hayato berusaha tersenyum.

  "Oh, ternyata ada Hayato-kun juga."

  Aku mengangguk kecil. Kami tidak mengatakan satu kata-pun dan suara yang terdengar hanya alunan musik jazz. Bercampur dengan suara jazz, suara kursi-kursi sedang ditarik keluar untuk diduduki.

  "Aku cukup yakin sudah cukup lama kita tidak bertemu, Gahama-chan," kata Haruno yang secara alami sepertinya berusaha terbiasa dengan posisi meja kita.

  Lain halnya dengan Hayama, dia mengambil napas pendek, mengisi buku tagihan kafe, dan duduk di depanku.

  "Kalian berdua sedang kencan? Dasar anak nakal. Seperti sedang menikmati pertemanan di masa muda. Yukino-chan tidak bersamamu?" Haruno-san berpura-pura meninju tubuh Yuigahama dengan sikutnya lalu melihat ke arah pintu masuk kafe.

  "Sebenarnya kami berdua ini sedang membeli hadiah untuk Yukinon..."

  "Ah, benar juga, ini hampir ulang tahunnya, bukan...Aku mengerti." Haruno-san mengangguk ketika mendengarkan Yuigahama, lalu dia mengambil handphonenya dan memanggil seseorang.

  Melihat sikap Haruno, Hayama tiba-tiba berkata. "...Aku tidak yakin dia akan datang."

  "Tidak, malah aku sangat yakin dia akan datang hari ini," kata Haruno-san dengan senyum misterius.

  Bunyi dering panggilan akhirnya bercampur dengan suara latar kafe tersebut.

  Setelah berdering dua kali, tiga kali, dan beberapa kali sesudahnya, panggilan tersebut terhubung, dan ada suara kecil menjawabnya.

  [Hello...]

  "Ah, Yukino-chan? Ini onee-chan. Bisakah kamu kesini sekarang?"

  [Aku tutup sekarang teleponnya.]

  Cepat sekali! Yuigahama dan Hayama yang mendengarnya tiba-tiba tersenyum kecil. Tetapi Haruno-san nampaknya sudah sangat terbiasa dengan reaksi tersebut dan tidak membeli begitu saja dan melanjutkan dengan nada isengnya.

  "Oh ya? Apa kamu yakin mau menutup teleponnya sebentar lagi?"

  [...Ada apa ini?]

  Haruno-san terlihat sedang menyeringai.

  "Sebenarnya, sekarang Aku sedang bersama Hikigaya-kun!"

  [Lagi-lagi berbohong seperti itu...Sudah cuku     ]

  "Ini kuberikan kepadamu, Hikigaya-kun."

  Sebelum Yukinoshita menyelesaikan kalimatnya, Haruno-san memaksaku untuk menerima teleponnya.

  "Apa? Eh?"

  Aku kebingungan antara Haruno-san dan handphone di tanganku, tetapi dia berpura-pura bodoh dengan menyembunyikan tangannya dibalik tubuhnya. Nampaknya dia memang tidak mau melanjutkan teleponnya. Di lain pihak, Yukinoshita sepertinya berusaha mengkonfirmasi dengan Haruno-san. Kurasa aku memang harus menjawabnya...

  "Ah...halo?" jawabku. Aku tidak tahu harus berbicara apa. Ketika selesai menjawabnya, Aku mendengar dia menghembuskan napas yang sangat berat.

  Setelah terdiam sejenak, dia mengatakan sesuatu.

  [Tidak bisa kupercaya...Kenapa kau ada disana?]

  Itulah yang sebenarnya ingin kutanyakan. Kami seharusnya kesini hanya untuk berbelanja... Kenapa aku bisa berada di tempat ini? Kenapa aku disini?

  "Aku tidak sengaja bertemu dengannya ketika sedang berbelanja..."

  [Tidak apa-apa. Aku akan segera kesana, jadi kembalikan saja handphonenya ke Nee-san.]

  "...Ya, maafkan aku."

  Aku malah mengakhiri kata-kataku dengan meminta maaf.

  Aku memberikan kembali handphonenya ke Haruno-san. Dia sepertinya berbicara sesuatu dengan Yukinoshita tentang lokasi kita dan setelah itu menutup teleponnya.

  "Sepertinya Yukino-chan akan datang," kata Haruno-san, diikuti senyum puas.

  Yuigahama berbicara karena merasa bingung. "Um, mengapa kamu memanggil Yukinon kesini? Dia sepertinya tidak mau datang pada awalnya..."

  "Hmm? Ahh, sebenarnya, kita memiliki acara makan malam keluarga besar setelah ini, tetapi Yukino-chan menolak untuk ikut. Tetapi kalau ada Hikigaya-kun dan dirimu disini, dia tidak punya pilihan lain lagi, bukan?"

  "Apa kau menganggap kami semacam sandera atau sejenis itu?"

  "Jangan mengatakannya seolah-olah kami ini penjahat. Tetapi bukankah akan menjadi cerita menarik apabila dia terburu-buru kesini demi teman-temannya yang tertawan?"

  "Itu membuatku berpikir siapa sebenarnya Raja Jahat dan Tiran diantara kita..."

  "Oh, kita punya Bocah Penceramah disini," kata Haruno-san, mempermainkanku dengan puas.

  Yuigahama memiringkan kepalanya dengan kata "Huh?" Hayama hanya diam tersenyum melihatnya.

  Ketika aku mulai meragukannya, Yuigahama tiba-tiba mengganti topiknya untuk mendinginkan suasana. "Ngomong-ngomong, acara makan malam dengan keluarga besar terdengar hal yang bagus! Semua orang bersama-sama, semacam itu..."

  Yuigahama mengatakan itu sambil menatap Hayama. Seperti menangkap maksudnya, Hayama menjelaskan sesuatu.

  "Kedua orang tua kami adalah teman dekat dari dulu... Dulu ketika mereka memiliki ide untuk membuat acara tahun baru bersama, mereka mengusulkan untuk membuat acara makan malam bersama-sama. Jadi aku kesini hanya menemani mereka saja."

  "Ohh.." Yuigahama mengangguk.

  Haruno san berusaha mencium aroma minuman di cangkirnya lalu mengambil napas panjang. " Keluarga kita dan kerabatnya sebenarnya tidak punya waktu luang ketika tahun baru dan sebelum tanggal empat bulan ini dimana berakhirnya libur kerja. Jadi satu-satunya hari dimana kami bisa mengumpulkan kenalan keluarga kami hanyalah hari ini."

  Sepertinya, itu adalah kebiasaan tahunan dari keluarga Yukinoshita. Tetapi apabila mereka hendak pergi makan setelah ini, berarti orang tua Yukinoshita sedang berada di dekat sini...Aku sangat ingin bertemu dengan mereka.

  Aku berusaha melemaskan keteganganku dan mencoba memperhatikan sekitar. Namun dirinya yang duduk berseberangan secara diagonal denganku, tertawa kecil, akupun sangat mudah melihat kebiasaan liciknya dari sini.

  "Orang tua kami sedang menghubungi yang lainnya sekarang. Kita tinggal tunggu kabar dari mereka saja."

  "Ahh."

  Aku menerimanya begitu saja ketika diberitahu. Dalam keadaan apapun ketika teman bisnis dari orang tua sedang ada kegiatan, mereka biasanya membiarkan anak-anak mereka bermain bersama. Dulu, ketika Ibuku sangat aktif di perkumpulan Ibu-Ibu di kantornya, dia meninggalkanku bermain dengan anak-anak lainnya. Tapi lihat kenyataannya, orang tua mungkin bisa berteman baik, tetapi tidak dengan anak-anak mereka... Itu memang momen yang aneh dalam hidupku.

  Mendengarkan penjelasan tadi, membuat Yuigahama berpikir. "Membuat pertemuan semacam ini pasti sangat berat, huh?"

  "Karena kita melakukannya tiap tahun, jadi aku sudah terbiasa dengan itu. Tetapi aku tidak berpikir kalau itu sangat berat untuk dilakukan... Sangat mengejutkan kalau kebiasaan ini terus berlanjut, atau mungkin lebih tepat kusebut tradisi," kata Haruno-san.

  Ada sesuatu yang kita sebut dengan sebuah perkumpulan, apakah itu berhubungan dengan Yukinoshita atau bahkan dengan Hayama yang tidak datang ke acara kunjungan kuil kemarin.

  Keluarga yang terkemuka, atau bisa dikatakan ter-hormat, mungkin memiliki tradisi unik sendiri-sendiri. Bagi orang awam, terdengar seperti sebuah cerita karangan saja, tetapi pada kenyataannya memang seperti itu. Biasanya sebuah keluarga yang memiliki perkumpulan semacam itu tidaklah jarang. Hanya saja Aku tidak tahu banyak tentangnya, dan lebih kaget lagi, kupikir banyak sekali keluarga yang memiliki komunitas unik.

  Bahkan orang awam seperti kita kadang memiliki satu atau dua kegiatan yang diturunkan turun temurun dari keluarga. Jika itu menjadi patokan strata sosial keluarga, maka itu akan dilakukan sebagai kewajiban.

  Haruno-san mengetuk mejanya. "Ngomong-ngomong, hadiah apa yang kau beli tadi?"

  Sambil berbicara, dia mendekat ke Yuigahama yang duduk di sofa yang sama. Yuigahama membungkuk dan membuka tasnya.

  "Um...Aku membelikannya kaos kaki dalam ruangan..."

  "Ohh, memang lantai rumah untuk tahun ini lebih dingin dari biasanya."

  "Benar khan! Jadi waktu terakhir kali Aku pergi ke rumah Yukinon, Aku merasa lantainya sangat dingin."

  "Oh, Aku sangat setuju denganmu. Aku sendiri tidak begitu terbiasa dengan dingin."

  Berbanding terbalik dengan pembicaraan 'antar gadis', para pria, Hayama dan Aku, tidak ada yang bisa dibicarakan dan hanya diam mendengarkan mereka.
  
  Tapi bagi Hayama, sepertinya dia tidak terbiasa diam begitu saja dan berbicara dengan suara pelan.

  "Hadiah ulang tahun, huh...?" Hayama menatapku. "Kau tadi membeli apa?"

  "Ahh, hanya sebuah barang."

  "Oh...begitu." Hayama mengalihkan pandangannya, sepertinya juga tidak mau menekanku lebih jauh.

  Sejak itu, Hayama hanya memperhatikan percakapan Haruno-san dan Yuigahama, dan sesekali meresponnya. Tangan hayama memegang gelas minumannya, dan di tangan satunya ada jam tangan miliknya yang berdetik lambat.

  Yang kulakukan hanyalah memperhatikan itu dengan mataku.

  Tangannya merubah terus posisinya seperti sedang sengaja diarahkan, dengan tempo yang sama tanpa memasuki area milik orang lain. Seperti sebuah ritme revolusi, kadang ada di sini, lalu kembali ke situ, dengan gerakan yang hampir sama. Meskipun begitu, memang terlihat tidak sama. Sementara tangan satunya dengan arloji tetap diam di posisinya, waktu yang mewakili suasana di dunia ini.

  Tiba-tiba, Haruno-san yang sudah melihat hadiah Yui berkata. "Meski sudah lama tidak melakukannya, sepertinya aku akan memberinya hadiah juga." Lalu dia memindahkan pandangannya. "Benar kan, Hayato?"

  "...Benar."

  Hayama menjawabnya dengan mengangkat bahunya lalu memindahkan pandangannya ke arah luar jendela. Mengalihkan tatapannya dari pusat cahaya di kota ini, yang sebenarnya bukan.

  Aku melihat ke cermin dimana ada pantulan Hayama, sekarang yang ada di pikiranku hanyalah apa yang pernah Hayama berikan ke Yukinoshita di masa lalu.






x x x






  Waktu yang membosankan berlalu begitu saja.

  Tiga puluh menit sudah berlalu semenjak Haruno-san memanggil Yukinoshita. Seharusnya dia akan tiba sebentar lagi jika dia langsung pergi dari apartemennya. Namun melihat siapa yang memintanya datang, mungkin agak mustahil dia langsung berdiri dan pergi kesini.

  Kopi yang kuminum sudah lama habis dan poci teh yang tadinya ada uap panas sudah menjadi dingin.

  Yuigahama yang berada di sebelahku, menaikkan suaranya seperti sedang mengenali sesuatu. Melihat arah pandangannya dan aku melihat Yukinoshita dengan tergesa-gesa berjalan ke arah kami.

  "Yukinoon, disini!" kata Yuigahama dengan melambaikan tangannya.

  Yukinoshita melihatnya dan berjalan ke arah tempat duduk kita.

  "Yuigahama-san...kamu disini juga?" kata Yukinoshita dengan terkejut. Memang kita tadi tidak menyebut namanya di telepon.

  "Benar, Umm...Tadi aku sedang berbelanja dengan Hikki dan bertemu dengan Haruno-san juga..."

  "Berbelanja...Oh...B-Begitu..."

  Aku kurang yakin apakah dia harusnya menjelaskan apakah kita kesini sekedar berbelanja hadiah ulang tahunnya atau tidak, ketika Yuigahama terpeleset lidah tadi. Yukinoshita sedang memandangi Yuigahama dan diriku dengan curiga ketika mendengarnya tadi.

  "Ngomong-ngomong, duduklah," kata Yuigahama.Dia menggeser tempat duduknya dan membuat ruang untuk Yukinoshita duduk disana.

  Pastinya, Dia tidak akan mau duduk dimana dia berhadapan langsung dengan Haruno. Lalu dia menundukkan tubuhnya ke Yuigahama. "Aku meminta maaf kalau kakakku sudah mengganggumu."

  "Oh tidak apa-apa." Yuigahama menjawabnya dengan melambai-lambaikan tangannya.

  Yukinoshite mengangkat wajahnya pelan-pelan dengan perasaan lega. Lalu dia menghadap ke arahku, melihat apa yang sedang kulakukan dengan tatapan agak ke atas.

  "Hikigaya-kun juga, um.."

  "Bukan masalah besar. Akupun sedang tidak ada kerjaan sebenarnya."

  Aku sebenarnya tidak ada rencana apapun ketika kami selesai berbelanja. Nyatanya, aku cukup senang karena tidak berduaan dengan Yuigahama. Meski begitu, berkumpul dengan mereka di kafe ini juga bukan kegiatan yang bagus.

  Dan pelaku dari semua kejadian ini sedang memasang senyum provokatif dan berusaha menjahili dengan menyapa Yukinoshita.

  "Yukino-chan, kau lamaaaaa sekali."

  "Kau cukup berani bersikap tenang mengingat kaulah orang yang memaksaku pergi kesini..."

  Yukinoshita memberinya pandangan tajam sementara Haruno-san terlihat tenang-tenang saja. Yuigahama yang terjebak diantara keduanya hanya tersenyum kaku. Super Smash dari Yukinoshita bersaudara! Tolong jangan arahkan kepadaku...

  "Kenapa harus mengeluh dia terlalu lama? Sepertinya Yukino-chan terburu-buru kesini dan sudah berusaha secepat mungkin..."

  Suara yang berusaha menengahi dan menurunkan tensi situasi. Karena aku tidak terbiasa mendengarnya memanggil dia dengan nama seperti itu, aku secara spontan menoleh kepadanya. Pemilik suara tadi, Hayama Hayato, telah melakukan blunder maut dan buru-buru menutupinya dengan senyum.

  "....."

  Yukinoshita memandang tajam ke arah Hayama, nampaknya dia juga terkejut, dan menggangkat bahunya.

  "Yukinoshita-san, kau mau memesan minum?"

  "...Aku pesan teh hitam kalau begitu."

  Setelah dia mengatakan pesanannya, Hayama pergi mengatakan ke pelayan pesanan Yukinoshita. Setelah teh hitamnya datang, Haruno-san mengambil napas panjang.

  "Nampaknya sudah lama sekali sejak kita minum teh bersama terakhir kali, ya?"

  "Benar juga."

  "...."

  Ketika Hayama menjawabnya sambil mengangguk, Yukinoshita hanya memejamkan matanya sambil memegangi cangkir tehnya. Lalu pembicaraan tidak berjalan sama sekali, Yuigahama mencoba mencairkan suasana dengan membuat pembicaraan baru.

  "Ah, umm...Lagipula kalian dan Hayato-kun khan memang sudah kenal sejak lama."

 "Yep, yep. Kau tahu Hayato ketika kecil dulu? Karena itu orang tuanya juga memperlakukan kita dengan baik. Benar enggak, Yukino-chan?"

  "Aku tidak berpikir seperti itu."

  "Itu tidak benar. Tidak hanya orang tuaku saja, teman-teman orang tuamu juga."

  Meskipun Haruno-san berbicara terus dan meskipun Hayama terus tersenyum sembari menjawab, Yukinoshita tidak merubah sikapnya sama sekali. Tetapi Haruno-san tidak membeli itu dan meneruskan pembicaraannya.

  "Sangat nostalgia...Dulu ketika kita masih kecil, setiap orang tua kita ada urusan bisnis, akulah yang selalu menjaga kalian berdua."

  Mendengar itu, Yukinoshita merubah ekspresinya dan merasa kesal. "Kau pasti tidak bisa membedakan perbedaan antara itu dengan memaksa kami mengikutimu dan melakukan apapun sesukamu. Kamu benar-benar sangat menganggu."

  Dia menaruh cangkirnya ke piring cawan dan mengirimkan tatapan dingin ke Haruno-san. Hayama meresponnya dengan senyuman kecil.

  "Ahh, seperti waktu kita dulu pergi ke kebun binatang... Kita menciptakan banyak masalah di area taman waktu itu, benar tidak?"

  "Itu seperti ketika di Taman Rinkai. Dia mengikat kita, lalu menggoyang-goyangkan Ferris Wheel..."

  Ekspresi Hayama dan Yukinoshita berubah menjadi tidak menyenangkan ketika membicarakan hal itu. Namun Haruno-san malah mengangguk-angguk dengan senang.

  "Ahh, ternyata pernah kulakukan, ya? Dan Yukino-chan semenjak itu selalu menangis."

  "Tunggu dulu...Berhentilah mengarang-ngarang."

  "Tetapi itu bukan karanganku, benar tidak Hayato-kun?"

  "Ahahaha...Entahlah."

  Haruno-san sepertinya menikmati membicarakan hal itu, Hayama hanya meresponnya dengan senyum, dan Yukinoshita hanya menunduk diam.

  Ketika aku melihat bagaimana mereka membahas nostalgia, perasaan mereka sepertinya tenggelam ke suatu dasar.

  Mereka bertiga pastinya menghabiskan waktu bersama-sama dan kenangan itu hanyalah untuk mereka dan orang luar tidak bisa mengetahui itu dengan pasti.

  Yuigahama tidak bisa bergabung dengan pembicaraan mereka, meninggalkan aku sendiri.

  Aku tidak tahu hubungan seperti apa yang dimiliki kedua saudari ini di masa lalu. Meskipun aku tahu, nampaknya aku tidak bisa melakukan apapun.

  Satu-satunya hal yang bisa kulakukan saat ini adalah meminum pahitnya kopi ini ke mulutku dan tidak mempedulikan cerita mereka di masa lalu dan pura-pura setuju saja. Setelah itu, cukup membayangkan apa yang terjadi di kepalaku saja.

  Aku lupa kapan tepatnya, tetapi aku sepertinya pernah ditanya sesuatu.

  Yaitu jika aku berada di SD yang sama dengan kedua gadis itu, apakah ada yang akan berubah?

  Apa sih jawaban yang kuberikan waktu itu?

  Ketika aku mencoba memikirkan kembali kejadian itu, dan ada suara kecil hembusan napas dan cangkir yang ditaruh kembali. Aku melihat ke arah Haruno-san dan dia sepertinya sedang menaruh dagunya di tangannya, memandangi Hayama dan Yukinoshita dengan mata yang kehilangan kehangatannya.

  "Kalian berdua sangat menarik ketika itu...Tapi sekarang...Kalian berdua terlihat sangat membosankan."

  Semakin cantik bibir orang yang mengatakannya, semakin dingin kata-kata yang keluar darinya. Dengan tatapan beku dan senyum es, suara orang-orang disana seakan-akan melemah.

  Yukinoshita sedikit mengepalkan tangannya di bawah meja sedangkan Hayama terlihat menggertakkan giginya dan memandang ke arah lain. Yuigahama menatapku dengan kebingungan.

  Ketika suasana meja menjadi sunyi, Haruno-san tertawa. "Karena disini ada Hikigaya-kun. Kurasa aku sekarang ingin bermain dengan Hikigaya-kun."

  "Tidak, kalau bermain dengan hal yang berbau olahraga, aku kurang cocok dengan itu..."

  "Nah, disitulah sebenarnya aku ingin bermain denganmu. Disini, disini. Disini, disini, Hachiman," kata Haruno-san, dia menjulurkan tangannya dan menggosok-gosok rambutku. Aku menggerakkan badanku dan berusaha menjauh dari tangannya. "Oh, dia mencoba kabur."

  Cara dia berbicara dengan senyum yang bersahabat membuatnya terlihat seperti kakak perempuan yang baik. Tidak setiap waktu kau bisa mendapatkan senyuman manis dari wanita yang lebih tua darimu, jadi itu sebenarnya tidak buruk juga. Bahkan jika senyumnya palsu sekalipun kurasa bukan masalah besar. Semua orang bisa memiliki dua wajah seperti Isshiki Iroha yang berusaha tampil manis, jadi hal ini bukanlah sesuatu yang menakutkan bagiku.

  Bagaimana cara Yukinoshita Haruno menyembunyikan sifat aslinya yang tidak pernah ditunjukkannya, itulah yang menurutku sangat menakutkan.

  Tetapi Haruno-san saat ini sepertinya tidak mau mengatakan apapun dan berbicara topik yang lain.

  "Ngomong-ngomong soal olahraga, kalau tidak salah ada marathon sekolah dalam waktu dekat?"

  "Ah benar. Kupikir akhir bulan ini." kata Yuigahama.

  Haruno-san menunjukkan wajah yang terkejut. "Ohh, jadi bukan diadakan di bulan Februari?"

  "Kata guru pembina klubku. sepertinya mereka memindahkan jadwalnya lebih awal untuk menyesuaikan dengan kalender akademik." Hayama menjawabnya dengan senyum lembut seolah-olah tidak pernah terjadi apapun sebelumnya.

  Dan di sisi lain, Yukinoshita-san membuat ekspresi wajah kurang senang, tentunya. Dia tidak memiliki stamina yang baik...Nampaknya marathon tidak terlalu cocok untuknya.

  Selain itu, suasana ceria telah kembali ke meja ini.

  Sebenarnya tidak masalah, namun keempatnya beradu komentar yang tidak menyenangkan menarik perhatian suasana sekitarnya. Memang tidak ada pesta terjadi disini, namun mereka seperti mewakili kelompok utama di pesta itu. Keempat orang ini memang luar biasa, huh...

  Sejenak, aku bisa merasakan kalau orang-orang di dalam kafe ini menatap suasana di meja kami.

  Memang agak berisik disini, namun keempat orang ini adalah orang yang sangat menarik. Mereka tipe orang yang ingin kau lihat terus ketika mereka berjalan di tengah kota.

  Terima kasih kepada keempatnya, keberadaanku sepertinya ditiadakan. Aku adalah bayangan...Tetapi semakin kuat cahayanya, semakin gelap bayangannya, semakin kuat cahaya tersebut terlihat.

  Aku hanya duduk disana memegang kopiku dan meminumnya secara otomatis tanpa mengikuti apa yang mereka bicarakan, dan tanpa kusadari kopiku sudah habis. Aku ingin pesan satu lagi...Ketika aku sedang mencari pelayan di kafe tersebut, seorang wanita memakai kimono sedang berjalan ke arah kami.

  Rambut tertata berwarna hitam mengkilap dan sikap tenang terlihat darinya. Dia terlihat lebih muda dari orang tuaku. Dia berjalan dengan tenang dan anggun, menyeimbangkan tubuhnya yang sangat proporsional. Penampilannya yang seperti itu sepertinya memberiku sebuah deja vu.

  Dia terlihat mirip, secara sekilas, pikirku.

  Wanita itu berjalan menuju meja kami tanpa ragu dan memanggil seseorang.

  "Haruno."

  Suaranya merambat dengan tenang, menembus semua suara pelanggan kafe dan musik latar, juga menarik perhatian beberapa pengunjung yang kebetulan mendengarnya. Sepertinya memang mirip dengan seseorang di pikiranku.

  Haruno-san membalik badannya ke arah suara yang memanggilnya.

  "Ah, apakah urusannya sudah selesai?"

  "Ya. Ibu datang kesini untuk memanggil kalian berdua karena kita akan memiliki acara makan-makan sesudah ini. Hayato-kun, maaf sudah membuatmu menunggu."




  "Tidak apa-apa, tolong jangan khawatir tentang itu. Kita bisa melewati waktu karena ditemani mereka disini." Hayama berusaha menjawabnya dengan sopan.

  Lalu, Hayama menatap kami dan wanita itu memandangi kami juga.

  Kehadiran Yukinoshita pasti sangat mengejutkan. Dia lalu berkata "Ya Tuhan" dengan suara lembut. Lalu dia memasang senyum manis.

  "Yukino, jadi kamu mau datang. Ibu ikut senang..."

  "Ibu..." gumam Yukinoshita, entah dia sedang terkejut atau menolaknya.

  Ngomong-ngomong soal tadi, penampilan dan sikapnya memang sangat mirip dengan Yukinoshita. Ketika dia beranjak dewasa, mereka bagai pinang dibelah dua. Mungkin, alasanku baru menyadarinya sekarang dan bukannya dari awal karena seperti ada sebuah kekuatan besar. Dia seperti punya aura kuat sehingga aku harus berpikir dua kali untuk berbicara dengannya. Aku secara spontan juga membetulkan posisi dudukku.

  Yukinoshita seperti sedang menelan ludah, menyentuh sikutnya sendiri, seperti sedang menguatkan dirinya sendiri, lalu mengalihkan pandangannya seperti dia sendiri tidak pernah ada.

  Jadi sebenarnya seperti apa putrinya terlihat di matanya? Ibu Yukinoshita menunjukkan ekspresi senyum yang lembut.

  Sebelah Yukinoshita yang kehilangan kata-kata, Yuigahama mengucapkan kata-kata spontannya. " Wow, Ibunya super cantik sekali..."

  "Yep. Ini Hachiman dan Gahama-chan." Haruno memperkenalkan kita berdua dengan agak kasar, entah dia seperti ingin melanjutkan suasana tidak enak tadi atau terlalu malas untuk menjelaskan.

  "Ah, saya teman Yukino, Yuigahama Yui."

  Yuigahama menundukkan kepalanya dan aku hanya menganggukkan kepalaku untuk sekedar mengikutinya. Tetapi memperkenalkan diriku dihadapan orang tua seorang gadis membuatku sedikit gugup... Sebelum aku mengucapkan namaku, karena aku melihat bagaimana Yuigahama mengucapkan namanya dan Ibu Yukinoshita memperhatikannya dengan serius.

  "Yukinon..." Ibu Yukinoshita secara lembut menaruh tangannya di dagu dan menajamkan pandangannya, memandangi Yukinoshita dan Yuigahama secara bergantian.

  "Oh maafkan Ibu, jadi kamu adalah temannya Yukino. Kau terlihat lebih dewasa dari yang kuduga."

  "Lebih dewasa? Ehehehe..."

  Yuigahama merasa senang disebut seperti itu, namun entah mengapa bagiku kata-kata barusan sepertinya berkonotasi negatif.

  Jika harus kukatakan, Yuigahama terlihat lugu dan kekanak-kanakan. Setidaknya, perilaku dan bahasa tubuhnya tidak mencerminkan seseorang yang keren dan bisa menguasai diri.

  Nampaknya, selain membuat asumsi yang membingungkan, Ibu Yukinoshita menaruh tangannya ke dagunya lalu berbicara dengan senang ke Yuigahama. "Oh, jadi begitu ya...Aku cuma tahu Hayato-kun saja ketika dulu sekelas dengan Yukino, jadi... Tolong tetap berteman baik dengan dia untuk seterusnya, ya?"

  "Tentu saja!"

  Yuigahama menjawabnya dengan semangat dan menundukkan kepalanya. Aku sendiri seperti sudah kehabisan waktu untuk memperkenalkan namaku, namun kulihat dia sepertinya tidak berminat untuk mengenalku sama sekali dan aku ragu kita berdua akan bertemu lagi, jadi aku tidak terlalu mempedulikannya. Lalu dia memandang ke arah Haruno-san dan Hayama.

  "Baiklah, sudah siap untuk pergi?"

  "Okaaay."

  Haruno-san berdiri dan Hayama mengikutinya setelah mengambil slip tagihan pesanan meja. Tetapi Yukinoshita, yang duduk di depanku, tidak bergerak sedikitpun.

  Melihat hal itu, Ibu Yukinoshita bertanya dengan lembut. " Yukino, kau juga ikut, kan?"

  Itu adalah pertanyaan, namun di saat yang sama, tidak. Kalimat pendek tadi bernada menyuruh.

  "Aku..." Yukinoshita ragu-ragu menjawabnya.

  Ibunya menambahkan kata-kata untuk membujuknya. " Kita juga merayakan ulang tahunmu."

  Itu adalah nada mengajak yang halus, tatapan hangat dan lembut. Namun, di dalamnya ada tanda perintah yang kuat.

  " .... "

  Yukinoshita menggigit bibirnya, wajahnya menghadap ke bawah, lalu mengintip ke arahku. Uh, bahkan jika kau menatapku sekalipun...

  Haruno-san menangkap maksudnya. "Yukino-chan, itu tidak baik."

  Perasaan sangat kurang senang terlihat dari mata dinginnya. Dengan senyumnya yang mengerikan, Haruno-san berbicara dengan nada keras disertai senyum palsu dan membuat bahu Yukinoshita spontan terangkat.

  Momen sunyi berlanjut.

  Haruno-san terus menatap ke arah Yukinoshita sedang Hayama menatap keduanya dengan cemas. Yuigahama agak menjauh dan merasa ini bukan tempat bagi dirinya berada. Aku pura-pura menatap ke arah jendela dan seperti tidak terjadi apapun.

  Pada saat itu, tidak ada yang mengatakan sesuatu dan menjadi periode yang tidak nyaman untuk dilanjutkan.

  Ini tidak hanya diriku saja.

  Juga Yuigahama. Begitu juga Yukinoshita.

  Mungkin juga semuanya merasakan hal seperti itu.

  Ibu Yukinoshita memiringkan kepalanya memikirkan tentang apa yang harus dilakukannya. Lalu dia menatap kami berdua.

  "Bagaimana kalau begini, kedua temanmu bisa ikut juga...Bagaimana?" Ibu Yukinoshita tersenyum ke arahku dan Yuigahama.

  "Maafkan kami. Kami berdua tidak berencana untuk berada disini lebih lama." Aku menjawabnya dengan sopan. Dengan sikapku yang mirip dengan caranya berkata-kata, suasana disana tidak akan terlalu kikuk.

  Lagipula, tidak terlalu sulit untukku mengatakan kalimat dengan maksud sederhana seperti tadi.

  "Oh baiklah. Kupikir tadi kalian mungkin bisa bergabung dengan kami..." Dia berkata seperti itu dan tidak berusaha sedikitpun untuk membujuk kami lagi, seperti yang sudah kuduga.

  "...Kalau begitu, kami pamit pergi dulu."

  "P-Permisi."

  Yuigahama menundukkan kepalanya, mengangguk kecil, dan kami meninggalkan kursi kami. Hayama memberi salam balik, "Sampai jumpa nanti" dan Haruno-san melambaikan tangannya dengan senyum.

  Yukinoshita berdiri menemani kita dan menatap Ibunya sebentar. Ibunya mengangguk seperti memberi tanda.

  Ketika Yukinoshita mengantar kami ke depan kafe, dia mengatakan sesuatu.

  "...Aku meminta maaf telah membuat kalian melihat kejadian seperti tadi." kata Yukinoshita sambil meminta maaf.

  Yuigahama memegang tangannya dan membalas. "Tidak masalah! Maksudku, kita memperoleh hal baru karena bisa bertemu Ibu Yukinon!"

  "Baiklah kalau begitu..." Yuinoshita menjawabnya dengan wajah yang tetap agak suram.

  Yuigahama sepertinya melihat ekspresi wajah tadi dan buru-buru membuka tas yang dibawanya.

  "Aku tahu... ini. Mungkin agak lebih awal, tetapi ini untuk ulang tahunmu besok." Yuigahama memberinya bungkusan kado Yukinoshita. Karena Yuigahama memberikan kadonya, aku memutuskan untuk melakukan hal yang sama.

  "Selamat."

  "T-Terima kasih..." Yukinoshita menjawabnya dengan penuh rasa bingung, lalu memandangi bingkisan tersebut, lalu menjawab dengan terputus-putus. Lalu dia memegang semua bingkisannya di dadanya, dan wajahnya tersenyum.

  Melihat Yukinoshita, Yuigahama juga ikut tersenyum. "Mari kita rayakan ulang tahunmu lagi di sekolah!"

  "Baiklah, sampai jumpa nanti."

  "Ya...Sampai jumpa nanti."

  Setelah kita mengucapkan selamat tinggal ke Yukinoshita, dia melambaikan sebelah tangannya  ketika kita hendak menuju lift.

  Aku menekan tombol lift untuk menuju ke bawah, nampaknya butuh waktu agak lama bagi liftnya untuk mencapai lantai kami. Ketika menunggu, Yuigahama membuka percakapan.

  "Jadi tadi itu Ibunya Yukinon, huh? Mereka nampaknya sangat mirip sekali."

  "...Nampaknya seperti itu."

  Benar, Yukinoshita memang mirip Ibunya. Setidaknya, penampilan dan sikap anggun mereka memang mirip. Namun di level yang berbeda, Ibunya jauh lebih mirip dengan Haruno-san. Aku nampaknya cukup paham apa maksud kata-kata Haruno-san tentang Ibunya dahulu.

  "...Tetapi, lebih mirip seperti,"

  Ketika Yuigahama mulai berbicara, lift sudah datang dan pintu terbuka.

  Kita berdua masuk ke dalam, aku menekan tombol menuju lantai pertama, dan Yuigahama berbicara lagi. Nampaknya dia akan berbicara topik yang berbeda.

  "Lalu sepertinya Hayato-kun dan Yukinon memang teman semasa kecil, huh? Aku mendengarnya sekilas tadi."

  "Apa maksudmu dengan kata 'memang' tadi? Mereka tidak seperti sedang berbohong."

  "Aku tahu itu. Mereka sepertinya berusaha menghindari topik itu. Jika mereka memang mengenal baik semasa kecil, aku pikir tidak masalah jika mereka mulai berbicara satu sama lain lebih sering."

  "Orang-orang memiliki jarak mereka sendiri, benar? Hanya karena kau pergi ke sekolah yang sama bukan berarti kamu akan berbicara dengan dia."

  "Hmm, benar juga."

  Masa lalu adalah sesuatu yang tidak bisa kita ubah. Ingatan yang indah dan hangat bukanlah satu-satunya hal yang ada disana. Begitu juga hal-hal yang tidak diinginkan dan sangat dingin.

  Dengan memiliki dua jenis masa lalu seperti itu, jarak antara keduanya akan terus membesar seiring berjalannya waktu. Menaruh keduanya di tempat berbeda akan membuat mereka berkembang dalam diri kita, dan mereka berdua berkembang menuntun orang tersebut dengan hasil yang berbeda-beda. Perbedaan keduanya dapat mengubah banyak hal. Posisi, lingkungan, bahkan bagaimana nama seseorang dipanggil.

  Lift terus turun tanpa berhenti sedikitpun.

  Dalam kesunyian, hanya suara gerakan lift yang terdengar di telingaku. Kakiku bergetar perlahan-lahan merespon gerakan lift tersebut.

  Semakin jauh kita turun, suaranya semakin pelan dan akhirnya sunyi.

  Ketika liftnya berhenti dan mencapai lantai yang kita tuju, aku melihat pemandangan yang cukup menakutkanku ketika membuka pintu lift.

  
  




x Chapter II | END x






  Dalam anime, hadiah diberikan di sekolah. Sedang light novel, di kafe.

  ...

  Meski Hachiman merasa tidak tahu banyak soal Yukino, tidak dipungkiri kalau apa yang dia tahu soal Yukino, jauh lebih banyak daripada Yui.

  ...

  Cermati kata-kata Yukino ditelepon: Lagi-lagi dengan candaan itu...

  Artinya, Haruno sering menjahili Yukino dengan becanda soal Hachiman. Ini banyak memberikan petunjuk mengenai apa yang terjadi. Salah satunya, jika memang Hayama dan Yukino dijodohkan, Haruno tidak akan berani menjahili Yukino dengan nama Hachiman. Karena Haruno takut dengan Ibunya (vol 5 chapter 6). Ini berarti tidak pernah ada perjodohan antara Hayama dan Haruno.

  Mengenai perjodohan itu, lebih dari dua kali Haruno menyebut Hayama sebagai 'dianggap adik sendiri' sedang Hachiman sebagai 'adik ipar'. Jelas perjodohan tidak terjadi.

  Lagipula, jika untuk alasan kelangsungan bisnis, maka yang dijodohkan adalah Haruno, bukan Yukino. Di vol 5 chapter 6, Haruno sendiri yang mengatakan kalau Ibunya sudah memutuskan bahwa Haruno adalah pewaris utama seluruh usaha keluarga.

  ...

  Sindiran Raja Jahat dan Tiran itu adalah cerita Run Melos! Dibahas di analisis memorandum kedua.

  ...

  Suasana suram dengan cerita Haruno mengenai grup kecil mereka ketika kecil dulu, sudah dijelaskan sendiri oleh Yukino ketika berduaan dengan Hachiman, atraksi Spride Mountain Disney Land (vol 9 chapter 8). Haruno-lah yang 'kelewatan' dalam menjadi 'leader' grup.

  ...

  Yukino jelas cemburu ketika tahu Yui dan Hachiman sengaja berduaan di Mall.

  Tapi, jelas kecurigaan itu hilang setelah Yukino tahu kalau Yui dan Hachiman membeli hadiah ulang tahun untuknya.

  ...

  Hachiman ingin bertemu dengan Ibu Yukino.

  Lucunya, monolog serupa tidak ditemui ketika bertemu Ibu Yui, vol 11 chapter 7.

  ...

  Mengapa Hachiman memilih untuk pergi dari kafe itu?

  Sederhana, Ibu Yukino menggunakan Hachiman dan Yui sebagai alat negosiasi agar Yukino mau ikut pesta perayaan tahun baru.

  Dalam volume 6 chapter 4, Hachiman tidak suka mengganggu jalan hidup orang lain. Hachiman memilih untuk membiarkan Yukino memutuskan itu tanpa merasa kalau Hachiman dan Yui adalah alat negosiasi.

  ...

  Mari kita bermain logika. Jika Haruno hendak membujuk Yukino untuk datang, bukankah lebih tepat jika memberikan teleponnya ke Yui? Pertama, Yui memanggil Yukino sebagai Yukinon, artinya Yui menganggap Yukino teman. Kedua, Yui sering menginap di apartemen Yukino, artinya hubungan Yukino-Yui dekat.

  Satu-satunya alasan mengapa Haruno yakin kalau Yukino pasti datang jika yang disandera adalah Hachiman adalah karena Haruno sendiri yakin kalau Yukino mencintai Hachiman. Yukino tahu jika Hachiman dibiarkan berduaan dengan Haruno, maka Hachiman berpotensi untuk mainan Haruno.

  ...

  Monolog tentang masa lalu, di akhir chapter. Jelas mengarah ke Yukino dan Hachiman. Tentang apa?

  Jelas ada satu hal yang belum terjelaskan, yaitu mengapa Yukino membenci Hayama, ada kejadian apa sehingga Yukino membenci Hayama. Tentunya, Hachiman sendiri ragu untuk bertanya itu ke Yukino, karena itu ranah privasi.

  Sebenarnya, ini terjelaskan sendiri di vol 11 chapter 1 dan chapter 5. Yaitu masalah coklat valentine.

6 komentar:

  1. Itu monolog haciman terakhir, 'melihat pemandangan yang cukup menakutkan saat lift terbuka' maksudnya apa gan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hachiman itu kan tidak suka keramaian, ya mungkin pas pintu lift terbuka, didepan nya terdapat banyak orang (keramaian) mengingat tadi Hachiman bilang menekan tombol untuk menuju lantai pertama.

      Hapus
  2. kemungkinan hadiah yang diberikan haruno ke yukino apa min?

    BalasHapus